NIKEL.CO.ID,17 Desember 2021-Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pernah menyampaikan bahwa hilirisasi merupakan kunci pengoptimalan dari produk-produk pertambangan mineral di Indonesia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara mengamanatkan agar Indonesia tidak lagi melakukan ekspor bahan mentah.
Salah satu komoditas minerba (mineral dan batubara) yang tengah menjadi sorotan di Indonesia adalah nikel. Pasalnya, dunia saat ini tengah berupaya untuk melakukan pengurangan emisi karbon, dengan melakukan transisi energi dari pemakaian energi fosil ke energi baru terbarukan (EBT), salah satunya melalui optimalisasi penggunaan listrik sebagai sumber tenaga bagi kendaraan bermotor.
Sementara itu, nikel kelas satu adalah bahan baku utama dalam pembuatan baterai lithium bagi kendaraan bermotor listrik, dan Indonesia adalah negara yang menguasai cadangan potensi nikel terbesar di dunia.
Melihat potensi yang dimiliki Indonesia tersebut, JTA International Holding perusahaan terbaik 2021 dari WORLDCOB ingin turut serta mendukung hilirisasi mineral melalui kerja sama dengan perusahaan di Indonesia.
Lalu, seperti apa kerjasama yang ingin dibangun oleh JTA Holding? Berikut ini petikan wawancara eksklusif Nikel.co.id dengan CEO of JTA International Holding, Mr. Dr. Amir Ali.
Bisakah Anda perkenalkan sedikit mengenai JTA Holding?
JTA International Holding merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembiayaan untuk proyek dan konsultasi pengembangan bisnis. Sejak didirikan pada tahun 2010, kami telah melakukan pencarian peluang investasi yang unik dan menarik, kemudian menyediakan opsi pembiayaan.
Berkantor pusat di Qatar, kami mengelola 32 kantor lokal yang tersebar di seluruh dunia, antara lain di Inggris, Jepang, Australia, Afrika Selatan, Finlandia, Nigeria, Kanada, Jerman, Luksemburg, Aljazair, Spanyol, Yunani, Belanda, Swiss, Malaysia, Rusia, Oman, Italia, Bulgaria, Norwegia, Singapura, Maladewa, Turki, Denmark, Amerika Serikat, Irak, Uzbekistan, Kirgistan, dan tentunya Indonesia. Selain itu, JTA Holding juga mengelola bisnis internasional melalui 19 anak perusahaan kami yang berada di Doha, Qatar, dan London, Inggris.
Apa visi dan misi yang dimiliki oleh JTA Holding?
Kami memiliki visi dan misi untuk diakui sebagai perusahaan investasi internasional yang sukses, yang akan menjadi mitra pilihan bisnis profesional, investor, dan pengusaha. Serta untuk menyediakan layanan keuangan yang unik dan berkualitas tinggi, dan menciptakan nilai jangka panjang bagi para pemangku kepentingan, masyarakat global, dan generasi mendatang.
CEO of JTA International Holding, Mr. Dr. Amir Ali
Seperti apa langkah yang diambil JTA Holding dalam pengembangan bisnis dan investasi?
Kami mengkhususkan diri dalam pencarian kemitraan jangka panjang dengan perusahaan dan organisasi yang secara aktif memimpin di industri masing-masing, khususnya yang mengarah ke era pengembangan bisnis berikutnya yang memanfaatkan teknologi baru yang inovatif. Saat ini, kami melihat bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi besar untuk pengembangan bisnis dan investasi. JTA Holding memiliki divisi; JTA Investment, JTA Construction, Mining & Industry, JTA Energy untuk mendukung kerja sama di Indonesia
Apa yang membuat Indonesia potensial untuk pengembangan bisnis dan investasi?
Kami melihat bahwa pemerintah Indonesia memiliki komitmen kerja sama bisnis dan investasi dengan Uni Emirat Arab, yang merupakan tetangga kami di kawasan Teluk (Gulf).
Selain itu, Pemerintah Indonesia juga berani dalam mengambil langkah konkrit untuk mengamankan potensi cadangan nikel yang dimilikinya, dengan melakukan hilirisasi dan melarang ekspor bahan mentah.
Kebijakan hilirisasi ini menurut kami membutuhkan investasi yang besar, agar dapat mendorong industri pengolahan di Indonesia untuk menciptakan produk-produk yang memiliki nilai tambah (added value) dari mineral nikel, salah satunya adalah nikel kelas satu yang merupakan bahan baku baterai kendaraan listrik.
Hal tersebut membuat Indonesia memegang peranan penting dalam upaya pengurangan emisi karbon di dunia, dengan melakukan transisi energi dari pemakaian energi fosil ke energi terbarukan (EBT).
Melihat peluang yang besar di Indonesia yang memiliki kekayaan alam yang luar biasa besar, kami telah mengangkat dan menunjuk Mrs. Meidy Katrin Lengkey sebagai Country Manager JTA Indonesia, https://jtaholding.qa/OurTeam sebagai bagian dari perusahaan JTA yang khusus mengatur dan bertanggung jawab untuk segala kerja sama bisnis di Indonesia.
Bagaimana pandangan JTA International Holding terhadap perkembangan industri nikel di Indonesia?
Hilirasasi smelter bijih nikel lebih banyak dibandingkan dengan logam lain seperti tembaga, bauksit, dan mangan. Hal ini menjadi indikator karena potensi potensi cadangan bijih nikel relatif besar dan Indonesia salah satu produsen terbesar di dunia. Hal inilah menjadi indikator bahwa ke depan Indonesia akan menjadi penghasil bijih nikel dan baterai terbesar dunia.
Hilirisasi bijih nikel atau smelter bijih nikel mejadi hal ini penting, karena memiliki nilai tambah ekonomi (multifier effect) 10 kali lipat dibandingkan menjual bijih nikel itu sendiri.
Utilisasi smelterisasi nikel harus dilakukan pengolahan nikel menjadi ferronikel, sehingga mejadi 90–95%, hasil olahan yang dihasilkan dari nikel sehari hari yang kita kenal seperti sendok, sepeda, jam tangan, garpu, dan hampir 300.000 jenis produk olahan. Dan produk campuran lainnya yang dihasilkan dari bijih nikel sebanyak 300 jenis.
Pendorong Indonesia menjadi raja nikel dan bisa menjadi raja baterai dunia tentu akan memperoleh keuntungan terbesar.
Banyaknya minat perusahaan dunia ingin membangun pabrik pengolahan di Indonesia, hal ini disebabkan pertimbangan bahwa cadangan bijih nikel di Indonesia yang sangat melimpah. Hal ini lah yang membuat JTA International Holding ingin ikut berpartisipasi membangun hilirisasi mineral di Indonesia, dan tentu saja saja karena melihat sisi ekonomi bisnis peluang investasi di Indonesia tentu sangat menjanjikan untuk masa depan.
Banyak perusahaan yang turut berpartisipasi dalam mendukung hilirisasi mineral di Indonesia, melalui pengembangan industri baterai kendaraan listrik. Salah satu contohnya adalah Trinitan Group yang telah berhasil mengembangkan teknologi pengolahan nikel secara hidrometalurgi, yaitu Step Temperature Acid Leaching (STAL) yang dapat mengolah potensi nikel yang melimpah di Indonesia, khususnya nikel kadar rendah, untuk menghasilkan nikel kelas satu.
CEO PT Trinitan Metal and Minerals, Richard Tandiono dan CEO of JTA International Holding, Mr. Dr. Amir Ali
Menurut kami Teknologi STAL merupakan teknologi baru yang inovatif dan memiliki unique selling point, karena selain dapat menjawab kebutuhan dunia akan nikel kelas satu yang merupakan bahan baku baterai kendaraan listrik, ternyata emisi karbon yang dihasilkan oleh STAL jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan teknologi pengolahan nikel lainnya.
Kami juga sudah melakukan peninjauan dan diskusi detail dengan CEO PT Trinitan Metals dan Mineral untuk menindaklanjuti rencana kerja sama pembiayaan untuk industri hilirisasi nikel melalui teknologi pengolahan nikel secara hidrometalurgi, yaitu Step Temperature Acid Leaching (STAL).