
NIKEL.CO.ID, 16 MEI 2023 – Kepala Badan Geologi Kementerian Energi Sumber daya dan Mineral ( KESDM), Sugeng Mujianto, memaparkan sumber daya berdasarkan karakteristik kadar nikel dalam skematik pembentukan nikel laterit, utamanya berasal dari dua endapan. Hal tersebut dikatakannya pada pembukaan hari pertama Training of Trainers Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) di Hotel Sahid Jakarta, Senin kemarin.
“Tambang nikel dunia umumnya berasal dari 2 tipe cebakan atau endapan bijiih yaitu endapan laterit dengan mineral bijih utama nickeliferous (Fe, Ni) O (OH) dan garnierit atau cebakan sulfida magmatik dengan mineral bijih utama pentlandite ((Ni, Fe)9 S 8),” kata Sugeng.
Menurutnya, laterit in situ berada di zona pelindian yang merupakan pengkayaan dalam oleh retakan-retakan batuan. Kemudian pengkayaan dangkal dengan sedikit retakan batuan. Sedangkan zona pengkayaan terbanyak berada di zona serpentinit dan peridotit permeable, dimana pengendapan bijih nikel dan larutan yang turun dan zona akhir adalah zona erosi.
“Nikel di Indonesia secara umum terjadi dalam bentuk endapan laterit nikel (mengandung logam ikutan Fe dan Co). Endapan tersebut terletak di permukaan batuan dasar ultramafik dan sebagai hasil dari pelapukan kompleks oflit,” jelasnya.
Adapun zonasi laterit dan teknologi pengolahannya, Sugeng menuturkan, schematic laterite profile itu mulai dari red limonite, yellow limonite, transition, saprolite/garnierite/fresh rock.
“Lalu approximate analysis dan extraction process yaitu, acid leach, caron process, smelting,” tuturnya.
Kemudian, dia memaparkan mengenai karakteristik bijih nikel dengan kadar dibawah 1,5% dan nikel dengan kadar diatas 1,7%. Kadar nikel dibawah 1,5% dengan sumber daya yang tereka 4,5 milyar wmt, tertunjuk sebesar 3,4 milyar wmt, terukur sebanyak 1,8 milyar wmt. Sedangkan Cadangan terkira sebanyak 1,4 milyar wmt, terbukti sebanyak 242 juta wmt.
“Sedangkan untuk nikel kadar 1,7% sumber daya yang tereka sebanyak 6,5 milyar wmt, tertunjuk sebanyak 4,3 milyar wmt, untuk terukur bijih sebanyak 2,5 milyar wmt, terkira sebanyak 2 milyar wmt, dan terbukti sebanyak 560 juta wmt,” paparnya.
Sugeng mengatakan, data pelaporan sumber daya dan cadangan nikel 2022 berdasarkan 60,24% (188 IUP/IUPK) dari 312 IUP/IUPK. Dari data tersebut diiperlukan peningkatan kepatuhan IUP/IUPK nikel yang melaporkan data sumber daya dan cadangan nikel ke minerba sehingga bisa diperoleh data yang lebih mutakhir.
“Total cadangan adalah 55,1 juta ton Ni content dan sebayak 70% dari cadangan tersebut atau 38, 72 juta ton mempunyai grade Ni > 1,5% yang dibutuhkan oleh sebagian besar smelter di Indonesia. Data sumber daya dan cadangan nikel tahun 2022 yang terverifikasi CP semakin meningkat sebesar 57%,” pungkasnya.(Shiddiq)