NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) mengeluarkan rilis harga mineral acuan (HMA) nikel per September 2024 sebesar US$15.908,10 per dry metrik ton (dmt). HMA nikel per September ini mengalami penurunan sebesar US$904,63 per dmt dibandingkan bulan Agustus sebelumnya US$16.812,73 per dmt.
Untuk nikel kadar 1,60% dengan corrective factor (CF) sebesar 17% dan moisture content (MC) sebesar 30% menggunakan FOB sebesar US$30,29 per wet metrik ton (wmt) serta penjualan dengan MC 35% menggunakan FOB sebesar US$28,13 pper wmt.
Nikel dengan kadar 1,70% dengan CF 18% dan MC30% menggunakan FOB sebesar US$34,08 per wmt serta MC 35% menggunakan FOB sebesar US$31,64 per wmt. Untuk nikel kadar 1,80% dengan CF19%, lalu MC30% menggunakan FOB sebesar US$38,08 dan MC35% menggunakan FOB sebesar US$35,38 per wmt.
Selanjutnya, untuk nikel kadar 1,90% dengan CF20% dan MC30% sebesar US$42,32 per wmt serta MC35% menggunakan FOB sebesar US$39,29 per wmt. Untuk nikel kadar 2,00% dengan CF21% dan MC30% sebesar US$46,77 per wmt serta MC35% menggunakan FOB sebesar US$43,43 per wmt.
Pemerintah melalui Kementerian ESDM juga telah menetapkan HPM nikel per September 2024. Sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM Nomor 231.K/MB.01/MEM.B/2024 tentang Harga Mineral Logam Acuan dan Harga Batubara Acuan untuk Bulan September 2024. Keputusan Menteri tersebut ditandatangani, di Jakarta pada Jumat (20/9/2024).
HMA bulan Agustus digunakan sebagai dasar perhitungan Harga Patokan Mineral Logam (HPM) untuk bulan September 2024.
Menteri ESDM juga menetapkan HMA berbagai komoditas mineral sebagai patokan bulan Agustus 2024. HMA Nikel dipatok USD15.908,10/dmt. Kemudian Kobalt USD26.031,90/dmt dan Timbal USD1.993,69/dmt.
Sementara, mengutip dari laman Samuel Sekuritas Indonesia/samuel.co.id pada 30 September 2024, menyatakan bahwa pada minggu terakhir September 2024, harga nikel mengalami kenaikan sekitar 2,8%, mencapai rata-rata US$16.488 per ton.
Menurutnya, lonjakan ini dipicu oleh kebijakan stimulus agresif dari China yang meningkatkan prospek permintaan logam dasar seperti nikel. Ditambah persediaan nikel olahan di China yang melonjak sekitar 1.921 ton dalam seminggu menjadi 31.816 ton, seiring dengan meningkatnya pembelian untuk memenuhi kebutuhan produksi baja.
Kebijakan China terhadap pelonggaran kebijakan moneter yang berkelanjutan turut memberikan optimisme terhadap pasar logam non-ferrous, sehingga harga nikel terus bergerak naik.
“Kami membayangkan harga nikel hingga akhir tahun 2024 akan stabil di kisaran US$17.220 per ton. Terkait pilihan saham, NCKL (PT Harita Nickel) tetap menjadi pilihan utama kami dengan target harga Rp1.200, didorong oleh potensi pertumbuhan pendapatan dari ekspansi kapasitas dan efisiensi biaya produksi,” pungkasnya. (Shiddiq)