Beranda Asosiasi Pertambangan Launching ASEPTI dan FGD dengan Tema Kutukan Sumber Daya Alam

Launching ASEPTI dan FGD dengan Tema Kutukan Sumber Daya Alam

158
0

NIKEL.CO.ID, 9 AGUSTUS 2023 – Ketua Panitia Pelaksanaan Acara Launching Asosiasi Penambang Tanah Pertiwi (ASPETI), Agung Setiawan, mengundang rekan-rekan media untuk menghadiri acara peluncuran ASEPTI. 

Agung menyampaikan, dalam rangka acara launching Asosiasi Penambang Tanah Pertiwi (ASPETI) dan kegiatan FGD (Focus Group Discussion), yang bertema: “Kutukan Sumber Daya Alam” Meneroka (eksplor) mekanisme dokumen pertambangan (Analisa Kasus Dokumen Terbang Merugikan negara 5,7 T),” 

Maka panitia mengundang kepada rekan-rekan media untuk turut hadir meliput acara tersebut.

Adapun acara ini akan dilaksanakan pada: 

Hari/Tanggal: Kamis, 10 Agustus 2023

Pukul: 13.00 WIB – Selesai

Tempat : Gedung Juang 45, Menteng, Jakarta Pusat. 

Dalam acara FGD ini juga hadir sebagai pembicara, yaitu:

1. Rizal Kasli (Ketua Umum Perhapi)

2. Yosef C.A Swamidharma (Perwakilan IAGI)

3. Taruna Adji (Pelaku Usaha Tambang)

4. Jeffisa Putra Amrullah (Pelaku Usaha Tambang)

5. 4. Arie Nobelta Kaban (Praktisi Hukum)

Selanjutnya, pengisi acara atau Moderator: Niko Adrian

“Untuk itu, kami mengharapkan kehadiran rekan-rekan media untuk dapat meliput acara tersebut. Demikian undangan ini disampaikan sekian dan terima kasih,” jelas Agung.

Dia memaparkan, seperti diketahui, Indonesia menjadi salah satu negara dengan produksi dan cadangan bahan tambang terbesar di dunia. Berdasarkan data terbilang tahun 2014, Indonesia memiliki persediaan Timah terbesar kedua di dunia, emas diurutan ke enam, dan panas bumi di puncak teratas. Bertautan dengan hal tersebut pula negara ini menjadi penghasil nikel terbesar ketuga, bauksit diurutan ke dua, gas di posisi Sembilan. 

Namun ada fenomena yang dikenal dengan istilah “Kutukan Sumber Daya Alam” bagi negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah ini. Paradoks atau fenomena ironi ini menyatakan bahwa negara yang kaya akan sumber daya alam, terutama yang tak terbarukan seperti minyak dan hasil tambang, cenderung lebih lambat mengalami pertumbuhan ekonomi jika dibandingkan dengan negara yang memiliki keterbatasan sumber daya alam. 

Menurut para ahli, beberapa sebab munculnya paradoks tersebut ialah karena ketergantungan yang tinggi terhadap harga komoditas, volatilitas nilai tukar mata uang dan harga barang di pasar global, lemahnya inovasi dan menurunnya daya saing sektor lain sebagai akibat ekstraksi SDA, serta timbulnya “natural resources corruption” oleh oknum-oknum tertentu yang dapat merugikan negara melalui modus operandi dari sistem yang kompleks.

Ketua Panitia Acara, Agung Setiabudi, menyampaikan FGD ini melibatkan para pemangku kepentingan di bidang minerba dengan tujuan agar ada kesepahaman bersama terkait aturan, kebijakan dan regulasi penambangan sehingga dapat berjalan sesuai dengan koridornya. 

“Kami harap dari FGD ini semua pihak yang terlibat dapat memahami tupoksi baik di Kementerian ESDM, pelaku usaha tambang, penegak hukum, maupun masyarakat. Selain itu, adanya jaminan keberlangsungan kegiatan pertambangan berdasarkan amanat kons tusi sesuai pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945,” ujar Agung dalam keterangan tertulisnya.

Sementara itu, Ketua ASPETI Andi Moch Adim, menjelaskan FGD ini diselenggarakan agar para pemangku kepentingan dapat mendiskusikan dan memproyeksi industri pertambangan dimasa mendatang.  

“Nantinya hasil FGD ini dapat menghasilkan pemikiran, apakah Indonesia sebagai Tanah Surga pada babakan berikutnya akan mengalami involusi atau justru mampu meniadakan kutukan untuk berkah yang dipersiapkan?,” paparnya.

Andi Moch Adim menambahkan, ASPETI ini hadir dengan visi mewujudkan kedaulatan energi dan kemandirian bangsa Indonesia. Serta menciptakan iklim yang kondusif, ramah lingkungan, berkelanjutan, berkeseimbangan, menjunjung tinggi kearifan dan budaya lokal dalam pengembangan dan pengelolaan pertambangan minyak dan gas bumi, mineral dan batubara, serta panas bumi. 

“Kami harap dengan adanya ASPETI ini dapat menjadi barometer sekaligus penyeimbang antara Negara, para pelaku usaha tambang dan masyarakat,” tutup Andi. (Shiddiq) 

Artikulli paraprakHilirisasi Berkeadilan Bukan Untuk Sekelompok Kecil Tapi Untuk Semua
Artikulli tjetërMeidy Ungkap Keberhasilan Hilirisasi Indonesia Kini ditiru Philipina dan Afsel