Beranda Daerah Kawasan Industri Morowali Tonggak Sejarah Hilirisasi Indonesia

Kawasan Industri Morowali Tonggak Sejarah Hilirisasi Indonesia

10848
0

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Kawasan Industri Morowali PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) adalah tonggak sejarah bagi pemerintah dalam mewujudkan program hilirisasi yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri Indonesia.

Pemilihan Morowali menjadi kawasan industri bukanlah tanpa alasan, justru karena Morowali merupakan suatu daerah di Kabuptaen Sulawesi Tengah (Sulteng) yang dikenal memiliki kekayaan sumber alam yang melimpah dan salah satu sumber kekayaan alam Indonesia terbesar di dunia adalah nikel yang ada di Morowali.

Mengutip laman CNBC pada Jumat (2/2/2024), Indonesia dikenal sebagai negara penghasil nikel terbesar di dunia dan menjadi daya tarik bagi investor untuk menjadi ladang investasi dan mengembangkan  industri di Morowali yang merupakan kawasan hulu hingga hilir terintegrasi.

Direktur Komunikasi PT IMIP, Emilia Bassar, mengatakan, pabrik-pabrik di kawasan IMIP sudah terintegrasi dan membentuk rantai produksi terutama ore nickel, nickel pig iron (NPI), stainless steel serta produksi bahan baku baterai kendaraan listrik.

“Pabrik-pabrik yang ada di kawasan IMIP ini sudah terintegrasi dan membentuk rantai produksi mulai dari ore nickel, NPI dan juga stainless steel hingga menjadi bahan baku baterai,” kata Emilia.

Hilirisasi industri pertambangan dengan komoditas seperti nikel, bauksit, dan tembaga belakangan ini gencar dilakaukan, karena dinilai bisa memberikan nilai tambah dan meningkatkan ekonomi dalam negeri.

Dukungan kawasan industri Morowali dalam program hilirisasi pemerintah sudah sangat jelas. Sebagai kawasan yang menjadi bagian hilir dari industri nikel berskala besar di Indonesia, IMIP melakukan operasi pertambangan melalui pabrik smelter yang dimilikinya di Blok Bahodopi, Kabupaten Morowali Sulteng.

Adapun pembangunan kawasan industri IMIP  di mulai sejak 2013 dan rampung serta mulai beroperasi sejak 2015. Pada 2019, Presiden RI Joko Widodo menetapkan IMIP  sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN)dan Obyek Vital Nasional (OVN). Dengan luas 4.000 hektar yang akan terus dikembangkan hingga mencapai 6.000 hektar dan menampung sebanyak 54 pabrik perusahaan yang beroperasi . Saat ini, Februari 2024 saja, kawasan industri IMIP telah mampu menampung sebanyak 80.000 tenaga kerja.

Menurutnya, berbagai fasilitas terus dibangun untuk menunjang kemudahan operasi pabrik dan meningkatkan berbagai infrastruktur lainnya demi kelancaran operasi produksi sehingga dapat hemat dan ekonomis untuk jangka panjang.

“Kami juga melayani dan memfasilitasi transportasi udara, darat dan juga laut. Kami juga punya  Jeti (Pelabuhan), Bandara IMIP, dan juga kami memfasilitasi jalan-jalan yang ada di kawasan industri IMIP ini,” ujarnya.

Dia juga menjelaskan, selain itu ada klinik serta fasilitas lainnya yang diberikan untuk melayani para tenan yang ada dikawasan industri ini. Kawasan industri ini juga menjadi pembuka pintu bagi kehadiran fasiltas hilirisasi nikel disudut-sudut lain Morowali, termasuk pengolahan nikel sebagai bahan baku baterai electric vehicle (EV).

Dalam kawasan IMIP untuk pengolahan nikel dibagi menjadi tiga Klaster, pertama Klaster stainless steel, kedua Klaster carbon steel, dan ketiga Klaster komponen baterai.

Emilia juga memaparkan, pentingnya penerapan Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dalam bekerja sehingga para pekerja dapat mengerti dan memahami resiko yang akan dihadapi.

“Yang pertama sudah pasti kami punya SOP K3, kemudian kami juga menerapkan SMK3, (Sistem Manajemen K3), yang lainnya tentu kami juga mempunyai pelatihan-pelatihan untuk keselamatan para pekerja dan melakukan identifikasi apakah pekerja itu memahami resiko yang akan mereka hadapi dan bagiamana mereka melakukan langkah-langkah berikutnya,” paparnya.

Dia juga memaparkan, IMIP juga melakukan audit dan inspeksi secara rutin terhadap penerapan SMK3 yang sesuai dengan regulasi yang berlaku di Indonesia.

Selain menarik investor, kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat di kawasan industri Morowali mengalami perubahan yang signifikan sekaligus menjadi magnet  bagi pendatang lokal hingga asing untuk mengadu nasib yang berdampak langsung pada ekonomi di Morowali, menjadi bergeliat dan sukses mengubah wajah Bahodopi secara drastis .

IMIP juga membangun Politeknik Industri Logam Morowali untuk menyiapkan tenaga kerja yang terdididk dan mencetak lulusan terampil untuk kebutuhan industri yang diharapkan dapat memberdayakan masyarakat lokal , agar memiliki kompetensi sesuai kebutuhan perusahaan-perusahaan yang berada di dalam kawasan industri Morowali.

Hilirisasi sektor tambang dan proses daur ulang berperan penting bagi kelangsungan sumber daya alam di Indonesia. Namun pegolahan harus terus dilakukan dengan turut mengutamakan keselamatan para pekerja sehingga baik pekerja maupun output industri yang ada bisa memberi nilai tambah dengan maksimal dari Morowali Sulteng. (Shiddiq)