NIKEL.CO.ID, 22 AGUSTUS 2023 – Smelter adalah bagian penting dari hilirisasi sektor pertambangan mineral dan batu bara. Hal ini karena smelter berfungsi untuk melakukan peleburan mineral logam mentah menjadi mineral logam setengah jadi hingga end product. Sehingga sesuai dengan tujuan hilirisasi, yaitu meningkatkan nilai tambah dari produk mentah menjadi produk setengan mateng atau end product.
Begitu pentingnya smelter dalam pertambangan sehingga pemerintah mewajibkan perusahaan tambang untuk mendirikan smelter. Kewajiban membangunan smelter bagi perusahaan tambang mineral dan batubara ini juga merupakan amanat Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 (UU 4/2009).
Pemegang kontrak karya (KK) dilarang menjual mineral mereka ke luar negeri. Kecuali, telah memenuhi sejumlah persyaratan yang ditetapkan dalam Permen ESDM nomor 5 tahun 2017 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam Negeri.
Kewajiban melakukan pengolahan dan pemurnian komoditas tambang lewat smelter, diatur dalam Pasal 102 UU Minerba. Dijelaskan bahwa “pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan Izin Usaha Pertambang Khusus (IUPK) wajib meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan/atau batubara dalam pelaksanaan penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta pemanfaatan mineral dan batubara”. Pasal 103 UU Minerba, selanjutnya mengatakan bahwa “pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi wajib melakukan pengolahan dan pemurnian hasil penambangan di dalam negeri”.
Smelter sendiri berasal dari Bahasa Inggris “smelting” yang berarti peleburan. Namun dalam industri pertambangan mineral logam, smelter adalah bagian dari proses sebuah produksi.
Dalam pabrik smelter ini, mineral yang ditambang dari alam akan dibersihkan dan dimurnikan. Sebab biasanya, mineral tersebut masih tercampur kotoran berupa material bawaan yang tidak diinginkan. Setelah masuk smelter maka kandungan logam seperti timah, nikel, tembaga, emas, dan perak akan meningkat hingga mencapai tingkat yang memenuhi standar sebagai bahan baku produk akhir.
Lahirnya kebijakan yang mewajibkan perusahaan tambang membuat smelter ditujukan agar hasil tambang yang dieskpor tidak lagi dalam bentuk mentah. Sebab dengan smelter, nilai tambah mineral tambang dan itu memberikan keuntungan bagi Indonesia. Sejalan dengan UU 4/2009, sejak Januari 2014, bagi perusahaan tambang tidak mau membangun smelter-nya sendiri pun dilarang untuk melakukan ekspor.
Selanjutnya, pemerintah pun mendorong agar hasil produksi dari pabrik smelter diintegrasikan dengan hasil komoditas tambang lainnya yang tersebar di daerah. Mulai dari nikel di Sulawesi, bauksit di Bintan dan Kalimantan Barat, tin di Bangka Belitung, hingga copper foil di Gresik.
Keberadaan smelter perusahaan tambang, merupakan bagian penting dari program hilirisasi industri di Indonesia. Pemerintah kini terus berupaya mempercepat pembangunan industri hilirisasi di berbagai daerah karena memberikan nilai tambah yang berlipat bagi negara serta membuka lapangan pekerjaan yang luas bagi masyarakat.
Meski sempat tersendat, proyek hilirisasi industri berjalan lancar. Keberadaan sejumlah pabrik smelter akan menambah daya saing Indonesia. Presiden Joko Widodo saat meninjau pabrik Smelter PT Freeport Indonesia (FI) di Gresik Jawa Timur, selasa (20/6/2023).
“Ke depan kita memiliki daya saing di situ, competitiveness kita ada di situ. Itulah yang kita gunakan sebagai pijakan. Smelter ini fondasi untuk kita menjadi negara maju. Sebab yang semula bertumpu kepada konsumsi, kini bertumpu kepada produksi,” kata Presiden Jokowi seperti dikutip laman resmi Setpres, Rabu (23/8/2023).
Dalam proses hilirisasi selama ini memang terkadang terjadi berbagai kendala, meskipun secara umum dinilai positif. Dari data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) per April 2022, ada 12 dari total 57 proyek hilirisasi yang mandek. Alasannya, proyek tersebut tergolong relaksasi, sehingga memiliki batas waktu.
Selama ini, proses hilirisasi dapat berjalan dengan baik karena Indonesia memiliki bahan baku atau sumber daya alam melimpah yang bisa diolah, termasuk nikel. Terlebih, nikel Indonesia mempunyai kontribusi 23 persen dari kapasitas potensi dunia.
“Mudah-mudahan ke depannya kita bisa dorong seluruh proses-proses hilirisasi yang saat ini masih tertunda,” kata Menteri ESDM Arifin Tasrif usai acara Penandatanganan Perjanjian Pembiayaan Smelter Nikel PT Ceria Metalindo Prima, Rabu (6/4/2023).
Presiden Jokowi berpandangan bahwa program hilirisasi tidak menutup kemungkinan bisa saja dihentikan jika dinilai merugikan. Hal ini terkait dengan pemahaman hilirisasi industri.
“Ini adalah swasta, BUMN. Ekonomi, ya ekonomi. Bisnis, ya bisnis. Kalau ini untung, ya akan terus. Kalau tidak, akan disetop,” ujar Jokowi dalam kesempatan meninjau pembangunan pabrik smelter PT Freeport Indonesia di Kabupaten Gresik, Jawa Timur tersebut.
Fungsi dan manfaat dari hilirisasi industri akan membawa Indonesia maju dan berdaya saing. Untuk itu, pembangunan smelter merupakan fondasi bagi Indonesia untuk menjadi negara maju di masa mendatang. Keberadaan sejumlah pabrik smelter akan menambah daya saing yang dimiliki Indonesia dan mengubah ketergantungan ekonomi dari sektor konsumsi ke sektor produksi.
Saat ini, pemerintah sedang melakukan penghiliran produk tambang dan menggencarkan pembangunan proyek-proyek smelter. Hilirisasi atau penghiliran barang tambang ini dilakukan untuk meningkatkan kemandirian negara dalam pengolahan bahan mentah hasil tambang. Pemerintah juga menargetkan akan membangun sebanyak 53 proyek smelter dengan investasi mencapai US$ 19,9 miliar pada tahun 2024.
Saat ini, ada dua perusahaan produsen tembaga terbesar di Indonesia, PT Freeport Indonesia dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara, yang sedang membangun smelter sebagai bentuk komitmen mereka mendukung kebijakan hilirisasi pemerintah. Setelah divestasi, Amman Mineral Nusa Tenggara membangun smelter tembaga di Sumbawa Barat senilai Rp 15 triliun dengan kapasitas produksi 900 ribu ton per tahun. Sedangkan smelter Freeport dibangun di Gresik, Jawa Timur, yang dapat menghasilkan 1,7 juta ton per tahun.
Tentang Smelter
Mengutip laman tempo terkait apa itu smelter pertambangan pada Jumat (9/6/2023), dikatakan smelter adalah fasilitas pengolahan hasil tambang yang berfungsi meningkatkan kandungan logam, seperti nikel, timah, tembaga, emas, dan perak, agar mencapai tingkat yang memenuhi standar sebagai bahan baku produk akhir. Proses tersebut juga meliputi pembersihan mineral logam dari pengotor melalui proses peleburan.
Contoh proyek pembangunan smelter yang saat ini sedang digarap pemerintah diantaranya proyek pertambangan dan pengolahan terintegrasi PT Vale Indonesia Tbk (Vale) dan PT Bahodopi Nickel Smelting Indonesia (BNSI).
Untuk total biaya investasi proyek smelter nikel Indonesia diperkirakan mencapai Rp 37,5 triliun, dengan kapasitas produksi mencapai 73 ribu ton per tahun. Smelter nikel merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dan didukung sumber listrik yang berasal dari gas alam. Sehingga smelter dapat mengurangi emisi karbon dari keseluruhan operasi proyek sebagai pelaksanaan Enviroment, Social and Governance (ESG).
Begini Cara Kerja Smelter
Smelter bekerja dengan mengurangi bijih menjadi beberapa produk penting. Hasil reduksi bijih dapat berupa hidrogen, logam aktif, dan sebagainya. Zat aktif yang terlibat dalam proses reduksi bergantung pada jenis logam yang direduksi. Semakin tinggi tingkat keaktifan logam, semakin sulit proses reduksinya.
Sebaliknya, jika tingkat keaktifan lebih rendah, proses reduksinya akan lebih mudah. Contoh logam dengan tingkat keaktifan tinggi adalah magnesium dan aluminium. Sedangkan logam dengan tingkat keaktifan rendah adalah emas dan tembaga.
Secara keseluruhan, cara kerja alat ini bergantung pada jenis logam yang diproses. Semakin rendah tingkat keaktifannya, semakin mudah proses peleburannya. Sementara itu, semakin tinggi tingkat keaktifannya, semakin sulit proses peleburannya.
Smelting merupakan pekerjaan berisiko tinggi karena melibatkan kontak langsung dengan suhu tinggi yang dapat membahayakan keselamatan. Selain itu, bijih yang diolah dapat mengandung zat berbahaya. Penggunaan alat berat juga memiliki risiko besar yang memerlukan kewaspadaan saat mengoperasikannya.
Karena itu, pekerja smelter harus mengikuti pelatihan keselamatan kerja sebelumnya. Mereka juga harus menggunakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai dengan standar untuk menjaga keselamatan dan kesehatan mereka. Perusahaan juga wajib memiliki sistem pemeriksaan dan pemeliharaan yang dilakukan secara teratur.
Keberadaan smelter baru dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut dan menarik minat investor, baik dari dalam maupun luar negeri, untuk berinvestasi dalam pengembangan potensi daerah. Hal ini memberikan dampak positif terhadap pembangunan ekonomi regional dan nasional. Adapun barang tambang yang umumnya dilakukan melalui proses smelting di pabrik smelter antara lain, Tembaga, Emas, Timah, Besi dan Nikel.
Contoh smelter nikel digunakan untuk mengolah bijih nikel menjadi nikel murni atau paduan nikel. Berdasarkan catatan Kementerian Koordinator Perekonomian, penghiliran nikel sepanjang 2022 telah berkontribusi sebesar 2,17 persen terhadap total ekspor non-migas. Produksi nikel Indonesia menempati peringkat pertama, yaitu sebesar 1 juta ton. Angka tersebut melebihi Filipina, yang sebesar 370 ribu ton, dan Rusia, yang sebesar 250 ribu ton. (Shiddiq)