Beranda Mei 2024 Ketua Perhapi Ungkap Hal Positif Jika Indonesia Bergabung dengan INSG

Ketua Perhapi Ungkap Hal Positif Jika Indonesia Bergabung dengan INSG

1882
0
Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), Rizal Kasli. (Foto: Chiva/nikel.co.id)
Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), Rizal Kasli. (Foto: Chiva/nikel.co.id)

NIKEL.CO.ID, JAKARTA- Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), Rizal Kasli menilai positif jika Indonesia dapat bergabung dengan organisasi International Nickel Study Group (INSG).

Diketahui, negara negara penghasil nikel dunia meminta Indonesia untuk bergabung ke sebuah organisasi International Nickel Study Group (INSG).

“INSG itu merupakan group study tentang nikel yang mengedepankan ESG dalam operasionalnya. Hal ini cukup bagus kalau Indonesia masuk ke group itu karena bisa meningkatkan standar ESG untuk perusahaan tambang nikel,” ujar Rizal Kasli dikutip nikel.co.id dari CNBC, Senin (6/4/2024).

INSG merupakan organisasi antar pemerintah yang didirikan pada bulan Juni 1990. INSG merupakan sebuah lembaga organisasi analisis pasar nikel. Indonesia sejatinya pernah menjadi anggota INSG di awal organisasi tersebut baru dibentuk.

Rizal menambahkan, Indonesia merupakan salah satu produsen nikel terbesar di dunia. Indonesia merupakan main player komoditas nikel dengan porsi lebih dari 60% produksi global.

“Ini akan menjadi barometer penambangan nikel secara global. Diharapkan operasional perusahaan tambang nikel ke depan harus menerapkan prinsip ESG dalam operasionalnya dan anggapan bahwa nikel Indonesia tidak ramah lingkungan bisa dihindari,” terangnya.

Sebelumnya, Staf Khusus Menteri ESDM bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara Irwandy Arif menyampaikan, sejumlah negara penghasil nikel meminta Indonesia untuk bergabung ke sebuah organisasi International Nickel Study Group (INSG). 

INSG merupakan sebuah lembaga organisasi analisis pasar nikel. Indonesia sejatinya pernah menjadi anggota INSG di awal organisasi tersebut baru dibentuk.

“Dulu kita pernah pertama kali gabung pada saat berdiri tahun 1990 ada delegasi kita yang dipimpin Dirjen pada saat itu tapi kemudian kita 2006 keluar karena ada masalah Portugal itu di Timor-Timur. Sekarang mereka mengajak kita untuk masuk kembali tapi kita lagi mempertimbangkan,” kata Irwandy, Kamis (2/5/2024) lalu.

Indonesia sendiri telah diakui sebagai negara pemilik cadangan nikel terbesar di dunia. Melansir data dari Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), produksi nikel di Indonesia mencapai 1,8 juta metrik ton dan memberikan kontribusi sebesar 50% terhadap total produksi nikel dunia.

Besarnya cadangan nikel tersebut juga dibarengi dengan tingginya tingkat konsumsi di dalam negeri, yakni untuk jenis nikel kadar tinggi atau saprolite dan nikel kadar rendah atau limonite, yang diproses dengan fasilitas pemurnian dan pemrosesan (smelter) nikel. Adapun konsumsi bijih nikel di dalam negeri pada 2023 diperkirakan mencapai 145 juta ton.

Dengan tingginya tingkat cadangan dan konsumsi nikel di dalam negeri, tidak heran jika pemerintah terus mendorong pentingnya menjaga hilirisasi industri untuk melakukan pembangunan smelter di Tanah Air demi memperkuat nilai tambah produk dan mendorong pertumbuhan ekonomi, dari tingkat daerah hingga nasional.

Hingga saat ini, beberapa kawasan di Indonesia telah memiliki smelter nikel yang maju, antara lain seperti Kawasan Industri Morowali, Kawasan Industri Stardust Estate Investment di Morowali Utara, dan Kawasan Industri Virtue Dragon di Konawe. (Lili Handayani)