NIKEL.CO.ID, JAKARTA – PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) merupakan perusahaan industri nikel terbesar di Asia Tenggara yang menguasai pangsa pasar sebesar 50 persen dari produksi hilir di Indonesia pada tahun 2018 dan memiliki produk utama berupa nikel, disusul dengan baja tahan karat dan baja karbon.
Hal ini menyalip perusahan besar lainnya di dalam negeri, seperti PT Vale Indonesia Tbk., dan PT Aneka Tambang Tbk., (Antam). Pada tahun 2014, PT Vale saat itu menguasai produksi nikel sebesar 77 persen tapi saat ini hanya mencapai 22 persen. Sedangkan Antam pada tahun 2014 mampu menguasai produksi sebanyak 19 persen, lalu menyusut hanya mencapai 5 persen sekarang.
Selain itu, perusahaan nikel lain seperti Virtue Dragon menguasai produksi nikel sebesar 11 persen, disusul dengan Harita Group sebanyak 6 persen dan beberapa perusahaan lainnya sebesar 6 persen.
Indonesia saat ini mampu memproduksi kebutuhan nikel lebih dari 1,6 juta metrik ton terbesar di dunia dan disusul Filipina dengan produksi sebesar 330.000 metrik ton, diikuti Rusia yang mampu memproduksi sebanyak 220.000 metrik ton.
IMIP berdiri di Kawasan Indutri yang terletak di Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Moroawali, Sulawesi Tengah, yang merupakan rantai industri terpanjang di dunia hingga mengelola pelabuhan samudera dan bandara. Hal ini berkat kerja sama antara Bintang Delapan Group dari Indonesia dengan Tsingshan Steel Group dari Tiongkok (China).
Di Indonesia saat ini, industri nikel masih dinilai sebagai bisnis yang menjanjikan dan kompetitif di sektor pengembangan stainless steel dan pengembangan ekosistem industri baterai. Namun industri hilir nikel sampai sekarang masih memproduksi bahan setengah jadi atau intermediate product dengan komposisi sebesar 99 persen.
Adapun produk setengah jadi yang dihasilkan oleh smelter di Indonesia umumnya masih pada produk nikel pig iron (NPI) sebesar 90 persen.
Namun selain nikel, IMIP pun memiliki industri pendukung yang mulai terentang dari coal power plant, pabrik mangan, silikon, chrome, kapur, kokas dan lainnya. Perusahaan nikel terintegrasi ini, operasi pertamanya dimulai sejak tanggal 19 September 2013.
Adapun komposisi kepemilikan saham PT IMIP yakni, Shanghai Decent Investment (Group) sebanyak 49 persen, PT Sulawesi Mining Investmen sebesar 25 persen dan PT Bintang Delapan Investama sebesar 25,31 persen.
PT IMIP juga telah memberikan sumbangsih kepada negara dalam bentuk royalti untuk kas negara, berupa Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berasal dari pemanfaatan sumber daya alam sesuai dengan peraturan pemerintah dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang PNBP.
Pada tahun 2015 hingga 2020, setoran PT IMIP ke negara terus mengalami peningkatan. PT IMIP telah berinvestasi sekitar US$10,20 miliar atau sekitar Rp 147 triliun (dalam kurs Rp14.400 per US$) hingga 2020. Dalam pemberitaan, tercatat pada Oktober 2021 karyawan IMIP mencapai 44.000 karyawan dengan gaji karyawannya berkisar antara Rp3.200.000 hingga Rp88.000.000 setiap bulannya.
Sebagai sebuah perusahaan yang berskala besar, PT IMIP memiliki visi misi untuk menjadikan kawasan industri yang terintegrasi, nyaman, kompetitif dan berwawasan lingkungan. (Shiddiq)