Beranda Korporasi Direktur PT TIM: Nikel Paling Besar Memberikan Kontribusi Perseroan

Direktur PT TIM: Nikel Paling Besar Memberikan Kontribusi Perseroan

2786
0
Direktur PT Timah Investasi Mineral, Ardiansyah.

NIKEL.CO.ID, 6 April 2023-Dari tiga unit bisnis PT Timah Investasi Mineral (TIM), tambang nikel memberikan kontribusi paling signifikan, disusul pendapatan dari pasir kuarsa.

PT Timah Investasi Mineral (TIM) didirikan tahun 1996 merupakan anak usaha PT Timah Tbk. PT Timah selaku Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pertambangan terintegrasi memiliki empat pilar bisnis. Pertama, bisnis penambangan timah. Kedua, bisnis penambangan non-timah. Ketiga, hilirisasi produk timah. Keempat, bisnis berbasis kompetensi.

Dari empat pilar bisnis PT Timah tersebut, PT TIM merupakan anak perusahaan yang menopang pilar bisnis penambangan non-timah berupa penambangan nikel di Kabaena, Sulawesi Tenggara dan penambangan pasir silika di Bangka Belitung. Sedangkan penambangan batu bara dikelola PT Tanjung Alam Jaya yang sebagian sahamnya dimiliki PT TIM.

Direktur PT Timah Investasi Mineral, Ardiansyah mengutarakan, Perseroan mempunyai anak-anak usaha, yaitu PT TIM Silika Mandiri bergerak dalam pengelolaan pasir silika di Bangka dan Belitung. PT Tanjung Alam Jaya bergerak dalam pengelolaan batu bara di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, namun secara finansial dikonsolidasikan kepada PT Timah selaku induknya.

Kemudian, ada PT Nasional Hijau Lestari bergerak dalam pengelolaan limbah (waste management), dan berkantor di Antam Office Tower Jakarta Selatan, serta PT TIM Indotama bergerak dalam perdagangan besar semen, kapur dan pasir dan berkantor di Jakarta bersama induknya, yaitu PT TIM.

“Hasil tambang berupa pasir silika memiliki nilai ekonomi yang tinggi bila dikelola secara optimal. Hal ini tentunya menjadi pendorong bagi Perseroan untuk mengoptimalkan nilai ekonomisnya, baik melalui pengelolaan sendiri maupun kerja sama dengan mitra strategis supaya dihasilkan pasir silika berkualitas ekspor dan mampu memenuhi ekspektasi pasar internasional. Berdasarkan data periode tahun 2022 kapasitas produksi pasir silika per tahun sebesar 235 meter kubik,” tutur Ardiansyah yang pernah menjabat Direktur Keuangan di PT Timah Karya Persada Properti sejak 2016 hingga 2021.

Untuk hasil tambang nikel, dijelaskan Ardiansyah, dilakukan pengembangan bisnis dengan upaya-upaya, pertama, optimalisasi Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang dimiliki Perseroan, sehingga mampu memberikan kontribusi positif terhadap kinerja operasional Perseroan di masa depan. Kedua, ekspansi bisnis berupa penambahan IUP baru untuk penambangan nikel di daerah lainnya.

“Saat ini Perseroan memiliki IUP tambang nikel seluas 300 hektare terletak di Desa Baliara dan Kelurahan Rahampuu, di Kecamatan Kabaena Barat dan Kecamatan Kabaena, berlokasi di Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara. Kapasitas produksi bijih nikel rata-rata per tahun sebesar 300-360 ton berdasarkan data produksi tahun 2022,” ujar pria kelahiran Muara Kelingi, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan,  8 September ini.

Namun untuk batu bara, disampaikan Ardiansyah, dikelola secara terpisah oleh anak perusahaan PT TIM, yaitu PT Tanjung Alam Jaya yang berlokasi di Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

Kepala Satuan Pengawasan Internal di PT Timah sejak 2013 hingga 2015 ini lantas menyampaikan market bijih nikel, pasir silika, dan batu bara yang diproduksi PT TIM.  Diuraikan, bijih nikel dipasarkan di luar holding melalui pembeli. Pasir silika dipasarkan melalui pembeli lokal dengan cara penjualan di mulut tambang, sehingga tak ada biaya transportasi untuk memindahkan hasil penambangan ke lokasi pembeli. Sementara batu bara dipasarkan secara mandiri oleh PT Tanjung Alam Jaya.

Menyoal pendapatan dari unit bisnis, disebutkan Ardiansyah, pada 2022 pendapatan PT TIM paling besar berasal dari nikel dengan kontribusi 92,17%, terjadi peningkatan pendapatan dari tahun 2021, sebesar 91,30%.

“Sisanya merupakan kontribusi dari pasir kuarsa. Pada 2022 pendapatan PT TIM dari pasir kuarsa sebesar 7,83%, terjadi penurunan dari pendapatan tahun 2021 sebesar 8,70%,” imbuh Magister Manajemen di IPMI Business School tahun 2003 ini.

Ardiansyah mengatakan, Perseroan bercita-cita untuk melakukan ekspansi bisnis penambangan non-timah berupa nikel dan pasir silika dalam skala lebih besar dengan memanfaatkan “expertise dan   experience” yang dimiliki. (Syarif)