Beranda Korporasi Di Tengah Kondisi Penurunan Harga, PT Vale Catat Laba pada Kuartal Ketiga...

Di Tengah Kondisi Penurunan Harga, PT Vale Catat Laba pada Kuartal Ketiga 2024

1810
0
Site Kantor PT Vale. Dok. Vale

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – PT Vale Indonesia Tbk. (PT Vale), bersama entitas anak usahanya, hari ini mengumumkan capaian kinerja tidak diaudit untuk kuartal ketiga tahun 2024. Di tengah tekanan harga komoditas yang menurun, Vale berhasil menunjukkan performa positif dengan peningkatan produksi, pengiriman nikel, dan pendapatan yang stabil.

Chief Financial Officer (CFO) PT Vale, Rizky Putra, menjelaskan, produksi nikel matte PT Vale mencapai 18.008 ton pada kuartal 3 tahun 2024, yang mencerminkan kenaikan 9% dari kuartal sebelumnya. Secara tahunan, produksi pada periode sembilan bulan pertama 2024 mencapai total 52.783 ton, naik 2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan produksi ini terutama didorong oleh peningkatan rata-rata kadar bijih nikel dalam kegiatan penambangan yang mencapai 1,79%, lebih tinggi 4% dibandingkan kuartal kedua 2024.

“Keberhasilan ini juga didukung oleh langkah optimalisasi waktu perawatan di fasilitas pengolahan, yang memungkinkan peningkatan output kalsin (nikel logam yang dihasilkan dari proses reduction kiln dalam pengolahan nikel),” kata Rizky dalam keterangan pers yang diterima nikel.co.id, Kamis (31/10/2024).

Selain produksi, menurut dia, PT Vale mencatat kenaikan pengiriman nikel matte sebesar 1% dibandingkan kuartal sebelumnya dan 6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Perseroan optimistis mampu mencapai target produksi tahunan sekitar 70.800 ton pada akhir 2024.

“PT Vale juga memiliki rencana untuk melakukan penjualan perdana bijih nikel pada kuartal keempat 2024, dengan catatan persetujuan revisi Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB),” ujarnya.

Tantangan

Di tengah tekanan harga nikel dunia yang menurun, Rizky menjelaskan, PT Vale mencatatkan pendapatan sebesar US$229,8 juta pada kuartal 3 tahuan 2024, meski harga realisasi rata-rata nikel matte menurun menjadi US$12.948 per ton, turun 9% dibandingkan kuartal sebelumnya. Secara keseluruhan, harga rata-rata untuk periode sembilan bulan pertama 2024 adalah US$13.262 per ton, mencerminkan penurunan sebesar 29% dari periode yang sama tahun sebelumnya.

PT Vale juga berhasil mempertahankan daya saingnya dengan menjaga efisiensi operasional. Biaya atas pendapatan pada triwulan ketiga ini sedikit meningkat sebesar 2% dari triwulan kedua 2024, namun secara keseluruhan biaya tersebut menurun 3% pada sembilan bulan ini dibandingkan tahun lalu.

“Hal ini menandakan efektivitas PT Vale dalam mengelola pengeluaran di tengah tantangan pasar,” jelasnya.  

Ia mengungkapkan, pada kuartal ketiga, PT Vale mencatatkan perubahan dalam konsumsi dan biaya energi. Konsumsi high sulphur fuel oil (HSFO) meningkat 11% dari kuartal sebelumnya menjadi 393.628 barel karena pemeliharaan fasilitas penggilingan batu bara selama 14 hari.

Pada saat sama, konsumsi batu bara menurun, tapi harga rata-rata HSFO meningkat 5% menjadi US$92,07 per barel, sementara harga rata-rata batu bara naik 9% menjadi US$190,60 per ton. Harga diesel justru menurun sebesar 6% menjadi US$0,77 per liter.

EBITDA dan Stabilitas Posisi Kas

CFO PT Vale juga menerangkan bahwa laporan EBITDA PT Vale sebesar US$46,9 juta pada kuartal ketiga tahun ini, menurun dari US$72,4 juta pada kuartal lalu. Penurunan ini sebagian besar diakibatkan oleh penurunan harga realisasi nikel matte serta efek dari kegiatan pemeliharaan fasilitas penggilingan batu bara yang menyebabkan peningkatan konsumsi HSFO sebagai pengganti penggunaan batu bara.

Kendatipun begitu, posisi kas PT Vale tetap solid. Per 30 September 2024, kas dan setara kas perseroan mencapai US$771,2 juta, meskipun terjadi penurunan dari US$832,1 juta pada akhir kuartal kedua. Pada kuartal ketiga, PT Vale meningkatkan belanja modal menjadi US$82,4 juta, naik dari AS$61 juta pada kuartal sebelumnya.

“Dana ini sebagian besar dialokasikan untuk proyek-proyek pertumbuhan tambang yang akan menunjang kebutuhan operasional jangka panjang,” tegasnya.

IUPK dan Komitmen ESG

Setelah mendapatkan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), PT Vale mulai mengakumulasi kewajiban Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar 10% dari laba bersih, dengan total US$3,6 juta pada kuartal ketiga tahun ini. Namun, kewajiban tersebut masih menunggu konfirmasi dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

PT Vale juga sedang mempersiapkan proses pemisahan dari Vale Base Metal setelah menyelesaikan divestasi pada bulan Juni, yang diharapkan berjalan lancar meski melibatkan biaya satu kali.

Sebagai bagian dari komitmen keberlanjutan, PT Vale mencatat tonggak penting dengan menerima peringkat risiko ESG sebesar 29,4 dari Sustainalytics, yang menempatkan PT Vale dalam kategori Risiko ESG Sedang. Dengan pencapaian ini, PT Vale menjadi satu-satunya perusahaan nikel di Indonesia yang masuk dalam kategori ini, menunjukkan kepemimpinan perseroan dalam kinerja keberlanjutan pada sektor pertambangan nikel.

“PT Vale juga meraih Penghargaan Subroto dari Kementerian ESDM atas kontribusi dalam pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, yang menegaskan dedikasi Perseroan dalam menangani isu sosial melalui pemberdayaan masyarakat,” tuturnya.

Komitmen Efisiensi

Rizky memaparkan, sebagai bagian dari strategi jangka panjang, PT Vale tetap fokus pada peningkatan produktivitas dan efisiensi biaya operasional. Hingga sembilan bulan pertama 2024, biaya tunai per unit pendapatan berada pada level yang kompetitif sebesar AS$9.536 per ton nikel matte.

Melalui langkah-langkah tersebut, PT Vale menargetkan keberlanjutan daya saing dalam industri nikel global, sambil menerapkan praktik-praktik pertambangan yang baik dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.

“Dengan komitmen untuk meningkatkan kehidupan dan mengubah masa depan bersama, PT Vale terus berupaya untuk memajukan keberlanjutan, produktivitas, serta manfaat sosial bagi masyarakat sekitar operasionalnya,” pungkasnya. (Shiddiq)