Beranda April 2024 Baterai NMC Andalan Kendaraan Listrik Masa Depan

Baterai NMC Andalan Kendaraan Listrik Masa Depan

1810
0

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Persaingan bisnis antara industri kendaraan listrik (electric vehicle/EV) berbahan baku nikel mangan kobalt (NMC) dengan litium ferro phosphate (LFP) juga cukup mempengaruhi nilai harga nikel.

Harga nikel secara umum dapat dipengaruhi oleh permintaan industri pabrik stainless steel (baja tahan karat) dan pabrik baterai kendaraan listrik yang saat ini sedang berkembang. Seperti terjadinya oversupply produksi nikel Indonesia tahun 2023 dengan dibarengin rendahnya permintaan menyebabkan terjadinya trend penurunan harga nikel.

Namun seiring dengan membaiknya permintaan nikel untuk pabrik stainless steel dan pabrik baterai EV di dunia terutama China, harga nikel pun perlahan mulai membaik kembali di bulan April 2024 dalam perdagangan internasional di kisaran US$16.873,00 per ton hingga US$17.505,50 per ton. Sedangkan menurut data Kementerian ESDM untuk harga mineral acuan nikel per Maret 2024 berada di titik US$16.000,00 per ton.

Namun bagi pelaku usaha pertambangan nikel dalam kaitannya dengan pasokan bahan baku baterai EV tidak terlalu terpengaruh bahkan dengan persaingan mobil LFP yang harganya lebih murah, tahan panas dan tidak mudah terbakar.

Dalam keterangan pers pada 6 Maret lalu, Direktur Health, Safety and Environment (HSE) PT Trimegah Bangun Persada Tbk (Harita Nickel), Tonny H. Gultom, mengatakan, baterai berbasis NMC akan tetap menjadi andalan untuk kendaraan listrik masa depan.

“Pasalnya, baterai berbasis nikel mampu menyimpan energi listrik lebih besar dan tahan lama. Selain itu, baterai berbasis nikel juga memiliki ketahanan tinggi terhadap perbedaaan iklim,” kata Tonny dengan penuh optimis.

Menurutnya, penggunaan baterai berbasis nikel cocok bagi karakteristik mobil listrik (EV) pada umumnya. “Apalagi bagi pengguna yang memiliki kebutuhan berkendara jarak jauh dan daerah yang memiliki perbedaan iklim dan suhu yang ekstrim,” ujarnya.

Dia juga memaparkan, baterai berbasis LFP ini merupakan teknologi awal dan sudah digunakan oleh berbagai macam kendaraan. Kemudian muncul kebutuhan teknologi baterai yang memiliki daya tampung lebih besar dan lebih tahan lama. “Baterai berbahan nikel hadir untuk menjawab kebutuhan tersebut,” paparnya.

Selain itu, ia menjelaskan bahwa baterai berbasis nikel juga lebih rendah jejak karbon karena mampu didaur ulang. Itu membuat baterai ini sejalan dengan tujuan pembangunan keberlanjutan.

“Tak heran jika Uni Eropa sampai menggodok regulasi yang mewajibkan penggunaan recycled battery dalam komponen kendaraan listrik,” jelasnya.

Tonny menegaskan, penggunaan baterai berbasis nikel diharapkan dapat menjawab tantangan ini karena bisa didaur ulang. “Dan digunakan lagi dalam prinsip ekonomi sirkular,” tegasnya.

Menurutnya, perusahaan tetap optimistis dengan prospek nikel di masa depan. Karena di masa depan, permintaan terhadap nikel akan ditopang oleh kebutuhan terhadap stainless steel dan baterai kendaraan listrik.

Ada juga turunan bijih nikel kadar tinggi (saprolit) berupa feronikel yang masih dibutuhkan oleh banyak sektor seperti otomotif, kesehatan hingga peralatan rumah tangga. Sementara peluang bagi produk turunan bijih nikel kadar rendah (limonit) berupa MHP.

“(Yaitu) nikel sulfat, dan kobalt sulfat sebagai produk bahan baterai kendaraan listrik kini terbuka lebar di era transisi energi,” ujarnya.

Ia juga menuturkan, untuk kondisi makro ekonomi yang menantang saat ini dan produktivitas nikel Indonesia sedang mempengaruhi pasar nikel dunia. Namun ke depan, akan terbentuk titik keseimbangan baru antara permintaan, penawaran, dan harga nikel dunia.

Oleh karena itu, para pihak diharapakan harus tetap optimistis dengan adanya peningkatan kondisi ekonomi global di masa mendatang yang akan turut mendorong permintaan terhadap produk turunan nikel serta meningkatkan prospek industri nikel secara keseluruhan.

“Karenanya, kondisi pasar nikel dunia saat ini tidak mempengaruhi target produksi atau rencana investasi perseroan. Sampai saat ini, kami tetap beroperasi sesuai kapasitas dan target,” tuturnya. (Shiddiq)