NIKEL.CO.ID, 8 JUNI 2023 – Indonesia di tahun 2023 ini kembali mencatatkan sejarah dengan masuknya dua perusahaan tambang nikel terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu PT Trimegah Bangun Persada, Tbk (TBP/NCKL) dan anak usaha emiten tambang PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) PT Merdeka Battery Materials (MBM).
Dua perusahaan tambang nikel yang kini telah menjadi emiten di bursa saham menandai sejarah saham di Indonesia semakin cerah, terutama di sektor pertambangan nikel Indonesia.
Tentunya, dua emiten tambang nikel ini akan memperkuat nilai harga nikel di tingkat nasional maupun internasional bersama emiten tambang nikel lainnya yang sudah lebih dulu melantai di bursa saham.
PT Trimegah Bangun Persada, Tbk, (TBP) adalah milik Harita Group yang telah resmi menjadi emiten di BEI dengan kode emiten NCKL pada Rabu, 12 April 2023 melalui Penawaran Umum Perdana atau disebut Initial Public Offering (IPO).
Disebut IPO NCKL (TBP) menjadi yang terbesar ke-3 setelah PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dengan dana Rp 21,9 triliun dan PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel Rp 18,79 triliun.
Emiten dengan kode NCKL yang bergerak di bidang usaha pertambangan bijih nikel ini menawarkan harga IPO saham Rp 1.220-1.250 per lembarnya. NCKL melepas 12,09 miliar lembar saham atau setara 18% dari modal ditempatkan dan disetor perseroan.
Sehingga perusahaan akan meraih dana segar sebesar Rp14,75 triliun hingga Rp15,11 triliun dari aksi perusahaan.
Untuk dana IPO itu sendiri, NCKL menggunakannya untuk membayar utang kepada grup dan bank, modal kerja, dan digunakan sebagai dana yang akan dipinjamkan ke anak usaha. Kemudian untuk dana sebesar 27,53 persen dari dana IPO akan digunakan untuk bayar utang.
Perubahan struktur pemegang saham PT TBP setelah IPO menjadi PT Harita Jayaraya (81,18 persen), PT Citra Duta Jaya Makmur (0,82 persen), Masyarakat (17,91 persen), dan ESA (0,09 persen).
Dalam momen bersejarah ini, menurut pemberitaan, Presiden Direktur NCKL, Roy A. Arfandy, menyampaikan saat IPO saham itu, NCKL mendapatkan respons yang sangat positif dari pasar.
Bisa dilihat, selama masa periode penawaran umum dari tanggal 5 sampai 10 April 2023 saham NCKL mengalami kelebihan permintaan atau oversubscribed, sehingga sesuai dengan ketentuan pelaksanaan distribusi saham melalui platform e-IPO porsi alokasi pooling yang dipersyaratkan adalah sebesar 5 persen.
Pihaknya sangat mengapresiasi dan berterima kasih terhadap tingginya antusiasme investor terhadap IPO NCKL.
“Terjadinya oversubscribed merupakan wujud nyata kepercayaan yang diberikan oleh investor terhadap prospek cerah industri pengolahan nikel yang dikelola oleh Perseroan,” kata Roy dikutip dari keterangan pers, Rabu (12/4/2023).
PT TBP dan Entitas Anak memiliki dan mengoperasikan dua proyek pertambangan nikel laterit aktif yang pertama seluas 4.247 hektar di Kawasi yang dioperasikan oleh NCKL dan 1.277 hektar di Loji yang dioperasikan oleh entitas anak, PT Gane Permai Sentosa. Keduanya terletak di Pulau Obi, Provinsi Maluku Utara dengan total luas kawasan pertambangan Perusahaan sekitar 5.524 hektare.
Saat ini, Entitas Anak Perseroan memiliki dua prospek pertambangan nikel yaitu PT Obi Anugerah Mineral seluas 1.775 hektar dan PT Jikodolong Megah Pertiwi dengan luas 1.885 hektar. Keduanya juga berlokasi di Pulau Obi.
Kemudian, perusahaan tambang nikel kedua yang menggoreskan sejarah tahun 2023 sebagai emiten adalah PT Merdeka Battery Materials (MBMA) yang resmi mencatatkan saham perdananya atau IPO di BEI pada Selasa, 18 April 2023. Total saham yang dilepas sebanyak 11.549.999.900 dengan harga Rp 795 per lembar.
Dari IPO itu, MBMA yang juga melakukan hilirisasi dalam rantai baterai kendaraan listrik mendapat dana Rp9,2 triliun dengan nilai kapitalisasi pasar saham mencapai Rp85,9 triliun.
Menurut pemberitaan, IPO MBMA mendapat dukungan dari berbagai investor, intitusi, baik dari dalam maupun luar negeri.
Tindakan perusahaan dinilai sangat penting dalam mewujudkan visi MBMA sebagai pemain global, yang terintegrasi secara vertikal dalam rantai nilai mineral strategis dan bahan baku baterai kendaraan bermotor listrik.
Menurut MBMA, dana dari IPO tersebut digunakan untuk membiayai pembangunan dan pengembangan sejumlah proyek pemrosesan nikel. Diantaranya fasilitas High Pressure Acid Leach (HPAL) I tahap I dengan kapasitas 60 ribu ton per tahun untuk menghasilkan material dalam rantai nilai bahan baku baterai kendaraan listrik.
Sisanya digunakan untuk memperkuat modal kerja anak usaha, PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) yang merupakan perusahaan tambang nikel dengan salah satu sumber daya terbesar di dunia dalam hal kandungan nikel.
Seperti diberitakan, SCM memiliki sumber daya lebih dari 1,1 miliar bijih dry metric tonne yang mengandung 13,8 juta ton nikel, dengan kadar 1,22 persen Ni dan 1,0 juta ton kobalt pada kadar 0,08 persen Co. Kapasitas produksi tambang SCM diperkirakan akan mencapai 14,6 juta wet metric tonnes pada 2024.
Kemudian, MBMA juga akan menggunakan dana hasil IPO itu untuk melunasi hutang-hutang perusahaan, diantaranya untuk membayar US$300 juta pinjaman, investasi dan modal kerja.
Selebihnya digunakan untuk mengembangkan tahap pertama pabrik High Pressure Acid Extraction (HPAL) berkapasitas 60.000 ton per tahun.
Anak usaha emiten tambang PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) PT Merdeka Battery Materials (MBM) merupakan perusahaan nikel yang dimiliki salah satunya adalah Boy Thohir saudara dari Menteri BUMN Erick Thohir.
Ketika IPO berlangsung dilakukan pelepasan sebanyak 11 saham dengan kisaran harga Rp780 sampai Rp795 per saham, perusahaan mengincar dana sebesar Rp8.750.000.000.000.
Kemudian bila terjadi kelebihan pemesanan atau oversubscribed, MBM akan mengeluarkan Saham Tambahan sebanyak-banyaknya 1,1 miliar saham dengan nilai nominal Rp100.
Sehingga jumlah Penawaran Umum secara keseluruhan adalah sebanyak-banyaknya Rp9.619.500.000.000.
MBM akan menjadi perusahaan pertambangan nikel kedua yang melantai di bursa tahun 2023 ini, setelah PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL), yakni perusahaan konglomerat Harita.
Modal dasar perusahaan MBMA sebanyak 350 miliar saham dengan nilai Rp35 triliun.
Setelah IPO maka susunan pemegang saham terakhir adalah PT Merdeka Energi Nusantara (54,82%), Garibaldi Thohir (12,41%), Huayong International (Hong Kong) Limited (8,45%), Winato Karton (7,05%), PT Prima Langit Nusantara (4,64%) PT Prima Puncak Mulia (4,22%) Hardi Wijaya Liong (3,02%), Philip Suwardi Purnama (2,69%), Edwin Soeryadjaya (2,38%), Agus Superiadi (0,24%), dan Trifena (0,08%).
Dua perusahaan ini, NCKL dan MBMA merupakan perusahaan nikel yang memiliki ambisi untuk meraih dana penawaran umum perdana atau IPO saham bernilai jumbo.
Secara sektoral, MBMA berada di industri yang sama dengan NCKL, namun dilihat dari sisi penggunaan dana hasil IPO, dana IPO untuk keperluan ekspansi lebih besar dicatatkan oleh NCKL dibandingkan MBMA yang lebih banyak untuk keperluan membayar utang. (Shiddiq)