NIKEL.CO.ID, WEDA BAY – Pada Senin (24/6/2024), perusahaan tambang asal Prancis, Eramet, mengumumkan pembatalan rencana investasi senilai US$2,6 miliar yang dilakukan bersama BASF, perusahaan kimia asal Jerman, untuk membangun kompleks pemurnian nikel-kobalt di Weda Bay, Indonesia.
“Setelah melakukan evaluasi menyeluruh, termasuk diskusi mengenai strategi eksekusi proyek, kedua mitra telah memutuskan untuk membatalkan investasi ini,” kata Eramet dalam sebuah siaran pers tanpa menjelaskan lebih lanjut seperti dikutip dari Reuters.
“Eramet akan terus mengevaluasi potensi investasi dalam rantai nilai baterai kendaraan listrik nikel di Indonesia dan akan terus memberikan informasi kepada pasar pada waktunya,” tambah perusahaan tersebut.
Menurut seorang pejabat Indonesia, perusahaan-perusahaan tersebut telah menginformasikan kepada pemerintah mengenai keputusan pembatalan ini. Mereka menilai bahwa sudah ada beberapa fasilitas pelindian asam bertekanan tinggi (high pressure acid leach/HPAL) di Indonesia dan sedang dalam proses pembangunan.
“Saya rasa pembatalan ini karena mereka melihat bahwa sudah banyak HPAL di Indonesia, sehingga lebih mudah untuk mendapatkan MHP (mixed hydroxide precipitate) yang berdampak tidak perlu mengeluarkan capex besar untuk membangunnya sendiri,” kata Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Septian Hario Seto.
Banyak perusahaan China dan perusahaan lokal telah berinvestasi dalam fasilitas HPAL di Indonesia karena negara ini berusaha mengembangkan industri kendaraan listrik dalam negeri.
Pada Januari 2023, pejabat Indonesia mengungkapkan bahwa grup Prancis dan BASF hampir menyelesaikan investasi senilai $2,6 miliar dalam produksi nikel untuk baterai kendaraan listrik. Proyek ini didasarkan pada sumber daya yang diekstraksi dari tambang Eramet di Teluk Weda. Eramet kemudian mengkonfirmasi bahwa negosiasi sedang berlangsung, tetapi proyek ini tunduk pada keputusan investasi akhir. (Aninda)