Beranda Berita Nasional Direktur Riset INDEF: Vale Beri Masukan Besar ke Negara, Namun Dianggap Tak...

Direktur Riset INDEF: Vale Beri Masukan Besar ke Negara, Namun Dianggap Tak Beri Manfaat Masyarakat

515
0

NIKEL.CO.ID, 12 JANUARI 2023 – Direktur Riset INDEF, Berly Martawardaya mengungkapkan, PT Vale Indonesia Tbk., telah memberikan pemasukan pendapatan negara yang cukup besar melalui setoran royalti dan pajak. Sayangnya, dianggap tidak memberikan manfaat yang cukup bagi masyarakat maupun lingkungan kawasan Kontrak Karyanya (KK) di tiga provinsi. 

Hal itu disampaikan Berly Martawardaya dalam diskusi zoom meeting yang membahas kinerja Environmental Social, & Governance (ESG) PT Vale di pertambangan Indonesia yang diadakan oleh Workshop Virtual Institut Energi Pertambangan dan Industri Strategis (INPIST).

“PT Vale setorannya banyak ke pemerintah, pajaknya banyak tapi bagi masyarakat lokal tidak banyak bermanfaat maupun dengan lingkungannya,” ucap Berly dalam acara Webinar tersebut yang diikuti nikel.co.id, Rabu (11/1/2023). 

Menurut Direktur Riset INDEF, perusahaan saat ini dituntut untuk berpartisipasi dalam ranah lingkungan (environmental), sosial (social) dan tata kelola (governance) (ESG) secara berkelanjutan. 

Secara global, kata dia, sudah banyak perusahaan yang melaporkan pertumbuhan dan kontribusi terhadap aspek ESG, tidak terkecuali perusahaan sektor tambang. 

Selain itu, meningkatnya kepedulian dan tuntutan global terhadap ESG, membuat banyak investor yang memperhitungkan faktor ESG sebelum mengambil keputusan investasi. Terlebih lagi bagi perusahaan yang mempunyai kegiatan ekstraktif dan menghasilkan polusi besar. 

“Keseimbangan ataupun pentingnya antara aspek ekonomi, antara aspek sosial, environment, dan cover (barang) yang ditambang. Program ini sudah sejak lama mulai dilaksanakan, tapi dilaksanakan bertahap,” ujarnya. 

Ia menuturkan, pelaksanaan ESG telah dimulai secara bertahap oleh beberapa perusahaan, seperti sektor marketing yang menggunakan aspek lingkungan dan governance dengan menggunakan banking untuk masuk ke sektor-sektor yang mencerminkan bahwa perusahaan itu memberikan dampak lingkungan yang positif.

“Lingkungan atau tambang ini memang dalam pelaksanaannya menggusur flora fauna dan tanaman yang diatas terlebih dahulu untuk mengambil kandungan tambang. Baru kemudian setelah selesai dilakukan reklamasi. Apakah bisa hijau secara definisi? Bisa. (Sehingga) semakin banyak pelaku tambang menggunakan konsep ESG,” tuturnya. 

Kemudian Berly menjelaskan bahwa hal ini juga didukung oleh digitalisasi dan masifnya informasi yang membuat konsumen, baik masyarakat ataupun perusahaan, dapat menilik asal-muasal produk tambang. 

Pada beberapa kasus, konsumen bahkan mengirim tim peneliti untuk melihat kondisi lokasi pertambangan yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian barang.

“Secara umum dengan berkembangnya arus informasi pada generasi milenial dengan penggunaan sosmed, para pengusaha tambang yang menjual produknya ke luar negeri tapi tidak menggunakan konsep ESG, banyak ditolak dan didemo dari berbagai negara karena merusak lingkungan,” jelasnya. 

Direktur Riset INDEF menekankan, ESG menjadi semakin penting dalam keputusan investor dan konsumen termasuk dalam sektor pertambangan. Sehingga Indonesia perlu membuka pintu bagi perusahaan yang ketat menjalankan ESG. 

PT Vale telah melakukan perbaikan sehingga kinerja dan pengungkapan ESG meningkat di beberapa tahun terakhir. Untuk itu perlu kajian lanjutan dan data lebih detail untuk memverifikasi kinerja ESG PT Vale Indonesia.

“Perusahaan Vale sejak tahun 2017 mengalami peningkatan cukup signifikan, bahkan leading yang tadinya di bawah. Ini patut di apresiasi karena performanya cukup baik,” pungkasnya. (Shiddiq)

Artikulli paraprakAS Coba Tekan Inflasi, Apa Kabar Harga Nikel Global?
Artikulli tjetërSegera, 16 Januari APNI Gelar Zoom Meet Sosialisasi FOB & LHV Penjualan Bijih Nikel