NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Indonesia dibanjiri investasi pabrik mobil raksasa asal Jepang yang bekerja sama untuk pengembangan produksi baterai kendaraan listrik maupun kendaraan listrik di Indonesia.
Hal ini adalah langkah Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam kebijakan hilirisasi nikel dan larangan ekspor bijih nikel pada awal Januari 2020 untuk memanfaatkan sumber daya alam Indonesia semaksimal mungkin bagi kemakmuran ekonomi bangsa dan negara dengan meningkatkan nilai tambah berkali-kali lipat.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) untuk nilai ekspor nikel pada Desember 2023 sebesar US$521,8 juta dengan jumlah volume ekspor nikel sebesar 126,0 juta ton.
Selain larangan ekspor bijih nikel, Presiden Jokowi juga menginginkan Indonesia menjadi Raja Baterai dan Raja Kendaraan Listrik Dunia. Untuk mewujudkan cita-cita Indonesia itu maka harus dibangun ekosistem besar Battery Electric Vehicle dan kendaraan listrik.
“Sehingga kita bisa masuk ke global supply chance sehingga rantai pasok global bisa kita masukin,” kata Presiden Jokowi dalam pemberitaan nikel.co.id, dengan judul, Pabrik Sel Baterai Terbentuk, Jokowi: Negara Lain Akan Ketergantungan.
Menurutnya, dengan terciptanya rantai pasok dunia maka Indonesia akan memiliki peran strategis untuk penyediaan pasokan bagi seluruh dunia.
“Di situlah nantinya ketergantungan negara lain terhadap baterai sel kita, ketergantungan negara lain terhadap EV baterai kita, disitu,” ujarnya.
Untuk meningkatkan nilai tambah yang maksimal maka komoditas nikel jangan hanya sampai pada produk setengah jadi (intermediate), seperti feronikel, nikel sulfat, nikel matte tetapi harus menjadi produk jadi, seperti baterai kendaraan listrik dan kendaraan listrik.
Walhasil, pemerintah perlahan mulai berhasil mengelola komoditas nikel bukan hanya produk setengah jadi saja yang selama ini terjadi. Dengan terbangunnya pabrik-pabrik end product maka nikel telah diberdayakan secara maksimal sehingga terciptanya pabrik-pabrik baterai kendaran listrik dan kendaraan listrik.
Adapun raksasa pabrik mobil Jepang yang berinvestasi untuk membangun dan memproduksi baterai dan kendaraan listrik, antara lain Honda, Toyota dan Mitsubishi serta Mazda. Honda sendiri telah menyatakan komitmennya untuk menambah investasinya sebesar Rp5,2 triliun. Bahkan Honda juga memindahkan pabrik mobilnya dari India ke Indonesia dan mengembangkan pabrik kendaraan listrik di Indonesia.
Kemudian, Pabrik Mobil Toyota yang berinvestasi dengan total sebesar RP 105 triliun hingga 2026. Pada 2022 investasi Toyota telah mencapai senilai RP77,9 triliun dan komitmen investasi kedepan sebesar Rp27,1 triliun tahun 2026. Dengan kapasitas produksi sebanyak 320 ribu unit per tahun dan telah memiliki empat pabrik yang berada di Karawang dan Sunter dengan karyawan sebanyak 8.003 orang di tahun 2023.
Untuk Pabrik Mobil Mitsubishi telah menanamkan investasi sebesar Rp5,7 triliun untuk kerja sama membangun pabrik mobil listrik Minicab-MiEV dan memiliki kapasitas sebanyak 250 ribu unit. Produk Mitsubishi yang akan diproduksi antara lain, jenis Hybrid Electric Vehicle (HEV), Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV) dan Battery Electric Vehicle (BEV). Mitsubishi akan fokus produksi mobil hybrid dan ekspor mobil pada 2024 sebanyak 98 ribu unit.
Terakhir Pabrik Mobil Mazda yang berencana untuk bekerja sama dengan Indonesia untuk pengembangan produksi kendaraan listrik yang diharapkan produk Mazda MX-30 (EV) dapat di produksi di Indonesia. (Shiddiq)