NIKEL.CO.ID, JAKARTA – PT Ceria Nugraha Indotama (CNI), perusahaan pertambangan 100% nasional Indonesia, memaparkan perkembangan terbaru dalam industri pertambangan nikel dalam acara Indonesia Mining Summit 2024 yang diselenggarakan oleh Indonesia Mining Association (IMA) di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta.
Dalam kesempatan tersebut, Sekretaris Perusahaan PT Ceria, Imelda Kiagoes, mengungkapkan, komitmen perusahaan untuk berperan aktif dalam mengembangkan hilirisasi sektor pertambangan nikel dan kobalt, sekaligus mendukung keberlanjutan energi hijau di Indonesia.
Ceria Nugraha Indotama, yang berlokasi di Kolaka, Sulawesi Tenggara, telah mengelola wilayah tambang nikel seluas 6.785 hektar. Perusahaan ini dikenal karena keberhasilannya dalam menghasilkan produk-produk berkualitas tinggi, termasuk kobalt nikel lokal. Dalam presentasinya, Imelda menekankan bahwa PT Ceria tidak hanya fokus pada kegiatan penambangan, tetapi juga pada hilirisasi produk nikel yang berkelanjutan.
Menurut Imelda, PT Ceria saat ini sedang melakukan comissioning terhadap pabrik smelter RKEF (Rotary Kiln Electric Furnace) dengan kapasitas 252.700 ton per tahun yang dijadwalkan mulai beroperasi dalam waktu dekat. Proyek ini menjadi langkah awal dalam upaya perusahaan untuk mendalami hilirisasi lebih lanjut, dengan rencana pembangunan nikel matte pada pertengahan tahun 2025.
“Nikel matte ini nantinya akan memiliki kadar nikel 74%, jauh lebih tinggi dibandingkan kadar nikel pada produk sebelumnya yang hanya mencapai 22%,” ujar Imelda dalam acara tersebut, Rabu (4/12/2024).
Selain itu, PT Ceria juga berencana untuk membangun fasilitas High Pressure Leaching (HPAL) yang akan memproduksi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dengan kapasitas 146.600 ton per tahun, tergantung pada ketersediaan pendanaan. Proyek HPAL ini dipandang sebagai bagian dari upaya besar perusahaan untuk terus meningkatkan daya saing dan produktivitas hilirisasi nikel dan kobalt di Indonesia.
Imelda juga menjelaskan bahwa PT Ceria akan mengembangkan dua jalur utama dalam proses hilirisasi, yakni pirometalurgi untuk produksi nikel matte dan kobalt sulfat, serta hidrometalurgi untuk menghasilkan nikel dan kobalt sulfat.
“Kedua pendekatan ini diharapkan dapat memaksimalkan nilai tambah produk nikel dan kobalt yang dihasilkan, sekaligus mendukung program pemerintah dalam menciptakan efek multiplier yang signifikan bagi perekonomian Indonesia,” jelasnya.
Dalam paparan tersebut, dia menegaskan bahwa PT Ceria berkomitmen untuk menjaga keberlanjutan operasi tambang dengan memanfaatkan energi hijau. Perusahaan ini telah mendapatkan sertifikat energi terbarukan (Renewable Energy Certificate) dari PLN, yang menjamin bahwa pasokan listrik yang digunakan dalam proses produksi berasal dari sumber energi terbarukan, seperti pembangkit listrik tenaga air (hydropower). Dengan penggunaan energi hijau ini, PT Ceria berkomitmen untuk mengurangi dampak lingkungan dan mendukung upaya global dalam mengatasi perubahan iklim.
Ia memaparkan, sejak 2020, PT Ceria telah dijadikan proyek strategis nasional (PSN) oleh pemerintah Indonesia, sebuah pengakuan atas peran penting perusahaan ini dalam mendukung pemulihan ekonomi dan memperkuat daya saing Indonesia di pasar global.
Imelda mengungkapkan bahwa rencana jangka panjang PT Ceria adalah memastikan bahwa operasional tambang dapat bertahan lebih dari 20 tahun dengan prinsip keberlanjutan, serta berkontribusi terhadap peningkatan ekspor dan penciptaan lapangan kerja di Indonesia.
Dalam upaya mempercepat hilirisasi dan pengembangan proyek-proyek masa depan, PT Ceria berhasil memperoleh dukungan pendanaan dari Bank Mandiri untuk proyek smelter RKEF. Pembiayaan ini memungkinkan PT Ceria untuk memulai pembangunan pada akhir tahun 2022 dan mencapai comissioning sesuai jadwal pada tahun 2024. Keberhasilan ini menjadi bukti solidnya kemitraan antara sektor swasta dan perbankan dalam mendukung transformasi industri nikel Indonesia.
Selain itu, dia menegaskan, dengan berbagai rencana ambisius untuk hilirisasi nikel dan kobalt, PT Ceria Nugraha Indotama optimistis dapat terus berkontribusi pada pertumbuhan industri pertambangan Indonesia. Perusahaan ini bertekad untuk memperkuat posisinya sebagai pemain utama dalam industri nikel global dan memastikan bahwa seluruh proses operasional tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Indonesia Mining Summit 2024 menjadi saksi komitmen PT Ceria Nugraha Indotama dalam mewujudkan masa depan industri pertambangan yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan inovatif di Indonesia. (Shiddiq)