Beranda Berita Nasional Indonesia Tawarkan Investasi Nikel dan Peralatan Militer ke AS Menjelang Batas Waktu...

Indonesia Tawarkan Investasi Nikel dan Peralatan Militer ke AS Menjelang Batas Waktu Negosiasi Tarif

74
0
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto. (Foto: Lili Handayani)
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto. (Foto: Lili Handayani)

NIKEL.CO.ID, JAKARTA- Menjelang tenggat waktu negosiasi tarif impor dengan Amerika Serikat (AS) yang ditetapkan Presiden Donald Trump pada 8-9 Juli 2025, pemerintah Indonesia terus berupaya menjalin kesepakatan dagang strategis.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan bahwa Indonesia telah mengajukan penawaran kedua kepada pemerintah AS sebagai bagian dari proses negosiasi. Tim negosiasi Indonesia kini siaga penuh di Washington DC untuk merespons cepat apabila ada permintaan tambahan dari otoritas AS.

“Second offer dari Indonesia sudah diterima oleh pihak AS. Kami juga telah melakukan pembicaraan dengan USTR, Secretary of Commerce, dan Secretary of Treasury,” ujar Airlangga saat ditemui di kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag), Jakarta, Senin (30/6/2025).

Dalam penawaran tersebut, Indonesia membuka peluang investasi di sektor mineral kritis, seperti tembaga dan nikel, melalui kemitraan dengan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara). Selain menawarkan sumber daya mineral, Indonesia juga menyatakan kesiapan untuk memenuhi sebagian kebutuhan energi dan agrikultura dari AS.

Mineral kritis ini sangat penting bagi berbagai industri strategis, termasuk kendaraan listrik (EV), elektronik, pertahanan, dan teknologi antariksa. 

Skema investasi yang diajukan bersifat brownfield atau mengacu pada proyek-proyek yang sudah berjalan, seperti keterlibatan jangka panjang AS dalam kepemilikan PT Freeport Indonesia sejak 1967.

Namun, rincian proyek investasi tersebut belum diungkap ke publik karena masih dalam pembahasan internal antara kedua negara dan terikat perjanjian kerahasiaan (NDA).

“Ke depan, critical mineral akan menjadi tulang punggung industri elektronik, alat militer, hingga antariksa. Semuanya membutuhkan kabel dan tembaga, dan Indonesia sudah memiliki sumbernya,” tambah Airlangga. (Lili Handayani)