NIKEL.CO.ID, 27 JUNI 2023 – Langkah perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) Indonesia Battery Corporation (IBC) yang bergerak di bidang Battery Electric Vehicle (BEV) dan Electric Vehicle (EV) yang didirikan 21 April 2021 ini sudah sejauh mana peran mereka dalam mewujudkan visi menjadi perusahaan Ekosistem EV dan Baterai global.
Dari penelusuran nikel.co.id, mengutip pemberitaan di halaman IBC, maka tampak usaha terbaru yang dilakukan IBC adalah dengan peluncuran Battery Asset Management Services (BAMS), pada Senin, 12 Juni 2023 di kantor Kementerian Koordinator bidang Maritim dan Investasi (Marves), Jakarta.
BAMS ini merupakan sebuah prototype platform ekosistem motor listrik yang meliputi penyediaan baterai, swapping, charging station, dan aplikasi yang dapat digunakan oleh berbagai merek motor listrik termasuk motor listrik konversi.
“Kita melihat kendaraan listrik itu harus utuh dari satu ekosistem. Negara ini sama-sama kita atur buat lebih efisien,” kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan.
Dalam peluncuran BAMS, Menko Luhut, mengatakan, langkah ini merupakan salah satu upaya mendukung kebijakan pemerintah menuju Net Zero Emission tahun 2060. Dengan terciptanya ekosistem yang baik pada BAMS maka akan berdampak pada tumbuhnya investasi dan rantai pasok kendaraan listrik.
“Dengan volume kendaraan listrik yang visible, investor akan melihat investasi di Indonesia sesuatu yang menjanjikan,” kata dia.
Untuk mengatasi jarak tempuh kendaraan listrik, maka teknologi tukar baterai adalah solusi yang bisa dilakukan di banyak tempat dan untuk semua sepeda motor. Jadi, ada swap station dan charging station yang nantinya akan didirikan IBC bekerja sama dengan PLN.
Dalam hal itu, melalui platform ekosistem BAMS IBC terutama dalam mengembangkan standarisasi industri kendaraan listrik roda dua berbasis baterai di Indonesia, IBC dan PT PLN Persero bersama Gesits, Alva, Volta, United, Viar, BRT, dan Spora EV berkomitmen untuk menjadi bagian platform ekosistem BAMS IBC.
Sementara, Direktur Utama IBC Toto Nugroho, menuturkan, BAMS akan menjadi jawaban atas kendala utama yang menghambat percepatan penerimaan kendaraan motor listrik di Indonesia yaitu persoalan baterai yang berbeda pada setiap merek kendaraan. Ragam jenis baterai yang berbeda itu menjadi tantangan bagi ekosistem kendaraan listrik.
Ekosistem BAMS, kata Toto, menjadi solusi dalam menyeragamkan jenis baterai yang bisa dipakai seluruh pengguna kendaraan motor listrik maupun motor konversi. Platform BAMS terdiri atas baterai, swap station, dan aplikasi Internet of Things (IoT) yang mengintegrasikan seluruh titik.
“Kami percaya, ikhtiar ini bisa menjadi Langkah besar bagi bangsa agar menjadi ekosistem yang menggunakan sumber energi yang dihasilkan domestik, ramah lingkungan, dan tersedia di seluruh pelosok dengan harga terjangkau untuk seluruh masyarakat Indonesia,” ujar Toto.
IBC melalui Kemenko Marves juga melakukan kerja sama dengan Raksasa Mobil Listrik BYD di Shenzhen, Tiongkok, pada Kamis (25/05/2023).
Penandatanganan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara Republik Indonesia dengan Raksasa Mobil Listrik BYD bertujuan untuk menjajaki potensi investasi antara Indonesia dan Tiongkok, termasuk dalam bidang Mobil Listrik.
“Penandatanganan MoU ini mencerminkan pentingnya langkah-langkah ke depan dalam mewujudkan ambisi kendaraan listrik di Indonesia. Kami ingin mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia sehingga dapat menjadi pasar otomotif terbesar di Asia Tenggara, dan kami mengapresiasi inisiatif BYD untuk menjajaki peluang ini lebih lanjut,” kata Luhut.
Perusahaan BYD telah memiliki pangsa pasar kendaraan listrik global terbesar, yang terus berkembang di Asia dan Eropa. Pada 2022, BYD mencetak rekor dengan total penjualan global sebanyak 1,85 juta unit, mengalami peningkatan dari penjualan 593.745 unit pada tahun 2021.
“Bersama dengan mitra internasional seperti BYD, kita dapat menempatkan Indonesia sebagai pemain industri terdepan dalam panggung kendaraan listrik global, sekaligus mendorong transformasi Indonesia menuju masa depan yang lebih bersih dan lebih hijau,” jelasnya.
Menko Marves menargetkan, Indonesia akan menjadi raja baterai dunia, yaitu menjadi produsen baterai lithium terbesar ke-3 di dunia pada tahun 2027 – 2028.
“Sehingga kita akan menjadi produsen baterai lithium terbesar ketiga di dunia pada 2027 atau 2028 nanti. So, don’t look down on Indonesia,” kata Luhut.
Saat ini, ada investasi senilai US$ 31,9 miliar atau sekitar Rp489 triliun (kurs Rp 15.340) untuk pengembangan rantai pasok industri baterai di Indonesia hingga 2026.
Indonesia pun telah menarik investasi asing langsung sebesar US$ 45,6 miliar tahun lalu, rekor tertinggi baru sejak tahun 2000.
“Belum lagi nilai ekspor industri nikel kami mencapai US$ 33,8 miliar pada tahun 2022, di mana US$ 14,3 miliar dihasilkan dari ekspor, besi dan baja.
Menurutnya, keberhasilan ini terwujud karena keteguhan Presiden Jokowi untuk tetap melanjutkan kebijakan hilirisasi industri dalam mengolah raw material di dalam negeri untuk nilai tambah yang lebih tinggi.
Selain itu, IBC telah melakukan kunjungan ke Inggris pada bulan Mei 2022 lalu, dan menandatangani Nota Kesepahaman dengan Arrival Ltd sebagai partner untuk menemukan solusi pasokan potensial, serta membahas desain dan pengembangan kendaraan listrik.
Inisiasi ini merupakan bagian dari upaya IBC dalam menjajaki pengembangan Microfactory kendaraan listrik komersial di Indonesia dan Asia Tenggara.
MoU itu juga bertujuan untuk Studi Pasar dan kelayakan Proyek untuk ekspansi bisnis kendaraan listrik, kelayakan Proyek pasok Aluminium dan pasok Baterai untuk ekspansi bisnis EV di wilayah Asia Pasific, yang ditandatangani pada tanggal 30 September 2022.
IBC juga melakukan kerja sama dengan perusahaan China PT Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd. (CBL) dan LG Energy Solution asal Korea Selatan (Korsel).
Dalam kerja sama tersebut, IBC mendapatkan investasi senilai US$ 15 miliar atau sekitar Rp 223 triliun (kurs Rp 14.900/US$) untuk pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik.
Melalui Platform BAMS, IBC saat ini sudah mulai mewujudkan ekosistem BEV dan EV lebih konkret untuk menunjang berbagai kebutuhan para pengguna kendaraan motor maupun mobil listrik di Indonesia. Sehingga perkembangan ekosistem BEV dan EV akan semakin maju tentunya dengan berbagai usaha lainnya. (Shiddiq)