NIKEL.CO.ID, JAKARTA — Penerapan lingkungan (environment), sosial (social), dan tata kelola (governance) (ESG) merupakan hal penting bagi masa depan industri Tanah Air, termasuk pertambangan, mengingat masih tingginya kekhawatiran kerusakan lingkungan dan perubahan tatanan sosial kemasyarakatan. PT Vale Indonesia tbk. menyadari hal tersebut, sehingga ESG menjadi bagian perusahaan dan setiap keputusan yang diambil harus memikirkan dampak ESG.
Hal tersebut ditegaskan Chief Executive Officer (CEO) dan Presiden Direktur PT Vale Indonesia Tbk., Febriany Eddy, dalam Laporan Keberlanjutan 2023 dengan tema “Mining for Tomorrow: Sustaining Operations with Responsibility”, Selasa (16/7/2024).
Febriany, dalam sambutan laporan tersebut, menjelaskan, sejalan dengan penerapan prinsip-prinsip Pengelolaan Tambang Berkelanjutan Berdasarkan Kerangka Kerja Pembangunan Berkelanjutan International Council of Mining and Metals (ICMM), Vale menjalankan praktik-praktik pertambangan yang berkelanjutan pada seluruh kegiatan yang dilaksanakan.
“Kami meyakini penerapan pertambangan berkelanjutan dapat berkontribusi signifikan untuk kesejahteraan bumi dan masyarakat. Selain itu, memberikan jaminan kepada pelanggan dan para pemangku kepentingan yang lain bahwa produk mineral (nikel) PT Vale diperoleh melalui proses produksi yang bertanggung jawab,” ujarnya.
Dalam laporan tahunan tersebut, sebagaimana siaran pers Vale yang diterima redaksi, perusahaan yang 34%-nya dimiliki holding BUMD pertambangan, Mind.Id, menegaskan komitmen mendukung penerapan keberlanjutan di industri tambang. Apalagi, komitmen keberlanjutan menjadi hal yang semakin krusial di tengah era transformasi menuju ekonomi rendah karbon.
Secara transparan dalam laporan keberlanjutan 2023, PT Vale menegaskan komitmen mendukung pencapaian target Net Zero Emission (NZE) 2050 dengan fokus pada peningkatan pemakaian energi baru dan terbarukan (EBT), dengan target jangka menengah pengurangan emisi karbon hingga 33% pada 2030.
Namun, Febriany yang telah berkarier di Vale selama 14 tahun itu menyadari besarnya tantangan dan kendala dalam menerapkan pertambangan berkelanjutan. Dinamika yang berkembang saat ini menyebutkan bahwa industri ekstraktif, seperti yang dijalankan PT Vale, dihadapkan pada tiga isu penting pertambangan berkelanjutan, yakni deforestasi, emisi karbon, dan keanekaragaman hayati.
“Ketiga isu tersebut menjadi tantangan mengingat wilayah operasional Vale berada di wilayah yang kaya keanekaragaman hayati dan garis Wallacea. Faktanya, dari wilayah pertambangan PT Vale seluas 118 ribu hektare, hanya 48% yang dapat ditambang, dan dari 48% area tersebut, 90% adalah hutan lindung,” ungkapnya.
Ia melanjutkan, selama 2023, Vale mencatat pencapaian positif kinerja pengelolaan ESG dan ekonomi. Dalam pengelolaan lingkungan, Vale telah menurunkan intensitas emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 0,4 ton CO2eq/ton Ni menjadi 28,7 ton CO2eq/ton Ni dari tahun sebelumnya sebesar 29,1 ton CO2eq/ton Ni.
“Kami juga telah merealisasikan reklamasi lahan tambang seluas 3.703,6 hektare atau 65% dari pembukaan lahan tambang seluas 5.667,7 hektare pada 2023, dengan jumlah pohon yang ditanam mencapai 4 juta batang,” jelasnya.
Selain itu, Vale juga melanjutkan rehabilitasi lahan dan penghutanan lintas batas di luar wilayah operasi, mencakup daerah aliran sungai (DAS) di 13 kabupaten di Sulawesi Selatan dan tiga kabupaten di Jawa Barat.
Aspek Sosial
Pada aspek sosial, Vale telah menuntaskan penyusunan Rencana Induk Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) periode 2023-2027 yang fokus pada program pendidikan, kesehatan, tingkat pendapatan riil, kemandirian ekonomi, sosial budaya, lingkungan sosial, kelembagaan kemasyarakatan, dan pembangunan infrastuktur.
“Vale terus berupaya berkontribusi dalam pembangunan infrastruktur, membuka lapangan kerja bagi masyarakat lokal dan kontraktor lokal, serta pengembangan masyarakat agar dapat hidup mandiri di luar sektor pertambangan atau masyarakat mandiri pascatambang,” terangnya.
Sementara itu, dalam aspek peningkatan kinerja keselamatan kerja, Vale meningkatkan kepatuhan K3, sehingga berhasil mencegah insiden yang bersifat fatal selama 2023. Berdasarkan audit Sistem Keselamatan Pertambangan dan IMS-Environment Health and Safety Management System, indeks kepatuhan Vale pada 2023 mencapai 73,6%.
Melangkah ke depan, Febri berharap dukungan dan kerja sama yang terjalin bersama seluruh pemangku kepentingan dapat terus berkembang, mengantarkan PT Vale mewujudkan ambisi menjadi pionir praktik-praktik pertambangan berkelanjutan, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia.
“PT Vale hadir untuk meningkatkan kualitas hidup dan membangun masa depan yang lebih baik. Untuk itu, kami butuh dukungan seluruh pihak mewujudkan praktik keberlanjutan tersebut. Bersama,” pungkasnya. (Rus/PTVI)