NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Sekretaris Umum Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (Sekum APNI), Meidy Katrin Lengkey, mengatakan, Indonesia mempunyai sumber daya alam nikel lebih dari 11,7 miliar ton terbesar di dunia.
Hal ini dia sampaikan pada acara Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi (Kemenko Marves) sebagai pembicara pada Sesi Ketiga kegiatan kick-off workshop di Hotel Saripan Pacific, Jakarta, Jumat (3/5/2024).
“Bagi kami sebenarnya ada lebih dari data 11,7 miliar ton karena menurut kami banyak areal yang belum dieksplorasi secara vital, khususnya di daerah Papua sana,” kata Meidy di sela-sela kesibukannya yang akan terbang meninggalkan Jakarta untuk menghadiri undangan lainnya.
Menurutnya, ia sudah mengecek langsung ke wilayah Papua tersebut, dan ternyata ketebalan (cadangan nikel) di daerah itu luar biasa.
“Namun mungkin karena permasalahan sosial politiknya, masyarakatnya dan kondisi dilapangan yang mungkin para pengusaha belum terlalu menginjak di wilayah Papua,” ujarnya.
Selain itu, Meidy menuturkan, sumber daya nikel Indonesia itu tercatat sebesar 4,5 miliar ton. Hal ini berdasarkan data Kementerian ESDM tahun 2020. Pertanyaannya, sejak tahun 2020 sudah berapa banyak konsumsi biji nikel khususnya domestik?
“Ini yang kita produksi karena berdasarkan pilihan dari para pelaku industri downstream, kita menghitung dari kadar 1 sampai kadar 1,7,” tuturnya.
“Sayangnya sampai saat ini kebutuhan pilihannya di dalam negeri atau domestik masih posisi reverage di biji nikel kadar tinggi. Karena pabrik-pabrik saat ini atau smelter itu masih menggunakan pirometalurgi yang menghasilkan nickel pig iron (NPI), feronikel bahkan nikel matte,” pungkasnya.
Acara ini diselenggarakan oleh Kemenko Marves bersama dengan Sekretariat Just Energy Transition Partnership (JETP) yang akan melaksanakan studi dekarbonisasi sektor captive power.
Hal ini menindaklanjuti peluncuran dari dokumen Comprehensive Investment and Policy Plan (CIPP) oleh JETP pada 21 November 2023 lalu. Acara ini diadakan untuk perkenalan dan sekaligus dimulainya studi Dekarbonisasi Sektor Captive Power di Indonesia. (Shiddiq)