NIKEL.CO.ID, JAKARTA — Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) merilis pembaruan harga komoditas nikel Indonesia per 15 Desember 2025. Rilis ini menunjukkan kecenderungan harga yang relatif stabil pada sejumlah produk utama nikel di tengah dinamika permintaan global dan tekanan harga dari pasar internasional.
Data yang dirilis APNI merujuk pada indikator Indonesia Nickel Price Index (INPI) dengan sumber harga dari Shanghai Metals Market (SMM). Berikut ringkasan pergerakan harga utama:
Harga Produk Nikel (US$/mt)
- Nickel Ore 1,2% (CIF): berada di kisaran US$22–23, dengan harga rata-rata US$22,5 dan tanpa perubahan dibanding periode sebelumnya;
- Nickel Ore 1,6% (CIF): tercatat di US$50,9–52,9, rata-rata US$51,9, juga stabil;
- Nickel pig iron (FOB): berada di US$110,63, mengalami penurunan tipis US$0,08.
- High-grade nickel matte (FOB): tercatat di sekitar US$13.227, mengalami koreksi sebesar US$55; dan
- Mixed hydroxide precipitate (MHP) FOB: berada di US$12.948, turun US$53.
Sekretaris Umum APNI, Meidy Katrin Lengkey, menilai stabilitas harga bijih nikel (nickel ore) mencerminkan keseimbangan pasokan dan permintaan domestik, khususnya untuk kebutuhan smelter dalam negeri.
“Pelemahan tipis pada produk hilir, seperti NPI, nickel matte, dan MHP menunjukkan tekanan lanjutan dari pasar global, termasuk penyesuaian permintaan industri baja nirkarat dan baterai,” ujar Meidy di Jakarta, Senin (15/12/2025).
Rilis harga ini, katanya menegaskan, menjadi acuan penting bagi pelaku usaha hulu hingga hilir dalam menyusun strategi produksi, penjualan, dan investasi. Di sisi lain, asosiasi juga menekankan perlunya penguatan industri hilirisasi bernilai tambah agar fluktuasi harga global tidak berdampak signifikan terhadap keberlanjutan sektor nikel nasional.
Ke depan, menurutnya, kunci untuk menjaga daya saing nikel Indonesia adalah perlunya konsistensi kebijakan hilirisasi, kepastian pasokan bijih, dan efisiensi biaya produksi.
“Dengan permintaan jangka panjang yang masih didorong oleh transisi energi dan kendaraan listrik, APNI optimistis sektor nikel tetap memiliki prospek strategis, meski volatilitas harga global masih perlu diantisipasi secara cermat,” pungkasnya. (Shiddiq)






















