NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Sekarang ini waktu yang tepat untuk menerbitkan Indeks Harga Nikel Indonesia atau Indonesia Nickel Price Index (INPI). Salah satu pendukungnya adalah peran Indonesia yang semakin penting dalam rantai pasokan nikel dunia dengan meningkatnya permintaan nikel sebagai bahan pembuatan baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV).
Hal tersebut diungkapkan Senior Vice President Shanghai Metals Market (SMM), Logan Lu, beberapa waktu kepada Media Nikel Indonesia (nikel.co.id).
Logan Lu menjelaskan, tantangan terbesar yang harus dihadapi dalam penerbitan INPI tidak ringan dan tidak mudah. INPI harus menyeimbangkan upaya intuitif meraih profit maksimal dari sumber daya alam yang ada sekaligus menjaga manfaat jangka panjang untuk mengembangkan industri nasional Indonesia.
BACA: Kunjungan ke Lokasi Pertambangan Bersama 5 Kementerian RI, Sekum APNI Alami Kecelakaan
“Karenanya, peran pemerintah sangatlah rumit. Secara umum, pemerintah harus mendukung tetapi tidak terlibat terlalu jauh ke dalam operasi sehari-hari. Kami percaya bahwa pihak ketiga yang memiliki otoritas regulasi yang dekat dengan seluruh rantai industri adalah pihak yang tepat untuk membuat indeks ini,” ujar Lu.
Sementara itu, sebagai penggagas dan asosiasi yang gencar menggaungkan INPI, Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) berpendapat bahwa sebagai negara pemilik sumber daya dan cadangan nikel terbesar dunia, Indonesia dapat lebih independen dalam menentukan harga nikel, tidak lagi tergantung kepada negara lain.
Gagasan APNI tersebut mendapat sambutan positif dari banyak pihak, termasuk pemerintah dan pengusaha. Bahkan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) RI, Luhut Binsar Pandjaitan, dalam satu kesempatan dan dilansir berbagai media, menegaskan, INPI dapat menjadi instrumen yang mengatur transaksi nikel dalam negeri.
Mengenai hal tersebut, Sekretaris Umum (Sekum) APNI, Meidy Katrin Lengkey, berpandangan, Indonesia saat ini bukan hanya pemilik cadangan nikel terbesar dunia, tetapi juga sudah menjadi produsen dan rantai pasokan (supply chain) terbesar di dunia untuk produk olahan bijih nikel. Sehingga, menguatkan posisi tawar (bargaining position) Indonesia di tingkat internasional. Jadi, sudah sepantasnya Indonesia memainkan peranan dalam mengontrol harga nikel dan olahan nikel dunia.
Oleh karena itu, sambung Meidy, pada ASEAN Ni, Cr, Mn, and Stainless Steel Industry Chain Summit 2023: New Drivers, New Opportunities, New Ecology, di Discovery Kartika Plaza Hotel, Bali, 28-29 November 2023, dilakukan launching (peluncuran) Indonesia Nickel Price Index.
“INPI menjadi babak baru dunia pertambangan nikel di Indonesia dan diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang timbul antara penambang dan smelter nikel di Indonesia,” ujarnya.
Pada summit yang diselenggarakan SMM dan APNI tersebut akan bertindak sebagai narasumber antara lain Menteri ESDM RI, Arifin Tasrif, Menteri Perindustrian RI, Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Investasi/Kepala BKPM RI, Bahlil Lahadalia, Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan, Kemenko Marves RI, Septian Hario Seto, Plt. Dirjen Minerba, Kementerian ESDM RI, Bambang Suswantono, Sekum APNI, Meidy Katrin Lengkey, Jason Cao (Shell Group), Riacardo Ferreira (INSG), Roy Arman Afandy (PT Trimegah Bangun Persada), Aldo Namora (PT Ceria Nugraha Indotama), dan beberapa narasumber lainnya. (Rusdi)
