NIKEL.CO.ID – Sektor pertambangan diproyeksikan akan semakin cerah di tahun ini. Hal ini terjadi akibat tren mobil listrik yang akan menggunakan baterai berbahan baku nikel mendorong kenaikan permintaan nikel di dalam negeri.
Menyikapi hal di atas, sejumlah emiten nikel berupaya menjaga produksi di tengah prospek cerah komoditas nikel tahun ini. Salah satu perusahaan yang turut meningkatkan produksi yaitu PT Vale Indonesia Tbk (INCO).
Vale mempertimbangkan pelaksanaan proyek pembangunan ulang tungku (rebuild furnace) 4 yang direncanakan tahun ini.
Chief Financial Officer Vale Indonesia Bernardus Irmanto mengatakan, belanja modal tahun ini direncanakan berada pada kisaran USD 130 juta hingga USD 140 juta.
Sementara PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) berupaya mempertahankan capaian kinerja produksi dan penjualan semua komoditas inti pada tahun ini.
Berdasarkan laporan resminya, volume penjualan ANTM mengalami penurunan sepanjang 2020 seperti komoditas emas, perak, hingga feronikel.
Di sisi lain, penjualan bijih nikel sepanjang 2020 sebesar 3.29 juta wmt atau turun 56,39% dari realisasi tahun 2019 yang mencapai 7.55 juta wmt.
SPV Corporate Secretary Aneka Tambang Kunto Hendrapawoko mengatakan, ANTM akan terus berfokus pada ekspansi pengolahan mineral, perluasan basis cadangan dan sumber daya, dan menjalin kemitraan untuk mengembangkan produksi mineral olahan baru.
Kenaikan harga anikel turut mendorong kenaikan harga saham pertambangan, seperti saham PT Aneka Tambang (ANTM), PT Timah (TINS) dan PT Vale Indonesia (INCO).
Analis Central Capital Futures Wahyu Laksono mengatakan, meningkatnya permintaan baterai dan baja tahan karat mendorong harga logam dasar lebih tinggi. Baterai logam akan diburu meskipun di tengah pandemi covid-19. Hadinya mobil listrik pun memicu perebutan nikel dan kobalt secara global.
Sumber: duniatambang.co.id