Beranda Nikel Inilah Emiten yang Paling Diuntungkan dari Kenaikan Harga Nikel

Inilah Emiten yang Paling Diuntungkan dari Kenaikan Harga Nikel

1689
0
Ilustrasi grafik kenaikan dan penurunan harga nikel. (Freepik.com)
Ilustrasi grafik kenaikan dan penurunan harga nikel. (Freepik.com)

NIKEL.CO.ID–JAKARTA. Sedangkan harga nikel yang dilansir dari London Metal Exchange (LME) tembus US$20.310/ton pada Senin (27/5/2024). Dilansir dari Indonesia Nickel Price Index (INPI), nickel pig iron (NPI) dengan transaksi FOB mengalami kenaikan pada 27 Mei 2024. 

NPI berada pada kisaran US$117,9–117,9/dmt dengan rerata US$117,9/dmt atau naik US$0,6/dmt jika dibandingkan dengan harga pada 20 Mei 2024. Kinerja emiten nikel diharapkan mengalami peningkatan pada tahun ini karena didorong oleh penguatan harga nikel.

Analisis dari Equity Research Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rizkia Darmawan, mengatakan bahwa kenaikan harga nikel dunia dipengaruhi oleh sentimen global. Prediksi mengenai kelebihan pasokan tidak sesuai dengan realita yang terjadi seperti dikutip dari Kontan.

“Indonesia terdapat kendala terkait Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) dalam industri penambangan nikel yang belum selesai. Hal ini berpotensi mengurangi produksi global, mengingat Indonesia merupakan salah satu produsen nikel terbesar di dunia,” katanya.

Hal itu juga sejalan dengan analisis yang dilakukan oleh Shanghai Metals Market (SMM). Pekan lalu, harga nikel Shanghai Futures Exchange (SHFE) secara umum naik sebelum turun kembali, dengan harga tertinggi menembus 160.000 yuan/mt, kemudian ditutup pada 152.780 yuan/mt pada hari Jumat lalu. 

“Secara keseluruhan, harga nikel menguat, terutama didorong oleh sentimen makro yang positif dan juga dipengaruhi oleh perkembangan terbaru dari persetujuan RKAB Indonesia di bawah ekspektasi pasar,” demikian rilis dari SMM.

Total kuota RKAB yang disetujui pada bulan Januari–Mei tidak akan sepenuhnya dicerna oleh pasar Indonesia tahun ini. Oleh karena itu, ekspektasi jangka pendek akan ketatnya pasokan bijih nikel tidak dapat dihilangkan, sehingga mendukung harga nikel. 

Dengan ekspektasi peningkatan pasokan bijih nikel di masa depan, perkiraan kelebihan kapasitas untuk berbagai produk nikel di H2 tidak berubah. Dengan demikian, kenaikan harga nikel di masa depan akan menghadapi perlawanan dari fundamental. 

Dalam situasi ini, ada dua emiten yang berpotensi mendapatkan keuntungan. Pertama adalah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).

“Dengan semakin banyaknya smelter nikel di Indonesia, permintaan akan bijih nikel meningkat. Oleh karena itu, perusahaan penambang nikel seperti ANTM akan mengalami peningkatan keuntungan,” papar Darma.

Emiten kedua adalah PT Vale Indonesia Tbk. Darma menyatakan bahwa dengan kenaikan harga nikel saat ini, produk turunan nikel dari tier I atau II akan memiliki harga jual yang lebih tinggi.

“Vale mendapat keuntungan dari segi harga karena perusahaan tersebut mengacu pada harga London Metal Exchange (LME). Dengan demikian, kenaikan harga nikel dunia secara langsung mempengaruhi harga jual produk Vale,” tuturnya.

Selain itu, prospek Vale juga diperkuat setelah mendapatkan perpanjangan operasi dari Kontrak Karya (KK) menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) per tanggal 3 Mei 2024. Hal ini menandakan bahwa rencana pengembangan Vale menjadi lebih jelas di masa depan.

Secara keseluruhan, Darma memperkirakan bahwa kenaikan harga nikel saat ini bisa menyebabkan rata-rata harga jual emiten meningkat lebih dari 15%. Seiring dengan itu, kinerja keuangan emiten nikel juga berpotensi membaik.

Namun, perkiraan ini berlaku dengan syarat bahwa harga nikel rata-rata tetap berada di atas US$ 18.000 per ton sepanjang tahun ini. Dengan asumsi tersebut, kinerja keuangan emiten juga berpotensi tumbuh lebih dari 15%. (Aninda)