Beranda Berita Nasional HPM Nikel September di Tengah Harga Nikel yang Mulai Stabil

HPM Nikel September di Tengah Harga Nikel yang Mulai Stabil

6044
0

NIKEL.CO.ID, 16 September 2022—Menteri ESDM, Arif Tasrif, telah mengeluarkan Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No. 193.K/MB.01/MEM.B/2022 tentang Harga Mineral Logam Acuan (HMA) dan Harga Batu Bara Acuan untuk September 2022. Kepmen ESDM yang ditandatangani 5 September 2022 itu untuk HMA Nikel US$22.059 per dmt, lebih rendah dibandingkan HMA Nikel Agustus US$22.504.77 per dmt.

Menteri Arifin Tasrif menjelaskan, dasar dikeluarkannya Kepmen ESDM tentang HMA September untuk melaksanakan Pasal 6 ayat (6) Peraturan Menteri (Permen) Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) No. 7 Tahun 2017 tentang Tata Cara Penetapan Harga Patokan.

Harga acuan mineral nikel yang telah dikeluarkan oleh Menteri ESDM untuk Harga Petokan Mineral (HPM) September 2022, mengacu pada Permen ESDM No. 11 Tahun 2020 serta Kepmen ESDM No. 2946 K/30/MEM/2017 untuk perhitungan HPM Nikel berdasarkan HMA September 2022 untuk kadar 1,80% dengan corrective Facktor (CF) 35%, maka HPM Nikel US$49,04.

HPM nikel September 2022 ini tentunya lebih rendah dibandingkan HPM nikel Agustus 2022 untuk kadar, CF, dan MC yang sama, yaitu sebesar US$60,94 per wtm. HPM Nikel untuk di skema transaksi jual-beli berdasarkan free on board (FOB), yang telah diatur dalam Permen ESDM No. 11 Tahun 2020.

Berdasarkan pantauan nikel.co.id, harga nikel pada dua bulan ini harga nikel di LME memang terus mengalami naik dan turun. Rata-rata di kisaran US$20.000 per ton sampai US$22.000 per ton dan pada perdagangan Jumat (16/9/2022) harga nikel di London Metal Exchange (LME) menembus harga US$23.305 per ton yang tentunya jika dibandingkan pada penutupan kemarin masih lebih rendah yang bertengger di US$24.355 per ton.

Namun, di sisi lain, di tengah harga nikel yang mulai sedikit menguat tidak sepadan dengan stok nikel di gudang (LME) yang kian menipis ditambah dengan Indonesia yang melarang ekspor pada 2022 lalu dan mengakibatkan Indonesia saat ini menghadapi gugat WTO.

Di sisi makro, tingkat bulanan penjualan ritel AS yang diumumkan kemarin dan jumlah klaim pengangguran lanjutan AS minggu lalu lebih baik dari yang diharapkan, memperkuat ekspektasi bahwa Fed AS akan menaikkan suku bunga sebesar 75 atau bahkan 100 basis poin. Dolar AS tetap tinggi dan tembaga berjangka berada di bawah tekanan. Selain itu, pemogokan kereta api AS mencapai kesepakatan awal. Juru bicara Dana Moneter Internasional mengatakan, beberapa negara akan jatuh ke dalam resesi pada 2023. Baik minyak AS dan Brent Crude turun lebih dari 3%, yang merupakan bearish untuk harga tembaga.

Fundamental tetap tidak berubah. Rendahnya persediaan saat ini masih mendukung harga tembaga. Selain itu, aspek makro juga akan mempengaruhi tren harga tembaga. Saat ini, fokus pasar masih pada kenaikan suku bunga Fed AS yang akan diumumkan pada pagi 22 September dan harga tembaga diperkirakan akan bergejolak dengan beberapa potensi penurunan dalam waktu dekat.

Di sisi penawaran, rasio harga SHFE/LME menyempit dengan cara ini eek dan harga nikel murni di kawasan berikat tinggi, sehingga impor merugi. Diperkirakan kedatangan impor nikel murni pekan ini akan lebih kecil dari perkiraan.

Dalam hal NPI, dipengaruhi oleh pemulihan pasar stainless steel, pabrik NPI aktif dalam pengiriman. Di sisi permintaan, menurut penelitian SMM, harga spot stainless steel di pasar Wuxi dan Foshan stabil tetapi lemah, sehingga permintaan pasar menjadi aktif. Tetapi transaksi tersebut sebagian besar adalah perdagangan pedagang, dan hilir terutama dibeli berdasarkan permintaan yang kaku, sementara perusahaan terminal tidak bersedia untuk mengisi kembali.

Dari sisi alloy, produsen kurang bersedia melakukan restock di tengah tingginya harga spot nikel murni. Singkatnya, permintaan nikel murni tetap buruk, yang akan memberikan dukungan lemah terhadap harga nikel. (Fia/R)