Beranda Artikel Karpet Biofloat: Solusi Inovatif Mahasiswa ITB Hadapi Pencemaran Limbah Nikel di Laut...

Karpet Biofloat: Solusi Inovatif Mahasiswa ITB Hadapi Pencemaran Limbah Nikel di Laut Konawe

118
0
https://www.apni.or.id/pendaftaranTTM

NIKEL.CO.ID, BANDUNG – Empat mahasiswa dari Institut Teknologi Bandung (ITB) berhasil meraih prestasi di kancah nasional.

Mahasiswa tersebut ialah Dzaky Zahy Rabbani, Kevin Aulia Aryasena, Neng Nabila Salamah, dan Zahra Anggun Sefirani (Oseanografi, 2023) yang tergabung dalam Tim Marinickel Shield.

Tim ini meraih Juara 1 Lomba Esai Ilmiah OceanXperience 2025 pada subtema “Konservasi Kelautan” yang diselenggarakan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (BEM FPIK) IPB University. Lomba tersebut diselenggarakan oleh BEM Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University, dan kemenangan mereka diumumkan pada Rabu, (21/5/2025).

https://www.apni.or.id/regisGolf2025

“Semoga karpet Biofloat ini bisa dikembangkan lebih lanjut dan menjadi bagian dari solusi nyata dalam upaya konservasi laut nasional. Kami juga ingin mengajak lebih banyak pihak untuk peduli dan terlibat,” ungkap Kevin, dikutip nikel.co.id, melalui itb.ac.id, Kamis (24/7/2025).

Dalam kompetisi tersebut, tim mengangkat gagasan bertajuk “Marinickel Shield: Inovasi Karpet Biofloat untuk Konservasi Laut di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara dari Pencemaran Limbah Nikel.” 

Inovasi ini menawarkan solusi ekologis terhadap permasalahan limbah industri nikel yang mencemari perairan Konawe Utara.

https://www.apni.or.id/NickelProducers4Th

Karpet Biofloat dirancang sebagai alat penyaring limbah logam berat, khususnya nikel, yang menggunakan bahan alami seperti anyaman eceng gondok dan serabut kelapa. 

Material ini diperkaya dengan mikroorganisme Bacillus subtilis dan Pseudomonas putida, yang dikenal efektif menyerap logam berat dalam sistem bioremediasi.

Yang membedakan inovasi ini adalah integrasi teknologi sensor Internet of Things (IoT) yang mampu memantau tingkat kejenuhan karpet dalam menyerap logam. 

https://www.heliexpoasia.co.id/?utm_id=Hexia25-MNI&utm_source=media

Data dari sensor akan dikirimkan secara real-time ke platform berbasis cloud, sehingga pengguna dapat mengetahui kapan karpet perlu diganti agar tetap berfungsi optimal.

Gagasan karpet Biofloat muncul dari keprihatinan tim terhadap dampak serius pencemaran nikel di Konawe Utara yang mengganggu ekosistem laut dan berdampak pada kehidupan masyarakat pesisir.

Saat ini, teknologi sensor logam berat dan bioremediasi mikroba memang telah ada, tetapi umumnya digunakan secara terpisah. 

https://event.cnfeol.com/en/event/333

Tim Marinickel Shield menyatukan keduanya dalam satu sistem terintegrasi, menciptakan pendekatan baru yang lebih efisien dan praktis.

Karpet ini dirancang untuk ditempatkan di bawah pipa atau jalur pembuangan limbah industri, sehingga logam berat seperti nikel dapat ditangkap sebelum mencapai lautan lepas. 

Sebelum digunakan, karpet melewati proses inokulasi mikroba di kolam biofilm untuk memastikan adaptasi terhadap kondisi air laut.

Inovasi ini tak hanya relevan untuk industri tambang nikel, tetapi juga berpotensi diterapkan di sektor lain yang menghasilkan limbah logam berat, tentu dengan penyesuaian jenis material dan mikroba yang digunakan.

Tim berharap inovasi mereka dapat diujicobakan secara langsung di lapangan guna melihat performa dan efektivitasnya dalam kondisi nyata. Mereka juga mendorong agar masyarakat lebih sadar akan pentingnya menjaga kesehatan laut.

Pencapaian ini menjadi bukti bahwa mahasiswa memiliki potensi besar dalam menghadirkan solusi nyata terhadap isu lingkungan. Bagi Tim Marinickel Shield, penghargaan yang mereka raih bukan sekadar pengakuan atas karya, tapi juga dorongan untuk terus berinovasi.

“Konservasi laut bukanlah tugas segelintir orang, melainkan tanggung jawab kolektif yang memerlukan kolaborasi lintas sektor. Inovasi seperti Karpet Biofloat menjadi langkah awal menuju perubahan besar di mana riset, kesadaran lingkungan, dan semangat kerja sama menjadi fondasi bagi masa depan yang lebih berkelanjutan,” tutup Kevin. (Lili Handayani)