NIKEL.CO.ID, JAKARTA–Berdasarkan rilis Indonesia Nickel Price Index (INPI) yang dikeluarkan Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), harga nikel Februari 2024 menyusut sebesar US$16.151,00/dry metrik ton (dmt) dibandingkan Januari 2023, yaitu US$16.368,88/dmt. Penyusutan ini mencapai US$217,88/dmt.
Pada 11 Maret 2024, APNI mengeluarkan rilis INPI untuk komoditas bijih nikel dengan kandungan 1,2%, transaksi CIF berada di kisaran US$20,4–US$22,4/dmt atau stagnan dari 4 Maret 2024.
Bijih nikel dengan transaksi CIF kandungan 1,6% berada di kisaran US$33,6–US$38,6/dmt atau naik sebesar US$1,5 dari 4 Maret 2024. Nickel pig iron (NPI) dengan transaksi FOB berada pada kisaran US$115,4–US$115,4/dmt atau naik US$2,3/dmt dari 4 Maret 2024.
Walaupun kenaikannya tidak signifikan, agaknya ini memberikan sedikit angin segar bagi pelaku usaha tambang nikel. Pada minggu sebelumnya, NPI dengan transaksi FOB hanya naik sebesar US$0,5/dmt sedangkan yang lainnya stagnan.
Berdasarkan data dari Trading Economics pada Selasa (5/3/2024), harga nikel di pasar global terpantau US$17.713,50/ton dari sebelumnya US$17.441,50/ton pada Senin (4/3/2024).
Dilansir dari situs tersebut, nikel berjangka yang naik ke level $17.800 per ton, tertinggi dalam empat bulan terakhir, didorong oleh meningkatnya ekspektasi penurunan suku bunga oleh bank-bank sentral utama karena data AS yang lebih lemah dari yang diantisipasi dan pernyataan dari anggota Fed dan ECB.
Selain itu, para pedagang terus menilai prospek industri dari konsumen logam utama China setelah data CPI dan perdagangan yang positif. Harga konsumen negara tersebut naik 0,7% YoY di bulan Februari, kenaikan pertama sejak September 2023.
Di samping itu, penjualan kendaraan energi baru China melonjak 29,4% pada Januari-Februari 2024, mengangkat permintaan nikel, yang digunakan dalam pembuatan baterai electric vehicle (EV). Namun, pergerakan naik untuk komoditas ini terbatas karena kelebihan pasokan pasar, terutama dari Indonesia. (Aninda)