Beranda Berita Nasional Harga Material Baterai MNC mulai Naik, Peluang untuk Indonesia

Harga Material Baterai MNC mulai Naik, Peluang untuk Indonesia

871
0
Komponen sel baterai yang tersusun dalam baterai pack

NIKEL.CO.ID, 4 MEI 2023-Harga material baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) seri NMC (Nikel, Mangan, Cobalt) grade menengah di pasar China naik sedikit minggu lalu, sementara harga material nikel tinggi terus turun. Peluang bagi Indonesia yang sedang mengembangkan baterai seri NMC.

Shanghai Metals Market (SMM) pada Kamis (4/5/2023) melansir kenaikan harga material NMC dipengaruhi oleh tren harga yang berbeda dari litium karbonat dan litium hidroksida, sehingga biaya pembuatan bahan NMC nikel tinggi terus menurun, sedangkan bahan nikel sedang naik sedikit. 

Setelah aksi jual panik sebelumnya, beberapa produsen material NMC mulai menaikkan penawaran mereka karena harga lithium telah stabil. Permintaan hilir diambil, dan sejumlah kecil transaksi telah diselesaikan. Harga material NMC diperkirakan akan stabil di tengah sentimen wait and see di pasar garam lithium.

Selain baterai lithium, beberapa produsen baterai di China juga mengembangkan baterai NMC, yang dominan dari material mineral logam. Begitu pula di Indonesia sebagai negara penghasil nikel terbesar di dunia, sedang mengembangkan baterai NMC.

Lebih dari itu, Pemerintah Indonesia ingin menjadi salah satu pemain baterai EV terbesar di dunia. Pemerintah Indonesia menargetkan pembangunan ekosistem baterai EV terus berjalan dan direncanakan sudah mulai produksi tahun 2024. Target tersebut berdasarkan proyeksi yang sedang dibangun oleh LG di Karawang, Jawa Barat. Selain itu, ada ekosistem dari hulu ke hilir antara CATL dan LG juga tahun 2022 sudah mulai konstruksi.

Perusahaan asal China CATL dan perusahaan asal Korea Selatan, yakni LG, bekerja sama dengan PT Antam Tbk, untuk pertambangan nikel di Maluku Utara. Sedangkan untuk pengembangan smelter juga di Maluku Utara, CATL-LG berkongsi dengan IBC atau PT Industri Baterai Indonesia (IBI), BUMN yang sahamnya dimiliki PT Antam Tbk, MIND ID, PT PLN (Persero), dan PT Pertamina (Persero).

“CATL dan LG juga berinvestasi pada produksi perkursor katoda sel baterai sampai daur ulang baterai yang berlokasi di Batang, Jawa Tengah, dan Kalimantan Utara,” kata Menteri Investasi danKepala BKPM, Bahlil Lahadalia seusai mengiikuti rapat tertutup yang dipimpin Presiden Jokowi di Istana, belum lama ini.

Investasi LG mencapai 9,8 miliar dollar AS, sedangkan CATL sekitar 6 miliar dollar AS. Semua mulai berjalan tahun 2023. Ada lagi investasi perusahaan asal Inggris, BritishVolt, bekerja sama dengan pengusaha Indonesia sudah dalam tahap penyelesaian perizinan. Bahlil memperkirakan pembangunan bisa dilakukan di kuartal kedua atau ketiga 2023.

Investasi baterai kendaraan listrik juga disebut dilakukan perusahaan asal Jerman, BASF dan VW, dan perusahaan asal Taiwan, Foxconn. Selain itu, dalam kesempatan sebelumnya, Bahlil pernah menyebutkan masih ada perusahaan asal Jepang dan AS yang tengah memproses investasinya di bidang sama. Namun, insentif untuk mempercepat pengembangan ekosistem kendaraan listrik ini masih diformulasikan model yang paling pantas dan kompetitif untuk dibangun.

Sekretaris Umum Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), Meidy Katrin Lengkey mengakui bahwa Indonesia baru siap untuk dukungan prosesing baterai listrik sampai tahap katoda. Belum ke tahap anoda, lantaran minim lithium. Dia menyatakan kesetujuannya Pemerintah Indonesia berkolaborasi dengan beberapa negara penghasil lithium, salah satunya dengan Australia.

“Kalau dulu kita ekspor bijih nikel, sekarang kita bisa impor lithium untuk melengkapi unsur anoda baterai. Sehingga satu rangkaian baterai itu benar-benar ada di Indonesia,” kata Meidy.

Menurutnya, jika Indonesia ingin menjadi raja baterai dunia, maka harus ada kesinambungan ekosistem rantai supply dari hulu sampai hilir, sehingga menjadi satu komponen baterai sel yang utuh.

Meidy menekankan, Indonesia nantinya tidak hanya jago memproduksi dan menjual. Ketika sudah melangkah ke transisi energi yang lebih hijau, sedari dini semua pelaku industri, baik hulu, hilir hingga industri lebih hilir, yaitu pabrik baterai menerapkan  konsep environmental, social, and governance (ESG). Sehingga kelestarian lingkungan tetap terjaga.

Produsen Baterai EV Dunia

Saat ini baterai lithium-ion masih menguasai pasar dunia. Mengutip dari data S&P Global Market Intelligence, produksi baterai lithium-ion di dunia pada 2022 mencapai 966 gigawatt hours (GWh). Jumlah ini tercatat lebih banyak 36,83 persen dibandingkan tahun sebelumnya, sebanyak 706 GWh.

China merupakan produsen baterai lithium-ion terbesar di dunia. Kapasitas manufaktur baterai untuk mobil EV mencapai 718 GWh pada 2022. Disusul Polandia di urutan kedua dengan kapasitas manufaktur baterai lithium-ion sebesar 54 GWh. Kemudian, Jerman yang memiliki kapasitas manufaktur baterai lithium-ion sebanyak 52 GWh.

Di urutan berikutnya ada Amerika Serikat dengan kapasitas manufaktur baterai lithium-ion sebesar 51 GWh pada 2022. Kemudian, Hunggaria dengan kapasitas manufaktur baterai lithium-ion sebesar 37 GWh. Menyusul Korea Selatan dengan kapasitas manufaktur baterai lithium-ion 18 GWh, dan di belakang ada Jepang tercatat memiliki kapasitas manufaktur baterai lithium-ion 17 GWh. (Syarif)