Beranda Berita Nasional Indonesia Mengukir Sejarah dengan Peresmian Pabrik Nikel Sulfat HPL Terbesar Dunia

Indonesia Mengukir Sejarah dengan Peresmian Pabrik Nikel Sulfat HPL Terbesar Dunia

714
0
Foto bersama Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, Septian Hario Seto, Bupati Halmahera Selata, Usman Sidik dan jajaran Direksi PT HPL, PT TBP/NCKL, seusai peresmian operasi pabrik nikel sulfat, Rabu (31/5/2023)

NIKEL.CO.ID, 1 JUNI 2023 – Indonesia kini telah mengukir sejarah baru di dunia pertambangan di sektor hulu pertambangan nikel dengan diresmikannya operasi Pabrik Nikel Sulfat pertama dan terbesar di dunia di pulau Obi Halmahera Selatan, Maluku Utara. 

Pabrik nikel sulfat PT Halmahera Persada Lygend (PT HPL) merupakan anak usaha Harita Nickel yang terafiliasi dengan PT Trimegah Bangun Persada Tbk, (PT TBP/NCKL) milik Harita Group salah satu perusahaan nasional Indonesia.

Adapun peresmian operasi produksi nikel sulfat dengan kapasitas 240 ribu ton per tahun tersebut dilakukan di kawasan operasional Harita Nickel di Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara, pada Rabu (31/5/2023) kemarin. Seperti diketahui, nikel sulfat merupakan bahan utama penyusun prekursor katoda baterai kendaraan listrik.

Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi (Kemenko Marves), Septian Hario Seto, dalam persemian itu menyampaikan, hari ini merupakan momen bersejarah bagi Indonesia dalam pencapaian Harita Nickel yang luar biasa.

“Kita mengulang sejarah dua tahun lalu bersama Menko Marves meresmikan pabrik HPAL pertama. Ini sesuatu yang membanggakan, di mana hari ini kita akan meresmikan nikel sulfat yang merupakan produk turunan dari nikel yang nanti dapat diolah menjadi prekursor,” kata Septian dalam pidato sambutan persemian operasi Pabrik Nikel Sulfat melalui keterangan pers yang diterima nikel.co.id, Kamis (1/6/2023).

Menurutnya, keberhasilan ini sangat mengesankan dan luar biasa karena sekaligus menunjukkan kolaborasi investor lokal dan investor asing bisa bekerja sama dengan baik. Pabrik HPAL yang ada di Pulau Obi ini, kata dia, merupakan salah satu pabrik yang pengelolaan operasionalnya sangat baik.

“Kita lihat pabrik-pabrik HPAL di dunia itu butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa melakukan ramp up capacity. Tapi di sini, dengan teknologi baru ini hanya dalam waktu beberapa bulan bisa meningkatkan kapasitas,” jelas Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves. 

Lebih lanjut, Septian memaparkan, baru-baru ini Kemenko Marves melakukan pengawasan dan pengecekan di seluruh kawasan pertambangan.

“Kami juga baru melakukan audit seluruh kawasan industri pertambangan dan di Obi ini merupakan salah satu yang terbaik dalam hal pengelolaannya,” paparnya.

Terakhir, dia berharap, untuk pengelolaan terhadap lingkungan yang baik di Pulau Obi agar bisa terus dilanjutkan, dan kontribusi terhadap masyarakat sekitar maupun program-program CSR dan bantuan masyarakat yang tepat sasaran juga diharapkan dapat terus dipertahankan.

“Saya kira ini akan menciptakan keselarasan dan keharmonisan antara perusahaan dengan masyarakat,” tandasnya.

Selaras dengan Septian, Direktur PT HPL, Tonny H. Gultom, menegaskan, Harita Nickel melalui PT HPL yang berkolaborasi dengan Lygend Resources Technology Co., Ltd, kembali mencatat sejarah baru setelah di Juni 2021 menghasilkan Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik dan menjadi industri pionir di Indonesia.

“Pada hari ini kami kembali menancapkan tonggak sejarah baru di mana Bapak dan Ibu sekalian akan menjadi saksi peresmian dari pabrik nikel-sulfat (NiSO4.6H2O) yang juga diproduksi PT Halmahera Persada Lygend,” tegas Tonny di waktu yang sama. 

Tonny mengklaim, pabrik nikel sulfat di pulau Obi ini merupakan pabrik pertama di Indonesia yang memproduksi nikel sulfat dan yang terbesar di dunia dalam kapasitas produksinya. Dia mengungkapkan, dalam hal kapasitas produksi NiSO4, perusahaan akan terus melakukan penyempurnaan.

“Dan akan meningkatkan kapasitasnya hingga mencapai 240.000 metrik ton per tahun dengan kandungan nikel metal 54.000 ton per tahun dan ditargetkan tercapai pada pertengahan Q2 tahun 2023,” ungkapnya. 

Adapun ekspor perdana nikel sulfat, ia menguraikan, akan dilakukan pada Juni 2023. Menurutnya, di Pulau Obi yang kaya mineral ini, Harita Nickel konsisten membangun industri pertambangan terintegrasi dari hulu hingga ke hilir.

Hal ini tercermin, sejak dimulainya pertambangan pada 2010 melalu TBP, Harita Nickel telah mengejawantahkan apa yang menjadi amanat dari pemerintah akan semangat hilirisasi.

Sehingga pada 2015, lanjut dia, Harita Nickel telah melakukan hilirisasi melalui pengolahan nikel kadar tinggi (saprolit) melalui PT Megah Surya Pertiwi (PT MSP) dengan empat jalur produksi feronikel.

“Di tahun 2018 kami mulai membangun hilirisasi pengolahan nikel kadar rendah limonit yang selama ini diperlakukan sebagai over-burden (batuan sisa) Mixed Hydroide Precipitate,” lanjut Tonny. 

Dia juga menjelaskan, industri hilirisasi tersebut resmi beroperasi pada Juni 2021, melalui afiliasi PT HPL. Kemudian disusul dengan anak usaha Harita Nickel lainnya, PT Halmahera Jaya Feronikel (PT HJF) pada semester I 2023 ini telah menyelesaikan pembangunan smelter feronikel dengan delapan jalur produksi.

Menurutnya, semangat hilirisasi ini terintegrasi dalam bentuk peta jalan bisnis. 

“Yang hingga hari ini dengan bangga dan penuh rasa syukur, bergandengan tangan bersama partner kami dari Lygend Resources Technology Co., Ltd, telah berhasil naik ke jenjang pencapaian baru dengan diproduksinya nikel sulfat,” jelas Tonny. 

Seirama dengan Direktur PT HPL, Tonny H. Gultom, Bupati Halmahera Selatan, Usman Sidik, menyampaikan, rasa syukur dan bangga bisa menjadi saksi keberhasilan PT HPL yang memproduksi nikel sulfat pertama di Indonesia.

“Bagi kami ini luar biasa dan tentunya diharapkan memberikan dampak positif bagi masyarakat Halmahera Selatan,” ujar Usman. 

Kebanggaan ini juga keluar dari mulut Direktur PT Halmahera Persada Lygend, Zhang Bao Dong, yang mewakili Lygend Resources Technology Co., Ltd, Lygend merasa bangga dan berharap bisa bekerjasama dengan Harita Group dan menghasilkan pabrik HPAL sampai turunannya, yaitu nikel sulfat.

“Besar harapan kami bahwa ke depannya Harita dan Lygend akan bersama-sama membangun industri hilirisasi demi memberikan dampak ekonomi yang berkelanjutan,” ucap Zhang di hari yang sama. 

Menurutnya, upaya-upaya yang konstruktif akan terus dilakukan untuk mengembangkan lebih hilir lagi.

“Dari ekosistem baterai kendaraan listrik yang berasal dari Pulau Obi ini,” pungkasnya.

Peresmian operasi produksi nikel sulfat ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi yang diwakili Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan, Septian Hario Seto dilanjutkan dengan peninjauan operasional produksi nikel sulfat di pabrik dengan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) PT HPL. 

Turut hadir dalam acara peresmian tersebut Bupati Halmahera Selatan, Usman Sidik, CEO Harita Group, Lim Gunawan Hariyanto serta jajaran manajemen Harita Group dan Lygend Resources Technology Co. Ltd. (Shiddiq) 

Artikulli paraprakChinalco Perusahaan Pertama di Tiongkok Gunakan Teknologi Tekanan Oksigen Lebur Nikel
Artikulli tjetërAPNI Sampaikan Harapan kepada Pejabat yang Baru Dilantik Menteri ESDM