Beranda Asosiasi Pertambangan APNI Bangga Indonesia Telah Resmi Miliki Pabrik Baterai dan Kendaraan Listrik Hyundai

APNI Bangga Indonesia Telah Resmi Miliki Pabrik Baterai dan Kendaraan Listrik Hyundai

3123
0
Meidy Katrin Lengkey
Sekretaris Umum APNI Meidy Katrin Lengkey

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Sekretaris Umum (Sekum) Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), Meidy Katrin Lengkey, mengatakan, sangat bangga atas peresmian ekosistem baterai dan kendaraan listrik Hyundai LG Indonesia. Namun, yang lebih penting lagi Indonesia bisa menjadi pemain global supply chain EV.

“Hari ini adalah awal baru tonggak komitmen Indonesia untuk menjadi pemain global di ekosistem EV cell baterai dan juga electric vehicle. Tentu APNI sangat bangga akan keberhasilan Indonesia mengajak perusahaan Korea Selatan (Korsel) Hyundai LG untuk berinvestasi di Indonesia membangun ekosistem baterai dan kendaraan listrik,” kata Meidy kepada nikel.co.id, Kamis (4/7/2024).

Menurutnya, hal ini akan berdampak langsung terhadap industri tambang mineral di Indonesia walaupun EV cell battery ini masih menggunakan bahan LFP (Lithium Ferro Phosphate), belum menggunakan  NMC (Nickel Manganese Cobalt) tetapi sangat akan berdampak terhadap bahan baku mineral lain di Indonesia seperti Copper, Bauksite, Tin, dan lain-lain.

“Yang paling penting, kita harus betul-betul bisa masuk sebagai pemain global dalam supply chain kendaraan listrik. Satu ini sudah dimulai, dan ini merupakan pabrik sel baterai EV yang pertama dan yang terbesar di Asia Tenggara. Kita bisa berkompetisi dengan negara lain dalam ecosystem kendaraan listrik,” ujarnya.

Investasi Perusahaan Korsel di Indonesia

Meidy menuturkan bahwa pabrik baterai dan kendaraan listrik Hyundai LG di Indonesia melalui investasi Korsel dapat dianggap memenuhi tujuan pembangunan ekosistem baterai dan kendaraan listrik untuk meningkatkan nilai tambah bagi bangsa dan negara.

“Investasi ini membawa teknologi canggih, penciptaan lapangan kerja, dan meningkatkan ekspor produk bernilai tambah dari Indonesia,” tuturnya.

Namun, resminya pabrik baterai dan EV ini memiliki pertanyaan, “Mengapa Indonesia tidak membangun ekosistem baterai dan kendaraan listrik dari perusahaan nasional?”

Hal ini dijawab langsung oleh Meidy, dengan menyatakan bahwa ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kemampuan teknologi, skala produksi, dan akses ke modal yang diperlukan untuk mengembangkan industri ini.

Keterlibatan perusahaan asing seperti Hyundai LG bisa menjadi kolaborasi strategis untuk mempercepat pengembangan industri nasional, dengan harapan bahwa perusahaan lokal juga dapat memanfaatkan peluang ini untuk tumbuh dan bersaing.

“Dan, yang pasti APNI berharap Investasi Hyundai LG Indonesia ini dapat menggandeng UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) lokal dalam berbagai parts yang bisa di produksi oleh lokal dan bisa menciptakan lapangan kerja baru untuk masyarakat Indonesia,” jawabnya lugas.

Harapan APNI Terkait Tujuan Ekosistem Dalam Negeri

Sekum APNI menyampaikan bahwa harapannya agar investasi ini tidak hanya memperluas pasar untuk nikel Indonesia, tetapi juga membuka kesempatan untuk nilai tambah lebih lanjut dalam rantai pasok baterai kendaraan listrik. Dengan demikian, APNI bisa berharap agar investasi ini akan mengoptimalkan penggunaan sumber daya alam Indonesia secara berkelanjutan dan memberikan manfaat ekonomi yang lebih luas bagi masyarakat Indonesia.

“Paling penting untuk terus memperhatikan keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan dalam pengembangan industri ini agar dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi negara dan masyarakat Indonesia,” pungkas Meidy.

Sementara, Menteri Investasi dan Kepala Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, dalam acara peresmian pabrik baterai dan EV Hyundai LG di Karawang, mengungkapkan bahwa Indonesia adalah negara pertama di dunia yang membangun industri nikel dari hulu hingga ke hilir secara terintegrasi dari tambang sampai ke end product, yaitu dari bijih mentah nikel hingga baterai dan kendaraan listrik.

“Di seluruh dunia yang membangun ekosisten terintegrasi dari hulu ke hilir, dari tambang sampai mobil, ternyata belum ada dan kita Indonesia adalah yang pertama untuk melakukan hal ini,” kata Bahlil dalam acara tersebut, di Karawang, Jawa Barat, pada Rabu (3/72024).

Menurutnya, ekosistem mulai dari tambang, Smelter, HPAL (High Pressure Acid Leachin), Prekursor, Katode, Baterai Sel, sampai dengan mobil sudah dibangun di Indonesia. Pada Selasa, 2 Juli 2024 kemarin, Kementerian Investasi/BKPM sudah menyelesaikan penandatanganan kesepakatan dengan Hyundai LG Indonesia dan pada Rabu ini, (3/7/2024), disepakati proyek selanjutnya senilai US$1,2 – US$1,5 miliar dan akan dilakukan lagi tahap ll yaitu senilai US$2 miliar untuk 20Giga.

Untuk mewujudkan itu, dia memaparkan, Kementerian Investasi/BKPM memiliki dua konsep yang dilakukan. Konsep pertama, dengan membangun dari hilir ke hulu yaitu dari Hyundai LG asal Korea dan satunya lagi konsep dari hulu ke hilir yaitu CATL dan sekarang sedang proses pembangunan.

“Jadi, kalau kedua-duanya bisa jalan maka saya yakin, insyaAllloh atas perintah Bapak Presiden, Indonesia akan menjadi salah satu negara pemain ekosistem baterai dan kendaraan listrik khususnya yang berbahan baku dari nikel,” paparnya. (Shiddiq)