NIKEL.CO.ID, WEDA BAY – Dilansir dari Bloomberg News, perusahaan tambang asal Prancis, Eramet SA, sedang menjajaki kemitraan dengan Zhejiang Huayou Cobalt Co. untuk memproduksi nikel berkualitas baterai di Indonesia setelah proyek serupa dengan mitra Eropa gagal bulan lalu.
Eramet sedang dalam pembicaraan untuk perjanjian pasokan bijih ke pabrik High-Pressure Acid Leach (HPAL) yang dijalankan oleh perusahaan China di Indonesia, Weda Bay Industrial Park.
Eramet juga mempertimbangkan untuk mengambil saham di pabrik Huafei yang dikendalikan oleh Huayou, yang merupakan fasilitas HPAL terbesar di dunia. Namun, juru bicara Eramet menolak berkomentar tentang pembicaraan tersebut.
Dalam pernyataan sebelumnya, Eramet menyatakan bahwa mereka terus mengevaluasi investasi lebih lanjut di Indonesia. Sementara itu, Huayou tidak menanggapi surel permintaan komentar.
Langkah ini menunjukkan kesulitan yang dihadapi perusahaan Barat dalam menciptakan rantai pasokan mineral kritis yang bebas dari pengaruh China.
Bulan lalu, Eramet membatalkan rencana untuk membangun kilang nikel-kobalt senilai US$2,6 miliar dengan BASF SE dari Jerman di Weda Bay, dengan alasan ketersediaan nikel kelas baterai yang terus meningkat.
Proyek tersebut akan menjadi satu-satunya fasilitas HPAL di Indonesia dengan pemegang saham dari Barat, yang berpotensi membuatnya memenuhi syarat untuk subsidi besar di bawah US Inflation Reduction Act.
Perusahaan-perusahaan China telah mampu membangun pabrik-pabrik ini jauh lebih cepat dan lebih murah daripada rekan-rekan Barat mereka, tetapi juga menghadapi kekhawatiran tentang bagaimana mereka mengelola limbah dengan risiko kontaminasi yang parah.
Lebih banyak pabrik HPAL yang dibangun oleh China — yang memproses bijih nikel untuk digunakan dalam baterai — akan beroperasi di Indonesia dalam beberapa tahun mendatang untuk memenuhi permintaan yang meningkat dari sektor kendaraan listrik.
Huayou sudah mengoperasikan dua pabrik di Tanah Air dan akan membangun dua lagi dalam kemitraan dengan Vale SA dari Brasil.
Nickel Industries Ltd yang terdaftar di Australia dan konglomerat Indonesia PT Harum Energy juga sedang membangun pabrik dengan Tsingshan Holding Group, produsen nikel dan baja tahan karat terbesar di dunia. (Aninda)