Beranda Berita Nasional Meidy Ungkap Keberhasilan Hilirisasi Indonesia Kini ditiru Philipina dan Afsel

Meidy Ungkap Keberhasilan Hilirisasi Indonesia Kini ditiru Philipina dan Afsel

422
0
Sekum APNI Meidy Katrin Lengkey saat pemaparan Nikel and Battery Summit Bali, (10/8/2023). Dokumen MNI foto by: Varrel

NIKEL.CO.ID, 11 AGUSTUS 2023 – Sekretaris Umum Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), Meidy Katrin Lengkey, mengungkapkan bahwa keberhasilan hilirisasi Indonesia kini ditiru oleh negara Philipina dan Afrika Selatan (Afsel). 

Hal ini disampaikan Sekum APNI Meidy Katrin L dalam pemaparan materi di Acara Nikel and Battery Summit Bali 2023 yang diselenggarakan oleh Majalah Tambang, hilirisasi nikel berhasil meroket lantaran karena salesnya Presiden Joko Widodo langsng sehingga tidak sampai sepuluh tahun sudah berhasil.

“Buktinya keberhasilan kita saat ini akan dicontek oleh Philipina dan Afrika Selatan,” ungkap Meidy sapaan akrabnya di Discovery Kartika Plaza Hotel, diikuti nikel.co.id.

Menurutnya, Philipina dan Afrika Selatan akan mencontek hilirisasi bijih nikel dan mulai mengundang investor untuk membangun hilirisasi, dengan mencontek gaya Indonesia. 

“Jadi kita cukup bangga bahwa tidak sampai sepuluh tahun apa yang terjadi hilirisasi di Indonesia, kita sudah punya sampai akhir 2023 kemarin, ada 53 smelter,” ujarnya. 

Dia menuturkan, sejumlah 53 smelter itu yang terdiri dari 179 line dan terutama untuk pirometalurgi itu tercatat sampai akhir Juli 2023 kemarin. Sedangkan sebanyak 53 pabrik pirometalurgi yang mengolah dan menghasilkan NPi, yaitu nikel matte bahkan sampai ke stainless steel. 

“Tahun ini, tidak sampai dua bulan akan ada satu pabrik yang nanti kita akan sampaikan karena ownernya bilang jangan dipublikasikan dulu. Lalu pada bulan Desember (2023) akan launching satu pabrik baru, masih (untuk) pirometalurgi,” tuturnya. 

Meidy memaparkan, sedangkan untuk hidrometakurgi yang menghasilkan MHP maupun nikel sulfat tahun 2023 ini masih sebanyak empat pabrik. Menurutnya tahun depan akan ada dua pabrik baru yang akan berproduksi.

“Kita mau bicara tentang keberhasilan hilirisasi, tidak sampai 10 tahun hilirisasi nikel sudah sangat berhasil,” paparnya. 

Dia menjelaskan, terkait kebutuhan bijih nikel ini terdiri dari kepentingan mulai dari player nikel hingga government. Pada akhir Desember 2022 produksi nikel mencapai 101 juta ton.

“Gimana tahun 2023 ini? Data kami (APNI) hampir sama ada sekitar 170 juta ton bijih nikel yang akan terkonsumsi di tahun ini. Pertanyaannya 170 juta ton tahun ini, sampai bulan Juni kemarin baru terserap 32 juta ton, cukup nggak ini sampai akhir tahun?” jelasnya. 

Ia melanjutkan, belum lagi masalah ilegal mining yang sedang diberantas habis-habisan saat ini, seperti Sulawesi Tenggara (Sultra) yang merupakan provinsi terkaya pada tahun 2022 menghasilkan nikel sebesar 101 juta ton dan dari 101 juta ton itu ada 20 juta ton dari ilegal mining. 

“Tahun 2023, setelah ilegal-ilegal ini mulai dibersihkan, artinya ada demand 20 juta ton lebih. Siapa yang akan grate ini 20 juta ton. Kami dari APNI selalu menyampaikan kepada anggota, kita bersatu. Kenapa? Karena posisi kalian saat ini lagi di atas angin,” lanjutnya. 

Meidy menguraikan, bahwa tahun ini lagi ada over demand dan tahun ini salah satu pabrik smelter lagi membutuhkan bijih nikel dan menyampaikan ke APNI untuk kebutuhan nikel itu. Karena stok di pabriknya tidak mencukupi untuk dua minggu kedepan.

Padahal, tambah dia, APNI sudah memperjuangkan HPM (Harga Patokan Mineral), dan Januari 2023 memperjuangkan mekanisme transaksi menggunakan FOB namun masih ada pihak yang masih melakukan CIF. Akhirnya yang terjadi kerugian, terjadi keributan, terjadi perbedaan analisa. 

“Kami sudah sampaikan, sudah diskusi juga bahwa tahun ini 170 juta ton (nikel) dari kebutuhan 179 pabrik pirometalurgi dari 4 pabrik hidrometalurgi ditambah kekurangan dari yang berupa ilegal kemarin, artinya kita penambang diatas angin,” urainya. 

Menurut dia, bisa saja para penambang mengatakan tidak mau menjual nikel. Namun para penambang bukan ingin bertarung dengan pabrik smelter. 

“Tapi bagaimana kita membuat tata kelola, tata niaga sehingga bisa menghasilkan good mining practice, kita bisa mengembalikan kewajiban kita ke negara,” pungkasnya. (Shiddiq) 

Artikulli paraprakLaunching ASEPTI dan FGD dengan Tema Kutukan Sumber Daya Alam
Artikulli tjetërPunggawa Kemenko Marves Jawab Kritikan Faisal Basri, Sesat Berfikir Hilirisasi