Beranda Juli 2024 Deputi Kemenko Marves: Butuh Proses Bertahap Bangun Ekosistem Baterai dan Kendaraan Listrik

Deputi Kemenko Marves: Butuh Proses Bertahap Bangun Ekosistem Baterai dan Kendaraan Listrik

1598
0
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinasi Maritim dan Investasi (Kemenko Marves), Rachmat Kaimuddin saat acara konferensi pers International Battery Summit (IBS) 2024, Restoran Parley Senayan, Jakarta, Rabu (10/7/2024). Dok. MNI

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinasi Maritim dan Investasi (Kemenko Marves), Rachmat Kaimuddin, mengatakan, Indonesia memerlukan proses yang bertahap untuk membangun ekosistem baterai dan kendaraan listrik.

Hal ini dia sampaikan dalam acara konferensi pers International Battery Summit (IBS) 2024 yang dielsenggarakan oleh National Battery Research Institue (NBRI), di Restoran Parley, Senayan, Jakarta, Rabu (10/7/2024).

“Jadi kalau kita bilang kita kaya nikel, kita kaya itu di bijih nikel. Jadi di sini itu banyak sekali proses yang perlu dilakukan untuk menjadi end product, menjadi battery material. Jadi, 10 tahun lalu kita gali bijih nikel terus sekarang kita larang ekspor bijih nikel. Sekarang dibuatlah pengolahan misalnya bentuknya feronikel untuk menjadi baterai itu harus ada proses lagi yang harus dilakukan menjadi nikel sulfat, nikel cobalt. Jadi prosesnya bertahap,” kata Rachmat ketika menjawab pertanyaan nikel.co.id dalam acara tersebut.

Menurutnya, saat ini Indonesia berada di posisi negara produsen penghasil bijih nikel terbesar di dunia. Untuk berubah dari negara produsen nikel hingga intermediate ke industri pabrik baterai dan kendaraan listrik maka dibutuhkan proses melalui tahapan ekosistem.

Sebenarnya, perusahaan apa saja yang membeli bijih nikel dan produk nikel setengah jadi dari Indonesia maka akan diketahui mereka  itu adalah negara yang mempunyai pabrik baterai dan kendaraan listrik. Untuk pabrik baterai dan kendaraan listrik sendiri di Indonesia dari pengusaha Indonesia belum ada, hanya baru Pabrik Baterai ABC yang berbahan baku lithium fero phosphate (LFP) sedangkan untuk nickel manganese cobalt (NMC) itu belum ada murni dari pengusaha Indonesia.

Untuk menutupi kelemahan biaya dan penguasaan teknologi sementara ini maka pemerintah melakukan investasi asing untuk membangun pabrik baterai dan kendaraan listrik, salah satunya adalah Pabrik Baterai dan Kendaraan Listrik PT HLI Green Power perusahaan patungan Hyundai Motor Company dan LG Energy Solution yang barus diresmikan di Karrawang, Jawa Barat pada Rabu (3/7/2024).

Dia berharap kepada para pengusaha Indonesia ada yang berkomitmen untuk membangun pabrik baterai dan mobil listrik. Namun untuk saat ini memang pengusaha masih enggan untuk membangun pabrik tersebut lantaran masih terkendala modal dan teknologi yang cukup mahal.

“Bikin dong pabrik mobil listrik kalau disuruh ke perusahaan pasti tidak mau,” ujarnya.

Pada 2021, ia memaparkan, di Indonesia yang mempunyai mobil listrik itu baru sebanyak 1.800 orang dan 2023 bertambah menjadi 10.000 orang. Kemudian oada 2024 bertambah lagi menjadi sebanyak 15.000 orang. Untuk membangun ekosistem kendaraan listrik maka pemerintah berupaya untuk mempromosikan kepada masyarakat untuk beralih dari kendaraan berbahan fosil menjadi kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).

“Pertama, kita harus mengajak masyarakat Indonesia bisa beli kendaraan EV baik motor ataupun mobil. Dari segi harganya mahal lalu kita lakukan inovasi insentif agar harga lebih murah. Saat ini Indonesia belum ada pabrik baterai dan kendaraan listrik maka kita ajak investasi perusahaan-perusahaan dari Eropa, Amerika dan Tiongkok dan untuk bangun di Indonesia,” paparnya.

Rachmat menuturkan, dari tahapan itu produksi mobil listrik akan meningkat produksinya dan saat ini sudah mencapai 60.000 mobil listrik di Indonesia. Sehingga berkembangnya produksi mobil listrik ini pasti akan berdampak pada peningkatan permintaan bahan baku baterai listrik.

Dia menegaskan kembali, adakah pengusaha nasional yang membuat pabrik mobil listrik saat ini di Indonesa, ternyata sampai sekarang belum ada. Di mencontohkan seperti Vietnam, hanya dari satu orang pengusaha mereka berkomitmen membangun pabrik mobil listrik dalam negeri maka sekarang mereka sudah mampu memproduksi mobil dalam negeri mereka sendiri.

“Saya berharap, ada pengusaha yang berkomitmen untuk membikin pabrik mobil, “Saya ingin bikin pabrik mobil lsitrik yang baterainya berbahan nikel”. Dan, ini memang masih opini kalau itu akan terjadi. Sehingga ketika masyarakat Indonesia melihat ini sebagai suatu hal mainstream otomatis pengusaha itu akan mencari uang buat ini, untuk menghasilkan cuan. Itu bisa terjadi nanti karena teknologinya kita sudah bisa,” pungkasnya. (Shiddiq)