Beranda Korporasi Menengok Progres Smelter BMS Milik Yusuf Kalla

Menengok Progres Smelter BMS Milik Yusuf Kalla

34751
0
Proyek Smelter nikel PT Bumi Mineral Sulawesi (BMS)

NIKEL.CO.ID, 5 SEPTEMBER 2023 – PT Bumi Mineral Sulawesi (PT BMS) anak usaha dari Kalla Group sedang membangun dua smelter nikel yang salah satunya direncanakan akan rampung dan mulai beroperasi memproduksi Feronikel pada September 2023 dengan kapasitas produksi 33.000 ton nikel per tahun. 

Seperti dihimpun dari berbagai sumber,  pembangunan smelter Ferronickel Smelting Plant PT BMS hingga Juli 2023 sudah mencapai 90,07%. Sedangkan pembangunan Smelter Nickel Sulfat Battery Grade baru mencapai 6,77%. 

Hal ini tampak dari kontruksi bagian awal pembangunan yang terselesaikan. Rencananya pembangunan pabrik ini akan selesai pada Juli 2024 dengan kapasitas produksi sebesar 31.400 ton nikel per tahun. 

Untuk melengkapi smelter, BMS juga membantu Area power house, Powerhouse BMS HEPP 3X75 MW dengan progres pengerjaan mencapai 63,58 persen. Kemudian untuk mencukupi pasokan listrik, dibangun pula Transmisi sebesar 150kV yang kini telah progres 53,3%.

Pembangunan bendungan air untuk menyuplai air yang kini telah mencapai 93,65% yang direncanakan selesai lebih cepat dari yang lainnya. 

BMS juga membangun dermaga pribadi atau Private Terminal (Jetty) untuk sarana kemudahan mobilisasi perusahaan yang telah mencapai 66,34% progres terakhir. Sehingga, total pembangunan terakhir kawasan BMS telah mencapai 54,34% per Juli 2023.

Pabrik Smelter Ferronickel PT BMS ini berlokasi di Desa Karang-karangan dan Desa Bukit Harapan, Kecamatan Bua, Kabupaten Luwu, Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel). 

Kalla Group melalui anak usahanya, BMS mendukung penuh program transisi energi dari energi fosil ke energi ramah lingkungan atau green energy. Pembangunan smelter nikel ini juga bertujuan untuk memenuhi pasokan bahan baku baterai kendaraan listrik sebagai transportasi ramah lingkungan.

Pada Januari 2023, Manager PT BMS, Zulkarnaen, mengatakan, pabrik smelter 1 progress kegiatan telah mencapai 70%, dengan harapan bisa rampung di pertengahan tahun 2023.

“Sedangkan untuk Pabrik Smelter 2 (Nickel Sulfate Battery) masih pematangan lahan, dimana konstruksi pondasi kami mulai jalankan di akhir bulan Januari 2023 ini dan target rampung di akhir tahun 2023,” kata Zulkarnaen. 

Menurutnya, disamping pembangunan pabrik smelter, saat ini pekerjaan konstruksi juga mengerjakan fasilitas penunjang lainnya.

“Yaitu, fly over di atas jalan trans Sulawesi dengan bentang 30 meter, untuk menghubungkan jalan pabrik dengan terminal khusus,” ujarnya. 

Pembangunan pabrik smelter BMS ini juga mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Kabupaten Luwu dengan terbitnya Surat Keputusan Bupati Nomor 684/XII/2022, tentang pembentukan Satuan Tugas Percepatan Investasi Kabupaten Luwu bulan Desember 2022.

Adanya Satgas yang dibentuk ini bisa menjadi garda terdepan dalam mengawal berbagai macam kendala investasi di Kabupaten Luwu dan memastikan realisasi investasi dalam bentuk kemudahan perizinan bagi pelaku usaha, khususnya Investasi dari PT BMS. 

Ia menuturkan, untuk tahap pertama ini sudah mulai berjalan sejak Maret 2022 lalu dengan nilai investasi tahap I untuk pembangunan dua Smelter beserta fasilitas penunjang operasional pabrik sebesar US$191 Juta atau sekitar Rp2,9 Trilliun.

“Ini merupakan investasi yang cukup besar di Kabupaten Luwu, dimana setelah mulai berproduksi, kami berencana  melanjutkan pembangunan pabrik tahap kedua yang terdiri dari 4 Smelter Nickel Sulfate Battery,” tuturnya. 

Anak usaha Kalla Group, BMS merupakan milik mantan Wapres RI Jusuf Kalla yang telah menanamkan investasinya sebesar Rp10 triliun yang disalurkan secara bertahap. BMS juga telah menyerap karyawan sebanyak 740 orang. Ketika memasuki tahap produksi di tahun 2023/2024 diperkirakan akan menyerap tenaga kerja hingga mencapai 1000 orang lebih. 

Pembangunan dua Smelter PT BMS pertama kali dimulai pada 28 Maret 2020. Menurut Zulkarnaen, pihaknya hanya mengelola sumber daya hasil tambang dari Sulawesi Tenggara lalu diolah di Luwu.

“Tahap pertama ini sudah mulai jalan yakni bulan Maret 2022 kami sudah star konstruksi dengan target 2 tahun 6 bulan untuk 2 tungku. Jadi fase sekarang merupakan fase konstruksi pembangunan fero nikel dan nikel sulfat, cita-cita BMS itu hingga 2030 akan membangun 14 tungku smelter, untuk nilai investasi membangun 2 smelter dibutuhkan anggaran sebanyak Rp 2,88 triliun,” katanya. 

Mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla, dalam kunjungannya, mengatakan, smelter tersebut saat ini dibangun di atas lahan seluas 141 hektar dan tahun depan, rencananya sudah beroperasi dengan nilai investasi sebesar Rp 10 triliun.

“Rencananya tahun 2023 sudah beroperasi, dengan kapasitas 60.000 ton untuk satu smelter,” kata Jusuf Kalla. 

Dia menuturkan, pengerjaan smelter ini akan mempekerjakan karyawan lokal sebanyak 85 persen.

“Itu sesuai dengan strata pendidikan dan keahliannya dan dari luar kita gunakan yang sudah berpengalaman, supaya bisa memberikan pengalamannya kepada masyarakat setempat,” tuturnya. 

Ia memaparkan, untuk bahan baku akan didatangkan dari luar, yakni di Sulawesi Tenggara. Untuk itu guna mendukung proyek smelter tersebut dibangun pelabuhan tersendiri.

“Bahan baku nikel akan kami datangkan dari beberapa tempat di Sulawesi Tenggara, makanya kami juga bangun pelabuhan tersendiri, perizinannya juga sudah selesai dan luar biasa atas dukungan Pemda Luwu,” paparnya. (Shiddiq)