Beranda Berita Nasional 5 Juta Unit Truck dan Bus Listrik Miliki Potensi Investor ke Indonesia

5 Juta Unit Truck dan Bus Listrik Miliki Potensi Investor ke Indonesia

923
0

NIKEL.CO.ID, 30 MARET 2023 – Direktur Utama PT VKTR Teknologi Mobilitas, Gilarsi Wahju Setijono menyebutkan populasi truck dan bus listrik di Indonesia sekitar 5 juta unit harus diberikan perhatian, karena memiliki potensi besar menarik minat investor datang ke Indonesia di acara Kementerian Investasi dan BKPM RI, Rabu ( 29/3/2023).

Kendaraan bus dan truck selain mengkonsumsi diesel, mereka juga mengkonsumsi subsidi sehingga perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah. Hal ini ditambah dengan market bus dan truck di Indonesia bila digabungkan itu menjadi jumlah yang cukup besar yaitu sebanyak 5 juta unit setara dengan jumlah penduduk Singapura.

“Jadi menurut saya kalau kita garap dengan serius, maka ini akan menjadi satu potensi untuk orang berinvestasi di Indonesia. Domestic investment, maupun point investment itu akan segera lari ke sini,” sebut Dirut PT VKTR Teknologi Mobilitas Gilarsi dalam acara tersebut diikuti nikel.co.id, Kamis (30/3/2023). 

Menurut Gilarsi, untuk mendatangkan investasi ke Indonesia dalam rangka mewujudkan ekosistem electric vehicle (EV), maka yang perlu dilakukan adalah mempersiapkan market terlebih dahulu.

“Jadi market di Indonesia harus didahulukan sebelum industrinya datang,” katanya. 

Menurut Gilarsi, subsidi sebenarnya diperlukan hanya untuk mengakselerasi atau mengadopsi saja. Sehingga kebijakan subsidi bukan untuk selamanya. Karena sebetulnya life time costnya antara EV dan commercial life time cost EV itu lebih murah dibandingkan untuk pengusaha maupun konsumen pribadi. 

“Jadi EV itu lebih murah dibandingkan commercial,” jelasnya.

Gilarsi menegaskan, kondisi harga kendaraan EV saat ini masih mahal sehingga pemerintah harus mempermudah proses pembiayaan tersebut. Selain itu, dalam peraturan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam subsidi bus listrik, ada kontrak kepada operator bus lebih dari 10 tahun. Sementara dalam peraturan secara nasional itu diberikan subsidi hanya sampai tiga tahun. Bila sudah selesai tiga tahun boleh diperpanjang tiga tahun lagi dan diperpanjang satu tahun. 

 “Tetapi dari sisi yang memberikan pembiayaan itu melihat kontraknya ini 10 tahun atau 3 tahun. Karena harganya dua kali lipat dengan pendapatan rate, pendapatan per kilometer yang relatif sama yang namanya EV itu tidak bisa dibiayai di dalam sistem yang tiga tahun tadi,” tuturnya. 

Menurutnya, pemberian garansi atau jaminan subsidi dalam 10 tahun kepada bus listrik itu bisa, karena garansi yang diberikan kepada operator itu juga 10 tahun.

“Padahal pembiayaan dibutuhkan 6 tahun, 7 tahun setelah itu sudah tidak ada perlu pembiayaan, sudah aman,” tukasnya. 

Gilarsi juga menerangkan bahwa regulasi terkait tiga tahun ditambah tiga tahun dan ditambah satu tahun, hal ini tidak diubah sekaligus menjadi tujuh tahun maka adopsi ev bus, ev truck akan menjadi sangat lamban. 

Selain masalah regulasi waktu dan subsidi ada satu hal yang terpenting yaitu teknologi EV battery. Teknologi baterai ini relatif masih terbatas pada range (jangkauan). 

Ia menilai bahwa jangkauan (range) bus yang dioperasikan di TransJakarta mencapai jarak tempuh hingga 340 km untuk satu kali charge Namun umumnya TransJakarta hanya menggunakan kecepatan atau jarak 80% atau sekitar 240 km, dan perjalanan yang efektif adalah 240 km sekali charge per hari. 

“Untuk solusi city bus itu nggak ada masalah. City bus itu nggak ada masalah karena jalan 240 (km) udah banyak,” pungkasnya. (Shiddiq)