Beranda Berita International VW Perlihatkan Usaha Asia Mengamankan Nikel dan Kobalt

VW Perlihatkan Usaha Asia Mengamankan Nikel dan Kobalt

446
0

NIKEL.CO.ID, 22 Maret 2022—Volkswagen (VW) memperlihatkan upaya Asia untuk mengamankan pasokan bahan baku baterai elektronik. VW akan membentuk usaha patungan dengan Huayou Cobalt dan Tsingshan Group yang bertujuan untuk mengamankan pasokan nikel dan kobalt untuk kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di China, pasar mobil No. 1 di dunia, dan untuk memangkas biaya pada saat harga bahan baku kendaraan listrik melonjak.

Langkah ini merupakan bagian dari dorongan 30 miliar Euro (33 miliar dolar AS) oleh produsen mobil terbesar kedua di dunia tersebut untuk membangun jaringan pabrik sel baterai dan mengamankan lebih banyak akses langsung ke bahan mentah vital yang dibutuhkan.

VW, Huayou Cobalt, dan Tsingshan sudah menandatangani nota kesepahaman untuk membuat usaha patungan di Indonesia yang fokus dalam produksi bahan baku nikel dan kobalt. Sebagaimana diketahui, Indonesia adalah negara dengan cadangan nikel dunia lebih dari 10 persen.

Pada tahap akhirnya,  menurut VW China Group, ekspansi usaha akan memasok bahan baku baterai EV senilai 160 gigawatt jam. Huayou dalam pengajuan terpisah ke Shanghai Stock Exchange menjelaskan bahwa jumlah tersebut sesuai dengan produksi tahunan sekitar 120.000 ton nikel dan 15.000 ton kobalt.

Masih menurut Huayou, usaha patungan kedua VW akan dibentuk dengan Huayou di wilayah Guangxi, barat daya China, untuk pemurnian nikel dan kobalt sulfat, produksi bahan prekursor dan katoda.

“Kerja sama ini bertujuan untuk menarik keuntungan biaya yang signifikan, mengamankan pasokan bahan baku, dan mencapai rantai pasokan yang transparan dan berkelanjutan. Kedua kemitraan ini menargetkan untuk berkontribusi pada target jangka panjang grup untuk pengurangan biaya 30-50% pada setiap baterai,” katanya.

Harga nikel global telah melonjak hampir 400% tahun ini karena krisis Ukraina. Karena, Rusia adalah pemasok utama nikel. Invasi Rusia ke Ukraina, kemudian diikuti sanksi terhadap Moskow oleh Barat, menyalakan api di bawah pasar yang sudah bergolak.

Harga di London Metal Exchange (LME) mendapat tekanan lebih lanjut pada 8 Maret ketika harga nikel berlipat ganda menjadi 100.000 dolar AS per ton dalam hitungan jam, setelah Tsingshan membeli nikel dalam jumlah besar untuk mengurangi taruhan pendeknya pada logam dan pembayaran margin call yang mahal.

Harga telah turun tajam sejak saat itu, setelah LME terpaksa menangguhkan perdagangan dalam waktu tertentu dan dibuka kembali dengan batas perdagangan baru.

Tsingshan, yang dimiliki secara pribadi, sudah menjadi produsen nikel top dunia berkat pengembangan proses berbiaya rendah untuk pembuatan logam tersebut. Perusahaan ini sudah menanamkan investasi besar di Indonesia, termasuk usaha patungan lainnya dengan Huayou.

Langkah VW datang sebagai saingan, dari Tesla ke BYD, menaikkan harga EV karena biaya bahan baku yang lebih tinggi, dan mengikuti pengumuman Ford minggu lalu yang menguraikan rencana untuk usaha patungan sel nikel di Turki.

Pada hari Sabtu, CEO produsen EV China Li Auto, Li Xiang, mengatakan di akun Weibo resminya, bahwa pembuat baterai telah menaikkan harga pada tingkat yang dia sebut “keterlaluan” pada kuartal kedua, dan memperingatkan bahwa pembuat EV yang belum menaikkan harga namun kemungkinan harus segera.

Diminta untuk mengomentari pernyataan Li, pembuat baterai China CATL, yang memasok pembuat mobil besar termasuk Tesla, mengatakan kepada Reuters pada Senin, bahwa mereka telah menaikkan harga untuk beberapa produk baterai karena kenaikan biaya bahan baku. (Fia/Editor: Rusdi)

Artikulli paraprakHarga Nikel Longsor, LME Ubah Batas Bawah 12%
Artikulli tjetërProdusen EV China: Kenaikan Baterai tak Masuk Akal