NIKEL.CO.ID, 19 Agustus 2022 –Tsingshan Holding Group dikabarkan berencana menjual asetnya yang berada di Indonesia ke China Baowu Steel Group Corporation Ltd. Benarkah Tsingshan mengalami kerugian?
Reuters melaporkan bahwa seorang pejabat Tsingshan rencana penjualan aset raksasa baja dan nikel China ini menjual asetnya ke Baowu masih dalam tahap diskusi kedua belah pihak. Sumber lain menyatakan penjualan aset ini sebagai bagian dari ekspansi perusahaan plat merah China itu di Asia Tenggara dan juga industri nikel.
“Tsingshan memiliki niat untuk menjual sebagian aset mereka, dan membangun hubungan baik dengan perusahaan milik negara. Kedua belah pihak tertarik untuk mendapatkan kesepakatan,” kata sumber tersebut, seperti dikutip Kamis (18/8/2022).
Sebelumnya, Bloomberg juga melaporkan rencana penjualan aset Tsingshan yang berada di Indonesia ke Baowo. Disampaikan nilai penjualan bisa mencapai US$ 4 miliar setara Rp 58 triliun, mencakup pabrik baja tahan karat dan besi kasar nikel di Kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah.
Bloomberg melaporkan bahwa alasan penjualan aset itu karena bos Tsingshan, Xiang Guangda, telah ‘memikirkan kembali’ masa depan perusahaannya dalam waktu singkat ketika dia menghadapi kerugian mark-to-market miliaran dolar, pasca meroketnya harga nikel dunia beberapa waktu lalu, yang mencapai lebih dari US$ 100.000 per ton.
Siapakah China Baowu Steel Group Corp., Ltd? Perusahaan yang biasa disebut Baowu adalah perusahaan besi dan baja BUMN Tiongkok yang berkantor pusat di Menara Baosteel di Pudong, Shanghai, Tiongkok. Perusahaan ini dibentuk oleh Baosteel Group pada tahun 2016, dengan menyerap BUMN Tiongkok yang lebih kecil, Wuhan Iron and Steel Corporation.
Tahun 2015, Baowu merupakan produsen baja terbesar kedua di dunia berdasarkan output baja mentah, dengan output tahunan sekitar 35 juta ton (total produksi baja Tiongkok pada tahun 2015 adalah 803,8 juta ton) dan mempekerjakan 130.401 karyawan pada akhir tahun 2012. Memperoleh pendapatan tahunan sekitar US$.21,5 miliar dan menghasilkan campuran produk.
Pada tahun 2019, Baowu semakin mendekati ArcelorMittal, dengan produksi mencapai 95,47 juta ton baja dan pendapatan sebesar US$.78 miliar, serta memiliki 195.434 karyawan.
Menurut Asosiasi Baja Dunia (data perusahaan Tiongkok disediakan oleh Asosiasi Besi dan Baja Tiongkok), perusahaan ini menduduki peringkat ke-5 dunia dan ke-2 di Tiongkok pada 2015, berdasarkan volume produksi (34,938 juta metrik ton).
Rencana untuk bergabung dengan perusahaan besi dan baja Wuhan diumumkan pada 21-22 September 2016, dan akan menjadikan volume produksi gabungan tertinggi kedua di dunia (34,938 juta + 25,776 juta), setelah Arcelor Mittal (97,136 juta tahun 2015), melampaui Hesteel Group (47,745 juta tahun 2015).
Sejak Baosteel Group dan Wuhan Iron and Steel Corporation mengumumkan target pemotongan kapasitas produksi sebanyak 3,95 dan 4,42 juta metrik ton pada bulan Juni dan Juli 2016, pemotongan lebih lanjut untuk Baosteel Group sebesar 2,10 juta sementara pemotongan 3,15 juta juga sudah direncanakan, maka peringkat industri baja dunia masih bisa berubah secara signifikan.
IPO anak perusahaan Baosteel Group di Bursa Saham Shanghai pada tahun 2000 adalah yang terbesar di Tiongkok hingga saat ini, dengan berhasil mengumpulkan RMB. 7,7 miliar, meskipun terbatas hanya untuk investor domestik. (Syarif/bbs)