NIKEL.CO.ID, JAKARTA- Indonesia dikenal sebagai negara penghasil nikel terbesar di dunia. Sebanyak 40% produksi nikel, bersumber dari Indonesia.
Selain itu, nikel juga dianggap sebagai komoditas penting dan digadang gadang sebagai primadona, seiring tingginya permintaan kendaraan listrik.
“Indonesia ini penghasil nikel terbesar di dunia, dimana ini erat kaitannya dengan permintaan tinggi dari pasar global seperti China dan Korea. Ke depan, saya melihat peluang nikel ini sangat besar. Harganya pun naik terus, bahkan diprediksi bisa sampai US$ 26.000 per ton,” ungkap Head of Center Macroeconomics and Finance INDEF M Rizal Taufikurahman.
Berikut 10 perusahaan tambang nikel terbesar yang ada di Indonesia :
1. PT Aneka Tambang TBK (ANTM)
Perusahaan ini merupakan salah satu pemain utama dalam industri nikel Indonesia. Perusahaan ini tidak hanya bergerak di bidang eksplorasi dan eksploitasi nikel, tetapi juga berkolaborasi dengan PT Industri Baterai Indonesia, LG Energy Solution, dan Contemporary Amperex Technology Co. Limited untuk menyuplai bahan baku baterai kendaraan listrik.
Laba bersih ANTM pada tahun 2021 mencapai Rp1,8 triliun, menunjukkan kontribusi signifikan dalam ekonomi nasional.
Perusahaan nikel di Indonesia yang pertama ada PT Aneka Tambang TBK yang bergerak di bidang eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, pemurnian, dan bijih nikel. Perusahaan dengan kode BEI (Bursa Efek Indonesia) ANTM ini bekerja sama dengan PT Industri Baterai Indonesia (IBC), LG Energy Solution (LGES), dan Contemporary Amperex Technology Co.
Limited (CATL) sebagai produsen bahan baku baterai untuk kendaraan listrik. Sebagai salah satu perusahaan emiten di sektor pertambangan dan logam, PT Aneka Tambang TBK masuk ke dalam produsen emas terdiversifikasi yang berorientasi pada ekspor.
Di tahun 2021, perusahaan ini berhasil mencatat laba bersih hingga Rp1,8 triliun dengan total pendapatan sebesar R38 triliun. Adapun wilayah tambang yang dimiliki PT Aneka Tambang TBK tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, meliputi:
- Pulau Maniang: Kecamatan Wundulako, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.
- Kecamatan Pomalaa: Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.
- Kecamatan Lasolo: Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara.
- Kecamatan Asera dan Molawe: Kabupaten Konawe, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara.
- Kecamatan Maba dan Maba: Kabupaten Halmahera Timur, Maluku Utara.
2. PT Vale Indonesia TBK (INCO)
PT Vale Indonesia, memegang peranan penting sebagai produsen nikel matte dengan pendapatan mencapai Rp8,3 triliun. Pada tahun 2021, INCO mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 38 persen dibandingkan dengan semester pertama tahun sebelumnya. Wilayah pertambangan INCO tersebar di beberapa lokasi di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Timur.
Perusahaan ini menjadi salah satu perusahaan tambang nikel di Indonesia yang juga masuk ke dalam daftar BEI dengan kode INCO. Perusahaan ini menjadi produsen nikel matte dengan catatan pendapatan sebesar Rp8,3 triliun.
Nilai tersebut merupakan pencapaian terbesar mereka yang naik sebesar 38 persen dari pendapatan semester pertama di tahun 2021. Adapun sejumlah wilayah pertambangan yang dikuasai oleh PT Vale Indonesia TBK, meliputi:
- Blok Soroako: Kabupaten Luwu Timur (Sulawesi Selatan) dan Kabupaten Morowali (Sulawesi Tengah)
- Blok Suasua: Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara
- Blk Pomalaa: Kabupaten Kolaka dan Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara
- Blok Bahodopi: Kabupaten Morowali (Sulawesi Tengah) dan Kabupaten Luwu Timur (Sulawesi Selatan)
3. PT Central Omega Resources Tbk (DKFT)
PT Central Omega Resources Tbk didirikan tahun 1995.
Sejak tahun 2008, perusahaan mulai terjun di bidang pertambangan bijih nikel dan pada tahun 2011, perusahaan mulai mengekspor bijih nikel ke luar negeri. Dalam waktu yang relatif singkat, Perusahaan sudah mampu memproduksi bijih nikel sebanyak 3 juta ton per tahun.
Tambang bijih nikel perusahaan berlokasi di Sulawesi , yang merupakan salah satu sumber cadangan nikel laterite terbesar di dunia, tepatnya di Morowali, Sulawesi Tengah dan Konawe Utara, Sulawesi Tenggara.
Perusahaan ini bergerak di bidang pertambangan, pengolahan mineral, dan perdagangan hasil tambang. Meskipun mengalami kerugian pada kuartal pertama tahun 2023, DKFT sebelumnya berhasil mencatat laba hingga Rp6,93 miliar pada kuartal pertama tahun 2022. Perusahaan ini memainkan peran penting dalam penyediaan bijih nikel dan feronikel di Sulawesi Tengah.
4. PT Ifishdeco Tbk (IFSH) PT Ifishdeco Tbk (IFSH)
PT Ifishdeco TBK adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan bijih mentah nikel. Perusahaan ini juga melakukan berbagai kegiatan bisnis meliputi eksplorasi, pengembangan, dan penjualan nikel yang berbasis di wilayah Sulawesi Tenggara.
PT Ifishdeco TBK dengan kode IFSH ini mendapat pencapaian fantastis sepanjang tahun 2021 dengan penjualan bersih sebesar Rp906,25 miliar dengan laba bersih sebesar Rp159,07 miliar.
Di awal tahun 2023 ini, IFSH membukukan laba bersih sebesar Rp20,4 miliar. Nilai ini dianggap kurang memuaskan jika dibandingkan dengan pencapaian mereka di kuartal pertama 2022 sebesar Rp36,6 miliar. Bergerak di bidang pertambangan, pengolahan mineral, dan perdagangan hasil tambang. Meskipun mengalami kerugian pada kuartal pertama tahun 2023, DKFT sebelumnya berhasil mencatat laba hingga Rp6,93 miliar pada kuartal pertama tahun 2022. Perusahaan ini memainkan peran penting dalam penyediaan bijih nikel dan feronikel di Sulawesi Tengah.
5. PT Resource Alam Indonesia Tbk (KKGI)
PT Resource Alam Indonesia Tbk dengan kode KKGI menjadi salah satu perusahaan tambang yang menjadi incaran investor. Perusahaan ini mulai melakukan penawaran pertamanya pada Juli 1991 dengan jumlah saham yang terjual sebanyak 4,5 juta lembar dengan harga penawaran Rp5.700 per lembar saham.
Di tahun 2023, perusahaan ini mulai melakukan ekspansi produksi nikel di beberapa wilayah Sulawesi Tenggara dengan target produksi sebanyak 600 ribu ton. Selain itu, perusahaan ini juga berencana meningkatkan produksi dan distribusi tambang batu bara sebanyak 4 ton sesuai dengan tingkat permintaan pasar.
6. PT Bintang Delapan Mineral PT Bintang Delapan Mineral
Bagian dari Bintang Delapan Group, memiliki konsesi luas di Morowali, Sulawesi Tengah. Dengan fasilitas pemurnian atau smelter nikel, perusahaan ini memainkan peran kunci dalam penyediaan nikel di wilayah tersebut.
7. PT Timah Tbk
Perusahaan tambang dengan kode saham TINS ini bergerak di bidang produsen dan eksportir logam timah. Kegiatan usaha utamanya mencakup eksplorasi, penambangan, pengolahan, dan produsen nikel.
Berdasarkan website resmi mereka, perusahaan ini berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp1,04 triliun di tahun 2022. Ini menjadi pencapaian terbesar mereka mengingat di tahun 2022 tengah terjadi fluktuasi harga jual logam timah yang sangat tinggi.
8. PT Trimegah Bangun Persada (Harita Group)
Perusahaan ini merupakan bagian dari Harita Group yang menonjol di Kawasi, Maluku Utara, Halmahera Selatan. Melalui anak usahanya, Halmahera Persada Lygend, perusahaan ini memiliki pabrik nikel sulfat terbesar di dunia di Pulau Obi, dengan kapasitas produksi mencapai 240 ribu ton per tahun. Perusahaan-perusahaan ini tidak hanya menjadi pemain utama dalam industri nikel Indonesia, tetapi juga berperan penting dalam mendukung pertumbuhan industri kendaraan listrik secara global.
9. PT PAM Mineral Tbk
PT Pam Mineral Tbk berdiri pada tanggal 15 Januari 2008 ini bergerak di bidang pertambangan mineral nikel. Perusahaan ini juga menawarkan saham dengan kode NICL yang beroperasi di dua wilayah yang tersebar di Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah.
Emiten tambang produsen nikel NICL membukukan laba bersih sebesar Rp58,05 miliar sepanjang kuartal pertama tahun 2023.
10. PT Harum Energy Tbk
Perusahaan nikel di Indonesia selanjutnya ada PT Harum Energy Tbk dengan kode emiten HRUM. Perusahaan ini awalnya bergerak di bidang pertambangan batu bara, namun per tahun 2021, mereka mulai merambah bisnis komoditas nikel.
Berkat itu perusahaan ini berhasil membukukan laba bersih senilai US$103,02 juta atau naik 60,2 persen dari realisasi laba bersih di kuartal pertama tahun lalu yang hanya US$62,80 juta. (Lili Handayani)