Beranda Nikel ESDM: Supply dan Demand Nikel Dipengaruhi Banyak Parameter

ESDM: Supply dan Demand Nikel Dipengaruhi Banyak Parameter

2868
0
Prof. Irwandy Arif
Prof. Irwandy Arif. Dok: CNBC

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Staf Khusus Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Prof. Irwandy Arif, angkat bicara terkait harga nikel yang terus turun sejak April 2023.

Dia mengatakan, supply dan demand nikel dipengaruhi banyak parameter. Namun, perlu dicatat bahwa pada penurunan harga nikel tidak terjadi kejadian-kejadian eksepsional yang bisa mengintervensi harga yang sudah berlangsung secara normal.

“Jadi, perlu kita sampaikan di sini bahwa supply demand ini dipengaruhi oleh banyak parameter. Namun, di sini perlu dicatat apabila tidak terjadi kejadian-kejadian eksepsional yang bisa mengintervensi harga yang sudah berlangsung secara normal,” tuturnya dalam paparan Mining Outlook 2024 yang diadakan oleh CNBC pada Selasa (2/2/2024).

Dia juga angkat bicara terkait kelebihan atau oversupply produksi nikel yang menyebabkan harga nikel terus turun. Dilansir dari London Metals Exchange (LME) harga nikel kini berada di angka US$16.190.

“Kelebihan produk turunan dari nikel berupa nickel pig iron (NPI) dan feronikel perlu dicermati karena keluhan-keluhan yang menyebabkan harga turun, walaupun sebelumnya para produsen masih memperhitungkan supply demand, tetapi ternyata terjadi beberapa pelemahan dari permintaan dari produk turunan ini untuk besi baja,” lanjutnya.

Adapun terkait komplain dari Australia akan supply nikel yang berlebih, dia berkomentar bahwa produk nikel yang diproduksi di Australia adalah produk turunan nikel kelas 1.

“Nah, kemudian juga ada komplain dari Australia tentang produksi yang berlebihan dari produk turunan nikel Indonesia. Tetapi, menurut saya yang diproduksi di Australia itu adalah produk turunan nikel yang kelas 1 yaitu kebanyakan nickel matte, sedangkan produk nickel matte di Indonesia hanya 70 ribu ton per tahun. Rata-rata ya,” ungkap doktor lulusan Ecoles Des Mines De Nancy Paris ini.

Dia juga mengatakan, untuk beberapa tahun ke depan pemerintah memiliki perhatian terhadap mineral kritis dan mineral strategis yang diarahkan kepada tiga industri strategis, salah satunya baterai dan mobil serta motor listrik atau electric vehicle (EV). 

Dalam paparannya dia juga mengungkapkan bahwa Indonesia menduduki peringkat pertama untuk produksi nikel dengan cadangan sebanyak 30% dan peringkat pertama cadangan nikel dengan cadangan sebanyak 22% dari cadangan dunia. (Aninda)