𝗡𝗜𝗞𝗘𝗟.𝗖𝗢.𝗜𝗗, 𝗝𝗔𝗞𝗔𝗥𝗧𝗔 – Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Percepatan Pengembangan Industri sektor ESDM, Agus Tjahajana Wirakusumah, mengungkapkan, pasar mobil listrik di China lebih didominasi oleh penggunaan baterai 𝘭𝘪𝘵𝘩𝘪𝘶𝘮 𝘧𝘦𝘳𝘰 𝘱𝘩𝘰𝘴𝘱𝘩𝘢𝘵𝘦 (LFP) dengan biaya yang lebih murah ketimbang baterai 𝘯𝘪𝘤𝘬𝘦𝘭 𝘮𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯𝘦𝘴𝘦 𝘤𝘰𝘣𝘢𝘭𝘵 (NMC).
“Di China itu 70% pakai LFP, itu yang 𝘭𝘰𝘸 𝘤𝘰𝘴𝘵 atau kendaraan yang murah, yang kelas atasnya tetap NMC,” ungkap Agus di Kantor Kementerian ESDM Jakarta, Senin (4/3/2024).
Menurutnya, dominasi penggunaan mobil dengan baterai LFP di China karena mereka memiliki banyak bahan baku LFP. Mereka memprioritaskan penggunaan baterai LFP untuk produk mobilnya sehingga mereka berpengalaman dalam pembuatan baterai LFP untuk kendaraan mobil listrik.
“Sehingga mereka LFP-nya itu jauh lebih pengalaman dan bahan bakunya ada. Makanya banyak perusahaan China yang masuk ke Indonesia untuk mendapatkan nikel supaya mendapatkan aksesnya,” ujarnya.
Dia juga menuturkan, untuk bahan baku baterai nikel di China lebih banyak di ekspor ke luar negeri selain untuk kebutuhan dalam negerinya. Sehingga untuk membuat baterai NMC kendaraan mobil listrik mereka harus mencari ke negara yang memiliki cadangan nikel yang mencukupi kebutuhan pabrik mereka untuk jangka panjang.
Sehingga mereka harus berinvestasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut agar industri mereka mendapatkan kepastian terhadap cadangan nikel jangka panjang.
“Kalau tidak mereka tidak berani investasi, apalagi pabrik baterai yang mahal investasinya,” tuturnya.
Ia memaparkan, untuk strategi China dalam pemasaran kendaraan mobil listrik baterai LFP atau NMC yang pertama adalah menjamin pasar lebih dahulu. Seperti perang penggunaan energi alternatif antara listrik dan hidrogen yang tidak bisa dihindarkan untuk mencari yang lebih murah dan menguntungkan.
China telah memiliki pasar yang telah 𝘱𝘳𝘦𝘱𝘢𝘳𝘦 ke listrik. Sehingga mereka sudah mempunyai suatu jaminan dan kalau pasar di dalam negeri tidak bisa menjamin maka mereka memanfaatkan dari investasi di luar negeri.
“Jadi sebelum bikin pabrik besar yang mahal, tentu mereka harus yakin bahwa pasarnya itu terjamin. Kalau tidak uang tidak bisa balik,” paparnya.
Agus membeberkan, pabrik mobil listrik 𝘉𝘶𝘪𝘭𝘥 𝘠𝘰𝘶 𝘋𝘳𝘦𝘢𝘮 (BYD) merupakan perusahaan yang berasal dari Shenzhen, Guangdong, China yang masuk ke Indonesia menggunakan baterai LFP. Artinya produk yang mereka bawa merupakan kelas 𝘭𝘰𝘸 𝘤𝘰𝘴𝘵 (berbiaya murah) dan ini berarti daya beli market di China di kisaran itu.
“Teman-teman Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo) juga mengatakan daya beli Rp300 – Rp350 juta kemampuan beli di kita itu. Jadi mereka tidak memaksa semua harus ke NMC, tapi ada juga yang untuk memakai LFP,” pungkasnya. (𝗦𝗵𝗶𝗱𝗱𝗶𝗾)