NIKEL.CO.ID-6 Juli 2022-Direktur Utama PT Timah Investasi Mineral (PT TIM), Abdul Kamaroes optimis perusahaan dapat meraih laba Rp 100 miliar untuk tutup buku di akhir 2022. Sementara laba PT TIM di 2021 sebesar Rp 91 miliar.
Direktur Utama PT TIM, Abdul Kamaroes mengutarakan, PT TIM didirikan pada 1996, dan memiliki tujuan untuk meningkatkan nilai pemegang saham melalui eksplorasi dan pertambangan mineral di luar timah serta pemasaran batubara.
PT TIM memiliki area operasional mencakup Pulau Kabaena di Provinsi Sulawesi Tenggara, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dan Banjar Baru di Provinsi Kalimantan Selatan. Portofolio perusahaan dikelola dan dikembangkan melalui anak usaha PT TIM, yaitu PT TIM Nikel Sejahtera yang menangani bidang pertambangan bijih nikel di Pulau Kabaena, Sulawesi Tenggara. Kemudian, PT Tanjung Alam Jaya perusahaan pertambangan batubara di Banjar Baru, Kalimantan Selatan, PT Nasional Hijau Lestari yang menangani pengolahan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), serta PT TIM Indotama Mineral perusahaan jasa pertambangan.
PT TIM saat ini fokus pada bijih nikel, pasir silika dan batubara, mengingat mineral di luar timah tersebut diperkirakan memiliki proses bisnis yang baik di Indonesia.
Untuk pasir silika, PT Tim sedang memproduksi di Kepulauan Bangka Belitung. Provinsi hasil pemekaran dari Provinsi Sumatera Selatan ini memiliki banyak resources pasir silika. Pasir silika dibutuhkan untuk bahan baku seperti kaca dan solar panel.
“Kami sedang mengembangkan pasir silika untuk tahapan lebih jauh. Karena saat ini permintaan dari silika global sangat tinggi,” kata Abdul Kamaroes.
Abdul Kamaroes mengakui, saat ini kontribusi pendapatan PT TIM lebih banyak dari nikel. Menurutnya, nikel sangat dibutuhkan pasar global, selain untuk bahan baku baja tahan karat, saat ini sedang dikembangkan untuk bahan baku baterai listrik. Harga nikel dunia pun sedang membaik, trennya terus tinggi.
“Kita akan kembangkan lebih lanjut untuk komoditas nikel. Porsi pendapatan PT TIM memang lebih banyak dari nikel,” tukasnya.
Begitu pun untuk komoditas batubara. Menurutnya, batubara potensinya sangat baik. Apalagi sekarang harganya tinggi, jauh di atas HPP lebih dari US$ 200.000 per ton.
Menurut Abdul Kamaroes, tren harga komoditas pasir silika, batubara, dan nikel yang terus naik, mendukung langkah PT TIM untuk mencapai target laba perusahaan.
PT TIM sudah merancang strategi untuk pengembangan core business perusahaan. Selain terus mengoptimalkan produksi dan penjualan, PT TIM akan memproduksi komoditas lainnya. Salah satunya kaolin yang juga banyak terdapat di Kepulauan Bangka Belitung.
“Kita juga akan kembangkan kaolin, mineral non logam. Ada nilai jualnya juga,” ucapnya. (Syarif/Varrel)