Beranda Berita Nasional Pengamat Ketenagakerjaan: Kebijakan Hilirisasi Industri Nikel Berdampak Multiplier Effect

Pengamat Ketenagakerjaan: Kebijakan Hilirisasi Industri Nikel Berdampak Multiplier Effect

742
0

NIKEL.CO.ID, 4 November 2022 – Pengamat Ketenagakerjaan, Timboel Siregar menilai bahwa kebijakan hilirisasi industri nikel oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meningkatkan pendapatan negara dan memberi dampak multiplier effect yang luas untuk perekonomian dan pembukaan lapangan pekerjaan.

Hal itu disampaikan Timboel mengenai pencapaian pendapatan negara dari hilirisasi industri nikel pada 2021 yang berkali-kali lipat dari sebelumnya dan berdampak luas dalam pembukaan lapangan pekerjaan.

“Yang pasti hilirisasi industri nikel telah meningkatkan pendapatan negara Rp 326 triliun tahun 2021, tentunya berkorelasi positif pada peningkatan pembukaan lapangan kerja. Tumbuhnya industri smelter terbukti memberikan multiplier effect yang luas bagi perekonomian nasional dan pembukaan lapangan kerja,” kata Timboel melalui surat elektronik yang diterima oleh nikel.co.id, Jum’at (4/11/2022).

Menurut Timboel, semenjak kebijakan hilirisasi industri nikel awal Januari 2020 pemerintah bekerja sama dengan perusahaan swasta, baik PMDN maupun PMA, mulai memperbanyak pembangunan perusahaan smelter di Indonesia.

“Dari hilirisasi saja, ada sekitar 58 smelter nikel yang diproyeksikan dibangun di Indonesia, 29 di antaranya berstatus operasional. Selain itu ada 8 kawasan industrial terpadu yang dibangun di Sulawesi dan Maluku,” ujarnya.

Menurutnya, bila ada sebuah smelter memperkerjakan sebanyak 3 ribu orang pekerja dan perusahaan smelter yang sedang dibangun ada sebanyak 58 smelter, maka itu akan menyerap sebanyak 174 ribu orang pekerja di sektor formal.

Selanjutnya dari pekerja formal yang bekerja akan mendukung pekerja informal yang melayani pekerja formal tersebut seperti sektor angkutan, makan minum dan kebutuhan pekerja lainnya.

“Jadi menurut saya peningkatan pekerja yang bekerja di sektor hilirisasi nikel cukup besar,” terangnya.

Menurut data yang diketahui olehnya, jumlah keseluruhan tenaga kerja yang ada di pertambangan nikel maupun industri hilirisasi nikel saat ini sekitar 111.000 orang pekerja.

“Kalau saat ini jumlah pekerja yang bekerja di pertambangan dan hilirisasi nikel sekitar 111.000 orang,” cetusnya.

Timboel menilai bahwa dengan adanya kebijakan hilirisasi nikel itu akan memberikan dampak yang positif baik pendapatan negara maupun penyerapan lapangan pekerjaan yang besar.

“Ya menurut saya hilirisasi nikel akan berdampak baik. Lebih memberikan nilai tambah ekonomi dan membuka lapangan kerja lebih besar,” imbuhnya.

Ia juga berpendapat bahwa banyak manfaat yang telah didapatkan Indonesia dari implementasi kebijakan hilirisasi. Dengan hilirisasi maka terbangun industri olahan baru, yaitu industri olahan nikel.

“Dengan adanya industri maka ada pembukaan lapangan kerja, yang akan menurunkan tingkat pengangguran terbuka kita,” ujarnya.

Timboel menegaskan bahwa industri olahan nikel akan menghasilkan nilai tambah dari nikel itu sendiri, memperkuat struktur industri, menyediakan lapangan pekerjaan baik formal maupun informal, dan memberikan peluang usaha, serta memberikan pajak bagi negara.

“Melalui hilirisasi, Indonesia tidak lagi menjual barang mentah, namun sudah diolah baik itu produk setengah jadi maupun menjadi produk akhir,” tandasnya. (Shiddiq)

Artikulli paraprakKabar Gembira, Sesi Perdagangan Nikel Ditutup Nyaris Nyerempet US$26.000
Artikulli tjetërBuka Training of Trainers, Ketum APNI Minta Pemerintah juga Perhatikan Hulunisasi