Beranda Berita Nasional Dicky Nugraha: Menangkap Peluang Besar, Harita Group Ekspansi ke Bisnis BEV

Dicky Nugraha: Menangkap Peluang Besar, Harita Group Ekspansi ke Bisnis BEV

658
0

NIKEL.CO.ID, 27 Oktober 2022-Sustainable Development and Climate Change Harita Group, Dicky Nugraha mengungkapkan bahwa Harita Group akan melakukan ekspansi bisnis mengembangkan Battery Electric Vehicle (BEV) dengan memanfaatkan peluang besar pengelolaan limonit untuk pembuatan produk BEV di pasaran.

Harita Group meng-capture adanya opportunity (peluang) besar untuk pengembangan bisnis dari sebelumnya hanya fokus dalam pengelolaan nikel kadar tinggi untuk bahan stainless steel dan turunannya dengan mengolah nikel kadar rendah atau limonit menjadi BEV.

“Ternyata kami melihat ada opportunity dalam mengembangkan ke battery electric vehicle dari yang sebelumnya. Kita tidak memanfaatkan limonit yang masih kita sebut sebagai over prudent, ternyata itu masih bisa kita confirm menjadi salah satu vehicle dari baterai mobil diesel itu,” kata Dicky Nugraha dalam acara diskusi Temu Profesi Tahunan ke-31 2022 Perhapi di Hotel Claro, Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu (26/10/2022) kemarin.

Menurut Dicky, seperti yang sudah diketahui publik bahwa di tahun 2050 nanti penggunaan energi BEV akan menggeser sebanyak 95% penggunaan energi fosil.

“Di situlah kami mengambil opportunity bahwa kita akan melakukan produk, open, dan juga market beneficien dengan mengolah limonit yang awalnya hanya over prudent menjadi suatu yang lebih valuable secara economic prospective,” ujarnya.

Dicky melanjutkan bahwa terkait BEV secara spesifik sebelumnya merupakan energi yang tinggi sebelum adanya electric battery dari mangan, nikel, dan cobalt (MNC).

“Berbicara mengenai BEV untuk spesifiknya energy sedikit elevated before the electric battery NMC. Di mana ketika menambah kadar nikelnya sendiri. Kemudian energi BEV-nya sendiri akan makin tinggi,” lanjutnya.

Menurut Dicky, BEV akan mendominasi market atau pasaran baterai yang semula hanya menggunakan baterai solar, bensin, fosil berpindah ke BEV.

Market yang ada saat ini, kata Dicky, perkembangannya relatif cukup besar untuk market di Eropa. Dari sisi mayoritas penduduknya sendiri jauh lebih dulu mengenal konsep ESQ dan juga suistainability bahwa hal itu sekarang mengakui kenaikan dari 65% sebelumnya.

“Walaupun ada sedikit menghambat karena tahun terakhir masih sangat optimis bahwa market dari BEV masih sangat besar ke depannya,” cetusnya.

Selain itu, Dicky menuturkan bahwa terkait dengan BEV tidak lepas dari proposal penurunan efek gas rumah kaca (GRK) yang disepakati oleh Indonesia. Menurutnya hal itu tidak bisa dipisahkan dari konsep renewable energy.

“Dilihat dari konsep suistanability penggunaan renewable energy atau BEV bukan solusi utama dari konsep suistanability. Konsep utama dari suistanabelty sebenarnya satu mengurangi konsumsi itu saja,” tuturnya.

Dicky mencontohkan, dalam ruang tersebut seperti makanan khas tradisional Kendari Sulawesi Tenggara yang disebut Sinombi. Konsumsi Sinombi dapat menghasilkan banyak emisi.

Hal itu berhubungan antara Sinombi dan emisi yaitu untuk mengangkut bahan makanan Sinombi dibutuhkan kendaraan motor atau mobil untuk diakses dari pasar ke restauran dan terlihat jejak emisi. Jadi semua yang dimakan menghasilkan emisi. Intinya tidak ada satu aktivitas pun yang tidak menghasilkan emisi.

“Sesuai dengan konsep suistanability energy tujuannya adalah mengurangi konsumsi,” terangnya.

Dicky memaparkan bahwa BEV merupakan bagian dari salah satu peran negara maupun sektoral menuju net zero emission. Menurutnya, net zero emission memiliki batasan yaitu hingga nol persen.

“Net-nya itu adalah mengurangi pemakaian energi yang menghasilkan gas emisi hingga gas emisinya berkurang. Sehingga tujuan dari net zero emission adalah mengendalikan gas emisi sampai yang ditentukan,” paparnya.

Untuk saat ini, menurut Dicky, Harita Group memiliki 5 unit bisnis yang ada di Pulau Obi. Dua bisnis pertama di pertambangan dan tiga unit bisnis terpusat pada bidang prosesing mineral HGS dan MHP kadar tinggi dan kadar rendah.

“Dua bisnis pertama di pertambangan dan yang ketiga adalah prosesing untuk HGS dan MHP untuk kadar tinggi dan juga teknologi STAL kadar rendah,” tuturnya. (Shiddiq/Varrel)

Artikulli paraprakAnton Timbang: Investasi di Sultra Ikut Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Artikulli tjetërDihantui Badai Resesi Global Harga Nikel malah Naik