Beranda Desember 2024 Harita Nickel Ubah Sisa Pengolahan Nikel Jadi Batu Bata Berkualitas, Solusi Berkelanjutan...

Harita Nickel Ubah Sisa Pengolahan Nikel Jadi Batu Bata Berkualitas, Solusi Berkelanjutan untuk Industri dan Lingkungan

2170
0
Direktur HSE Harita Nickel Tonny Gultom. Dok. Harita Nickel

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Harita Nickel, perusahaan pertambangan nikel yang beroperasi di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara, mengembangkan sebuah inovasi yang tidak hanya mengurangi sisa pengolahan nikel, tetapi juga memberikan solusi berkelanjutan untuk sektor konstruksi.

Perusahaan ini berhasil mengolah slag nikel, limbah sisa dari pengolahan bijih nikel, menjadi batu bata berkualitas tinggi yang siap dipasarkan. Inovasi ini menjadi langkah nyata menuju ekonomi sirkular dan pengelolaan limbah yang ramah lingkungan.

Proses Pengolahan Slag Nikel Menjadi Batu Bata Kualitas Premium

Direktur HSE (Health, Safety, Environment) Harita Nickel, Tonny Gultom, menjelaskan mengenai proses pengolahan slag nikel menjadi batu bata berkualitas premium bahwa slag nikel dihasilkan dari proses pirometalurgi pada smelter RKEF (Rotary Kiln Electric Furnace). Proses ini mengolah bijih nikel jenis saprolit untuk menghasilkan feronikel, yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan stainless steel.

“Namun, selain feronikel, proses ini juga menghasilkan slag nikel, yaitu sisa hasil pengolahan yang berbentuk butiran pasir halus hingga kasar. Slag nikel ini kemudian kami olah lebih lanjut untuk menjadi bahan konstruksi yang bernilai tambah,” kata Tonny melalui wawancara tertulis kepada nikel.co.id, Kamis (12/12/2024).

Menurutnya, proses pengolahan slag nikel untuk menjadi batu bata diawali dengan pencampuran slag dengan material lain, seperti abu batubara dan sedikit semen, hingga membentuk mortar. Mortar ini kemudian dicetak menjadi bata beton kelas 1 yang memiliki kualitas lebih baik dibandingkan dengan bata beton biasa.

“Bata yang kami hasilkan memiliki kekokohan yang lebih tinggi, lebih tahan lama, dan dua kali lipat lebih berat daripada bata merah atau bata ringan. Kualitasnya bahkan melebihi bata kelas 1 premium yang umumnya diproduksi dari pasir biasa,” ungkapnya.

Namun, dia menuturkan bahwa tantangan dalam pengelolaan slag nikel di lokasi terpencil di Pulau Obi bukan tantangan yang mudah. Menurut Tonny, salah satu kendala utama adalah lokasi pulau yang cukup terpencil.

“Karena Pulau Obi terletak di daerah yang relatif terpencil, biaya transportasi untuk mendistribusikan slag nikel sebagai bahan konstruksi ke kota-kota besar sangat tinggi. Kami perlu mengatasi tantangan ini agar slag nikel dapat lebih luas dimanfaatkan di luar kawasan industri kami,” tuturnya.

Saat ini, ia mengungkapkan, Harita Nickel mengatasi tantangan tersebut dengan memanfaatkan slag nikel sebagai pengisi lubang tambang. Hal ini mengurangi dampak lingkungan sekaligus memberikan nilai tambah bagi sisa pengolahan nikel yang ada.

Tonny memaparkan bahwa sisa pengelolaan nikel ini merupakan inovasi ekonomi sirkular, dan Harita Nickel berkomitmen pada prinsip ekonomi sirkular, yaitu mengelola sisa hasil produksi (SHP) dengan cara yang benar dan memaksimalkan pemanfaatannya untuk menciptakan nilai ekonomi baru.

“Kami tidak hanya ingin mengurangi sisa pengolahan, tetapi juga menciptakan produk yang bermanfaat, seperti batu bata dari slag nikel, yang dapat digunakan untuk pembangunan berkelanjutan,” paparnya.

Dia mengatakan bahwa bata dari slag nikel yang dihasilkan memiliki keunggulan dari segi kekuatan dan ketahanan.

“Bata dari slag nikel lebih kokoh dan tidak mudah hancur, jauh lebih baik dari bata merah atau bata ringan. Selain itu, sifatnya yang lebih berat membuatnya lebih stabil dalam konstruksi bangunan,” tambah Tonny.

Ia juga menjelaskan terkait proses skimming dan granulasi untuk mengolah slag nikel. Dalam proses pengolahan slag nikel, Harita Nickel juga melalui dua tahapan penting: skimming dan granulasi. Skimming adalah proses pemisahan slag dari logam cair selama peleburan.

Skimming berfungsi untuk memisahkan slag yang mengapung di permukaan logam cair, yang kemudian dibuang untuk mencegah gangguan pada kualitas produk nikel akhir. Proses ini juga membantu mengurangi kandungan unsur yang tidak diinginkan dalam logam yang dihasilkan,” jelasnya.

Tonny menambahkan, setelah proses skimming, slag yang masih cair kemudian didinginkan dengan cara granulasi, yaitu dengan menyemprotkan air bertekanan tinggi ke slag cair.

“Proses granulasi ini menyebabkan slag mendingin dengan cepat dan membentuk partikel kecil, seperti butiran pasir. Butiran ini kemudian dapat diproses lebih lanjut menjadi berbagai produk, seperti batako, paving block, hingga tetrapod untuk pemecah ombak,” tambahnya.

Dia mengakui bahwa adanya dampak positif di kawasan permukiman baru Desa Kawasi yang merupakan salah satu aplikasi nyata dari pemanfaatan slag nikel dalam pembangunan kawasan permukiman baru di Desa Kawasi. Permukiman ini diperuntukkan untuk warga Desa Kawasi Lama yang diinisiasi oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Halmahera Selatan dengan difasilitasi Harita Nickel. Kontruksi Permukiman baru Desa kawasi mulai dari pondasi, tembol rumah, drainase hingga jalan menggunakan campuran slag nikel.

“Pada proyek ini, slag nikel digunakan untuk konstruksi fondasi, dinding rumah, jalan, serta drainase. Dengan memanfaatkan slag nikel, bangunan menjadi lebih kokoh dan tahan gempa, serta lebih ramah lingkungan,” kata Tonny.

Proyek ini merupakan bagian dari upaya Harita Nickel untuk mendukung pembangunan berkelanjutan di sekitar kawasan operasionalnya.

“Kami berharap bahwa dengan menggunakan slag nikel dalam pembangunan desa ini, kualitas hidup masyarakat dapat meningkat, dan mereka bisa merasakan manfaat langsung dari inovasi yang kami lakukan,” tambahnya.

Selain itu, menurut dia, manfaat batu bata selain untuk kontruksi juga dapat dimanfaatkan untuk rehabilitasi terumbu karang dengan reef cube dari slag nikel. Rehabilitasi ekosistem laut yang dilakukan oleh perusahaan membuat reef cube – struktur berbentuk kubus berongga – dari slag nikel, yang kemudian dipasang di perairan dangkal sebagai tempat tumbuh terumbu karang dan rumah bagi ikan.

“Reef cube ini membantu menciptakan ekosistem terumbu karang yang sehat. Jika terumbu karang tumbuh dengan baik, maka kualitas air laut di sekitar kawasan tersebut juga akan terjaga,” jelas Tonny.

Dia juga menegaskan bahwa keuntungan ekologis dari penggunaan slag nikel dalam rehabilitasi terumbu karang sangat signifikan. Selain mendukung keberlanjutan ekosistem laut, reef cube yang terbuat dari slag nikel juga memiliki kandungan yang dapat membantu pertumbuhan terumbu karang.

“Kami sedang mengkaji kemungkinan penggunaan slag nikel sebagai pembenah tanah untuk proses reklamasi lahan bekas tambang. Uji coba di laboratorium menunjukkan bahwa slag nikel dapat meningkatkan kesuburan tanah, yang akan sangat berguna untuk revegetasi lahan yang telah ditambang,” tegasnya.

Selain itu, perusahaan juga mengeksplorasi kemungkinan pemanfaatan slag nikel dalam berbagai proyek infrastruktur lainnya.

Kemudian, Tonny membeberkan bahwa dalam rangka mendukung pemanfaatan slag nikel yang lebih luas, Harita Nickel secara aktif mengedukasi masyarakat dan pemangku kepentingan.

“Kami ingin masyarakat dan para pemangku kepentingan memahami bahwa pemanfaatan slag nikel ini bukan hanya tentang mengurangi limbah, tetapi juga mendukung pembangunan berkelanjutan dan menciptakan produk yang bermanfaat. Kami melakukan publikasi melalui media dan artikel untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan potensi slag nikel,” bebernya.

Dengan berbagai inovasi yang dilakukan, Harita Nickel tidak hanya berfokus pada efisiensi dan keberlanjutan operasional perusahaan, tetapi juga pada dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat sekitar.

“Kami berkomitmen untuk terus mengembangkan teknologi dan inovasi yang dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi industri, masyarakat, dan lingkungan,” tutup Tonny.

Dengan pemanfaatan slag nikel sebagai bahan konstruksi dan rehabilitasi ekosistem, Harita Nickel menunjukkan komitmennya untuk mendukung pembangunan berkelanjutan dan menciptakan solusi ramah lingkungan di industri pertambangan. (Shiddiq)