NIKEL.CO.ID, 29 Juli 2022-Dewan Energi Nasional (DEN) sudah merancang skenario transisi enegi primer untuk tahun 2060. Jika skenario di 2020 energi primer fosil 90 persen, energi terbarukan 10 persen dengan kebutuhan energi 210 million ton oil equivalent (MTOE), di 2016 fosilnya 10-15 persen, energi terbarukan 85-90 persen dengan 800-900 MTOE.
Anggota Dewan Energi Nasional, Dr. Ir. Herman Darnel Ibrahim, M.Sc, IPU, menjelaskan, DEN merupakan lembaga bersifat nasional, mandiri dan tetap, yang bertanggung jawab atas kebijakan energi nasional. Lembaga ini mempunyai empat tugas dan satu wewenang, yaitu merancang dan merumuskan kebijakan energi nasional, menetapkan rencana umum energi nasional, menetapkan langkah-langkah penanggulangan kondisi krisis dan darurat energi, mengawasi pelaksanaan kebijakan bidang energi yang bersifat lintas sektor, serta mengatur ketentuan mengenai jenis, jumlah, waktu, dan lokasi cadangan penyangga energi.
Herman memaparkan skenario transisi energi di 2060. Pertama, transisi konsumsi energi final fosil (non listrik) di sektor transportasi dan industri menjadi listrik (listriknya dari sumber ET). Kedua, transisi dari penyediaan energi primer berbasis energi fosil menjadi berbasis energi terbarukan dan energi bersih (EB). Ketiga, transisi dari penyediaan yang hanya dilakukan oleh utilitas energi menjadi yang juga dilakukan banyak pihak, swasta dan konsumen. Keempat, transisi penyediaan (listrik) dari yang lebih terpusat menjadi yang lebih terdistribusi (distributed generation). Kelima, transisi dari teknologi yang konvensional menjadi teknologi berbasis digital (smart grid dan berbagai smart lainnya).
“Skenario transisi energi dapat dicapai jika adanya ketersediaan bahan baku yang dibutuhkan, aksesibilitas, harganya terjangkau, peduli lingkungan, dan kompetitif,” kata Herman ketika menjadi pembicara Webinar Nasional dalam Rangka Anugerah DEN 2022, pada Rabu (27/7/2022).
Menurutnya, program transisi energi ini untuk ketahanan energi, kemandirian energi, pembangunan berkelanjutan, pembangunan rendah karbon, dan ketahanan iklim.
Ia mengklasifikasi program utama transisi energi, misalnya konservasi dan efisiensi energi di semua sektor, mulai dari tata ruang, perencanaan wilayah dan kota (Smart City), smart building, dan sustainability program (ESG) pada perusahaan. Kemudian energi sektor transportasi, dari sebagian besar BBM ke depan menuju NZE sebagian besar listrik, BBN dan BBM hanya untuk keperluan yang tak tergantikan.
Untuk energi non listrik sektor industri, dikatakan, sekarang masih banyak menggunakan energi fosil (coal dan gas), ke depan menuju NZE, dan semaksimalnya akan digantikan dengan listrik sehingga energi fosilnya minimum (hanya untuk yang tak tergantikan).
Selanjutnya untuk energi non listrik sektor rumah tangga dan komersial. Sekarang lebih banyak menggunakan gas, ke depan menuju NZE semaksimalnya digantikan dengan listrik dan gasnya minimum.
“Untuk energi primer listrik, sekarang 80-85 persen menggunakan energi fosil, ke depan menuju NZE sebagian besar (80-85 persen) dipasok dengan energi terbarukan, Zero Emission Energy,” kata Herman. (Chiva/Syarif).