Beranda Berita Nasional Senior VP SMM Jelaskan Pertimbangan Baterai LFP Lebih Diminati Konsumen  

Senior VP SMM Jelaskan Pertimbangan Baterai LFP Lebih Diminati Konsumen  

308
0

NIKEL.CO.ID, 31 MEI 2023-Senior Vice President Shanghai Metals Market (SMM), Logan Lu mengatakan, Indonesia merupakan negara pemilik sumber daya dan cadangan bijih nikel terbesar dunia. SMM memperkirakan produk intermediatte (setengah jadi), seperti NPI dan feronikel dari Indonesia akan memenuhi 80% pasar China pada 2027.

“Kalau kita melihat program yang sedang dikembangkan di China dari 2023 sampai 2028 semua bahan bakunya ada di Indonesia. Makanya sekarang kita ada di sini,” kata Logan Lu saat menyampaikan materi New Energy, New Pricing-SMM Nickel, Cobalt, Lithium, Pricing Methodology di hari kedua 2023 Indonesia International Nickel and Cobalt Industry Chain Summit di Hotel Shangri-La, Jakarta, Rabu (31/5/2023).

Pelaksanaan 2023 Indonesia International Nickel and Cobalt Chain Summit merupakan kerja sama Shanghai Metals Market (SMM) dengan Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) dengan tema: “The New Ecology of Nickel and Cobalt Industry Under Globalization”.

Logan Lu menyampaikan harapannya Indonesia bisa melakukan semua proses peningkatan nilai tambah nikel. Baik pemrosesan bijih nikel sebagai bahan baku stainless steel atau untuk produk baterai kendaraan listrik (electric vehicle)

“Kita juga berharap semuanya akan dilakukan di Indonesia,” harapnya.

Ia menyampaikan, Indonesia sudah mengimpor produk setengah jadi, seperti NPI ke China sebanyak 86%, atau terjadi peningkatan 1 juta ton. Secara keseluruhan Indonesia memiliki potensi sangat besar dari nikel.

Sementara untuk komoditas cobalt, Logan Lu memperkirakan permintaannya mengalami penurunan di pasar China dari sebesar 0,08% pada 2021 menjadi 0,06% di 2026. Faktor penurunan permintaan cobalt karena adanya pembatasan permintaan dari perusahaan sehingga terjadi penurunan.

Cobalt merupakan salah satu bahan baku untuk material baterai EV. Baterai EV salah satunya digunakan untuk Neighborhood Electric Vehicle (NEV) di China.  NEV di pasar China sudah mencapai 67% YoY, meskipun sempat menurun menjadi 24% karena ada peraturan baru di China.

“China sudah memproduksi baterai LFP (Lithium, Ferro, Phosphate) dan baterai NMC (Nickel, Mangan, Cobalt). Secara dasar, LFP adalah baterai untuk aplikan baterai rendah dan medium. Baterai ini harganya lebih murah dibandingkan baterai NMC,” tuturnya.

Penjualan baterai LFP pada 2021, sangat signifikan, hampir mencapai 100%.  Karena konsumen lebih memilih baterai EV yang harganya lebih murah.

Logan Lu menambahkan, bahan baku lainnya yang dibutuhkan untuk baterai EV adalah nikel sulfat.  China adalah produsen terbesar nikel sulfat, sebesar 66% output-nya untuk baterai EV.

“Nikel sulfat adalah sumber daya dasar untuk penggunaan baterai dan produksi baterai. Kita mengekspetasi akan terjadi perlambatan produksi nikel sulfat di China pada 2023, di antaranya karena terjadi penurunan supply bahan baku dari bijih nikel,” kata Logan Lu. (Syarif)

Artikulli paraprakKonsisten Terapkan ESG, PT Vale Terima Bisnis Indonesia Award 2023
Artikulli tjetërChinalco Perusahaan Pertama di Tiongkok Gunakan Teknologi Tekanan Oksigen Lebur Nikel