Beranda Pemerintahan Standardisasi Baterai, Dirut PLN: Apa pun Merek Motornya, Baterainya dari IBC

Standardisasi Baterai, Dirut PLN: Apa pun Merek Motornya, Baterainya dari IBC

171
0

NIKEL.CO.ID, 13 JUNI 2023 – Direktur Uama (Dirut) PT PLN Persero, Darmawan Prasodjo, mengatakan, pentingnya standardisasi batersi manufaktur motor listrik (Molis) agar masing-masing pabrik molis memiliki standar baterai yang sama sehingga tidak lagi mengeluarkan baterai dengan standar masing-masing, seperti moto iklan minuman, “Apapun merek motornya, baterainya dari IBC (Indonesia Battery Corporation)”, pada Senin, 12 Juni 2023, kemarin. 

“Setiap pabrikan motor saat ini masih memiliki standar baterai sendiri-sendiri, aplikasi sendiri-sendiri, maka ini menjadi tantangan, dimana salah satu kendala ini adalah kita belum melaksanakan sila ketiga. Sila ketiga itu adalah pabrikan motor listrik harus kompak, itu sila ketiga,” kata Dirut PLN, Darmawan dalam pidato sambutan acara Launching: Battery Asset Management Service Indonesia Battery Corporation, di Kemenko Marves, Jakarta, Selasa (13/6/2023). 

Menurut Darmawan, perbandingan volume daya listrik baterai antara kendaraan mobil listrik dan motor listrik bisa diketahui dari jarak tempuh dan daya baterai listrik bertahan berapa lama waktunya. 

Bila mobil listrik itu dengan jarak tempuh sejauh 350km membutuhkan daya listrik baterai hanya sekali charger. Bila mobil dipakai hanya untuk pergi ke kantor dengan jarak tempuh 30km, 40km atau 50km itu pengisian daya listrik hanya butuh lima atau enam hari sekali charger. 

Sehingga kebutuhan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) untuk mobil listrik tidak terlalu banyak karena pemilik mobil listrik bisa melakukan pengisian di rumah sendiri atau home charging. 

Hal ini berbeda dengan motor listrik yang hanya memiliki kekuatan jarak tempuh sejauh 50km untuk satu kali pengisian daya listrik baterai atau charger. Umumnya, pengguna motor listrik digunakan oleh para ojek online (Ojol) untuk aktifitas pekerjaan mereka. Biasanya ojol dalam sehari menempuh jarak rata-rata 120km per hari. 

Sehingga untuk mencukupi jarak tempuh itu, maka mereka melakukan pengisian daya listrik baterai motornya itu memerlukan dua sampai tiga kali charging.

“Untuk itulah, maka kalau kita punya 2,1 juta pengguna motor listrik, itu kita membutuhkan sekitar 70.000 SPBKLU (Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum). Jumlahnya sangat besar sekali,” ujarnya. 

Kebutuhan recharging untuk ojol disini cukup besar sehingga mereka merasa khawatir terhadap ketersediaan SPBKLU/SPKLU untuk recharging ketika menempuh jarak 120km ditengah jalan baru menempuh 50km daya listrik baterainya habis. 

Ini menjadi tantangan bagi pemerintah untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Selain itu juga belum ada standardisasi baterai maupun aplikasi dari masing-masing pabrik kendaraan motor listrik, termasuk ketersediaan lokasi SPBKLU yang masih terbatas saat ini menjadi sebuah tantangan untuk dibangun yang lebih banyak lagi. 

Atas hal ini, Dirut PLN menuturkan, sedang melakukan upaya solusi dengan melakukan Penandatanganan

Memorandum of Understanding (MoU) kesepakatan Standardisasi Battery Manufactur Motor Listrik dengan IBC dan perusahaan pabrik motor listrik pada 28 Maret 2023.

Penandatanganan MoU dilakukan antara IBC dengan PT WIKA Industri Manufaktur (GESITS), PT Energi

Selalu Baru (ESB) dan PT Ilectra Motor Group (ALVA) dalam rangka mengembangkan ekosistem industri Kendaraan Listrik Berbasis Baterai (KLBB) secara terintegrasi di Indonesia.

“Maka hari ini kita melakukan ekpansi agar yang sudah kita tanda tangani ini bukan lagi hanya dokumen di atas kertas,” tuturnya.

Untuk standardisasi infrastruktur yang terintegrasi ini PT PLN dan IBC berupaya menggandeng beberapa perusahaan motor listrik. Diantaranya adalah PT Volta Indonesia Semesta, Gesits Technologies Indo (GTI), United E-Motor PT Terang Dunia Internusa, Smoot Motor PT Swap Energi Indonesia (SEI), PT Goda Teknologi Elektrik Indonesia, Motor Listrik Rakata PT Artas Rakata Indonesia, PT Triangle Motorindo atau Viar Motor Indonesia, ALVA PT Ilectra Motor Group atau IMG, Pabrikan e-mobility China Sunra, Morris Garage (MG) dan lainnya.

“Dalam hal ini ada standarisasi baterai kemudian ditengahnya akan ada namanya _common platform_ dari internet of things, yang disini akan mengatur seluruh baterai dari seluruh manufaktur ini menjadi terkonsolidasi dalam satu platfrom internet of things,” tuturnya. 

Lebih lanjut, dia menjelaskan, seperti Volta dan Alva masing-masing sudah memiliki aplikasi yang bisa dijadikan standar aplikasi yang bisa diakses melalui _common platform_ dan produksi baterai akan bisa dikonsolidasi.

Selain itu, PT PLN dan Kemeko Marves bersama pengusaha pabrik motor listrik akan mengadakan Focus Group Discussion (FGD) selama dua hari ke depan. Hasil dari FGD ini akan menjadi konsensus bersama dan ditandatangani untuk diimplementasikan. Rencananya, setelah sebulan dari sekarang standardisasi uniform dari platform baterai bisa berjalan dengan mudah dan lancar serta investasi bisa masuk dan terlaksana. 

Selanjutnya, Darmawan menjelaskan, rencananya SPBKLU harus tersedia di seluruh pelosok Ibu Kota Jakarta dan di seluruh wilayah Indonesia. Pihaknya akan bekerja sama untuk pemasangan platform SPBKLU dengan berbagai pihak terkait. 

Kedepan, menurutnya penetrasi penjualan motor listrik akan lebih meningkat. Karena semua merek yang ada akan menerima manfaatnya. 

“Ada satu lagi motto, yaitu IBC, apapun merek motornya, baterainya dari IBC, dan listriknya dari PLN,” pungkasnya. (Shiddiq) 

Artikulli paraprakMenteri ESDM Keluarkan Kepmen 7/2023 tentang Kelanjutan Pembangunan Pemurnian Mineral Logam
Artikulli tjetërHMA Nikel Bulan Juni 2023 Alami Peningkatan Dibandingkan Mei Sebelumnya