Beranda Desember 2024 Inovasi OESBF dalam Pengolahan Nikel: Efisiensi dan Dampaknya pada Industri Nikel Indonesia

Inovasi OESBF dalam Pengolahan Nikel: Efisiensi dan Dampaknya pada Industri Nikel Indonesia

2265
0
Ilustrasi PT CNGR

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – PT CNGR Indonesia memperkenalkan teknologi baru ramah lingkungan yang disebut oxygen-enriched smelting blast furnace (OESBF) dalam acara diskusi kelompok terfokus atau focus group discussion (FGD) dengan topik “Efisiensi dan Efektivitas Pengolahan dan Pemurnian Nikel di Dalam Negeri”.

Acara FGD tersebut disenggarakan Direktorat Jenderal (Ditjen) Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian ESDM bekerja sama dengan Tim Akademisi Program Studi Teknik Metalurgi Institut Teknologi Bandung (ITB), Jumat (13/12/2024). Dalam diskusi itu diundang berbagai pihak, termasuk praktisi industri, akademisi, dan pengambil kebijakan, untuk membahas tantangan dan peluang dalam industri nikel di Indonesia.

Salah satu topik yang menarik perhatian dalam diskusi ini adalah teknologi baru dalam pengolahan nikel, yakni OESBF. Teknologi ini menawarkan solusi baru dalam memproses bijih nikel dengan efisiensi yang lebih tinggi dan dampak lingkungan yang lebih rendah.

Perwakilan PT CNGR Indonesia, Ewa Miftahuddin, menjelaskan bahwa teknologi OESBF memungkinkan pemrosesan campuran saprolit dan limonit, dua jenis bijih nikel yang selama ini sulit diproses secara bersamaan.

“Teknologi OESBF ini menawarkan efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan teknologi konvensional. Kami menggunakan saprolit dan limonit, yang merupakan dua jenis bijih nikel yang umumnya sulit diproses secara bersamaan. Namun, OESBF memungkinkan kami untuk memanfaatkan campuran keduanya dengan kadar nikel yang bervariasi,” ujar Ewa dalam sesi tanya jawab dalam acara tersebut yang diikuti Nikel.co.id secara daring itu.

Menurutnya, mengenai efisiensi energi yang lebih baik dalam teknologi ini, CNGR telah berhasil mengurangi konsumsi energi yang signifikan.

“Proses ini mengonsumsi sekitar 30-35 MW per unit, jauh lebih rendah dibandingkan dengan teknologi konvensional yang membutuhkan energi lebih besar. Dengan efisiensi energi yang lebih baik, biaya produksi kami juga lebih rendah, yang tentunya memberikan keuntungan kompetitif di pasar global,” jelasnya.

Dalam hal emisi, dia menambahkan bahwa OESBF juga berkontribusi pada pengurangan dampak lingkungan yang dihasilkan dari proses peleburan nikel.

“Kami telah mendapatkan sertifikasi yang menunjukkan bahwa emisi dari proses ini, termasuk partikulat total, sulfur dioksida, dan nitrogen oksida, berada di bawah ambang batas yang ditetapkan. Pada April 2024, kami menerima uji emisi yang menunjukkan hasil yang cukup baik,” ungkapnya. Teknologi ini mampu mengurangi emisi CO2 yang biasa dihasilkan dalam proses peleburan nikel yang mencapai sekitar 90 ton CO2 ekuivalen per ton nikel di banyak perusahaan.

Lebih lanjut, ia menjelaskan mengenai komposisi slag atau terak yang dihasilkan dalam proses OESBF. Sejauh ini perusahaan masih melakukan uji kualitas pada slag ini.

“Namun, informasi awal menunjukkan bahwa slag ini dapat digunakan sebagai bahan campuran untuk semen, meskipun masih perlu beberapa treatment tambahan. Ini menjadi penting karena pengelolaan limbah atau sisa pengolahan nikel sering kali menjadi tantangan lingkungan yang signifikan,” katanya.

Ewa juga menekankan, pentingnya pengelolaan sumber daya nikel yang berkelanjutan dan berharap dengan teknologi baru ini, perushaan bisa berkontribusi pada pengelolaan nikel yang lebih berkelanjutan, dengan meminimalkan dampak lingkungan dan memaksimalkan nilai tambah untuk industri domestik.

Dia menyoroti cadangan bijih nikel di Indonesia yang melimpah tetapi sering kali dieksploitasi dengan cara yang tidak ramah lingkungan. Menyinggung prospek industri nikel Indonesia, ia mengatakan bahwa teknologi OESBF dapat berkontribusi pada hilirisasi industri nikel di Indonesia yang dapat bersaing di pasar global, terutama seiring dengan meningkatnya permintaan akan nikel untuk baterai kendaraan listrik.

“Kami menargetkan produksi nikel yang tidak hanya memenuhi pasar domestik, tetapi juga dapat bersaing di pasar internasional dengan kualitas yang lebih tinggi dan harga yang lebih kompetitif,” katanya, menutup penjelasannya.

FGD ini menjadi platform penting untuk membahas inovasi teknologi dan kebijakan yang dapat mendukung pengolahan nikel yang lebih efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. Dengan kemajuan teknologi seperti OESBF, Indonesia semakin dekat untuk memaksimalkan potensi industri nikel domestik, yang tidak hanya akan meningkatkan daya saing, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan jangka panjang.

Hal ini memberikan gambaran yang jelas tentang manfaat dan prospek teknologi OESBF, serta bagaimana teknologi ini bisa menjadi solusi untuk tantangan industri nikel Indonesia, baik dari segi efisiensi energi, pengurangan emisi, maupun pemanfaatan bijih nikel dengan kadar yang bervariasi. (Shiddiq)