Beranda Berita International Harga Nikel Turun Satu Anak Tangga, Tapi masih OK

Harga Nikel Turun Satu Anak Tangga, Tapi masih OK

614
0

NIKEL.CO.ID, 03 Agustus 2022— Sempat menyentuh hampir US$ 24.000 per ton, harga nikel hari ini turun satu anak tangga. Terpantau melalui London Metal Excange (LME) harga nikel pada Rabu, (3/8/2022) pukul 12.48 WIB tercatat di angka US$22.775 per ton, hampir menyentuh US$ 23.000 per ton.

Informasi yang dihimpun, naik dan turunya harga nikel tersebut disebabkan adanya ancaman resesi setelah pasar menilai Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserves/The Fed) dikabarkan akan menaiki suku bunganya setelah pengumuman inflasi yang tembus 9,1%, tercepat dalam 40 tahun terakhir.

Selain itu dikabarkan juga banyaknya permintaan nikel karena produksi stainless steel mengalami penurunan. Gudang LME pun mengalami kekurangan stok nikel.

Menurut data yang dirilis LME, sejak akhir April tahun lalu, persediaan nikel LME dalam tren menurun. Pekan lalu, persediaan nikel LME terus turun, dan tingkat persediaan terbaru adalah 57.978 mt per 1 Agustus, terus-menerus menyegarkan posisi terendah multi-tahun.
Persediaan nikel SHFE rebound minggu lalu setelah turun selama enam minggu berturut-turut dan meningkat 16,61% setiap minggu menjadi 1.741 mt pada 29 Juli, tetapi masih merupakan level terendah secara historis.

Di sisi lain dari meaning.com Indonesia berencana untuk mengeluarkan kebijakan pajak ekspor nikel pada kuartal ketiga tahun ini, karena pihak berwenang berusaha untuk meningkatkan pendapatan dari ekspor sambil mendorong lebih banyak produksi dalam negeri dari produk-produk bernilai lebih tinggi, seorang pejabat senior mengatakan pada hari Senin.

Indonesia, yang pernah menjadi pengekspor bijih nikel utama, melarang ekspor nikel yang belum diproses pada tahun 2020 untuk menarik investasi ke industri peleburannya, tetapi sebagian besar pengembangan telah dilakukan untuk memproduksi nikel pig iron (NPI) dan feronikel yang memiliki kandungan nikel yang relatif rendah.

“Pajak akan dikenakan pada NPI dan feronikel,” kata Deputi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Septian Hario Seto, seperti dikutip.

Dia menolak mengungkapkan rincian tarif pajak yang direncanakan, tetapi mengatakan pemerintah akan menentukannya berdasarkan harga nikel dan juga harga batu bara yang digunakan dalam produksi sebagai sumber energi.
Pemerintah ingin memanfaatkan cadangan nikel Indonesia yang besar untuk akhirnya memproduksi baterai untuk kendaraan listrik dan juga untuk merakit EV di dalam negeri.

Indonesia telah mendapatkan kesepakatan investasi dari investor Korea Selatan seperti LG dan Hyundai untuk memproduksi baterai dan EV. Presiden Joko Widodo juga ingin membujuk Tesla untuk berinvestasi di negara itu dan bertemu dengan pendirinya Elon Musk selama kunjungan baru-baru ini ke Amerika Serikat.

Sementara itu, pemerintah masih mengkaji perlunya membatasi jumlah smelter yang memproduksi NPI atau feronikel untuk menjaga cadangan bijih.
“Pemerintah tidak menutup kemungkinan membatasi jumlah (smelter yang memproduksi NPI atau feronikel), tapi belum ada keputusan untuk itu,” kata Seto.

Indonesia bertujuan untuk memastikan cadangan bijihnya memiliki umur sekitar 25 tahun hingga 30 tahun, katanya.
Menurut Seto, pabrik peleburan yang memproduksi NPI dan feronikel di Indonesia saat ini memiliki kapasitas terpasang gabungan sekitar 1,3 juta ton output kandungan nikel. (Fia/Editor:Syarif)

Artikulli paraprakMeidy Katrin Lengkey: Banyak Efek Domino Pengolahan Nikel di Dalam Negeri 
Artikulli tjetërPermintaan Turun Naik, Begitu pula Harga Nikel