NIKEL.CO.ID, 8 Agustus 2022-Menteri ESDM, Arifin Tasrif telah mengeluarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 193.K/MB.01/MEM.B/2022 tentang Harga Mineral Logam Acuan dan Harga Batubara Acuan untuk bulan Agustus 2022. Kepmen ESDM yang ditanda tangani 5 Agustus 2022 itu, untuk HMA Nikel US$ 22.504,77 per dmt, lebih rendah dibandingkan HMA Nikel Juli US$ 27.414,47 per dmt.
Menteri ESDM, Arifin Tasrif menjelaskan dasar dikeluarkannya Kepmen ESDM tentang HMA Agustus untuk melaksanakan Pasal 6 ayat (6) Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Nomor 07 Tahun 2017 tentang Tata Cara Penetapan Harga Patokan.
Penjualan Mineral Logam dan dan Batubara sebagaimana telah beberapa kali diubah. Perubahan terakhir adalah Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 11 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 07 Tahun 2017 tentang Tata Cara Penetapan Harga Patokan Penjualan Mineral Logam dan Batubara.
Atas dasar Permen ESDM tersebut, maka Menteri ESDM setiap bulan membuat Kepmen ESDM tentang HMA Mineral Logam dan Batubara, termasuk HMA Agustus 2022.
Mengacu Permen ESDM No 11 Tahun 2020 serta Kepmen ESDM No 2946 K/30/MEM/ 2017, untuk peritungan Harga Patokan Mineral (HPM) Nikel berdasarkan HMA Agustus 2022 untuk nikel kadar 1,80 persen dengan Corrective Facktor (CF) 35 persen, maka HPM Nikel US$ 50,03 per wmt.
HPM Nikel Agustus lebih rendah dibandingkan HPM Nikel Juli 2022 untuk kadar, CF, dan MC yang sama, yaitu sebesar US$ 60,94 per wmt. HPM Nikel itu untuk skema transaksi jual-beli berdasarkan Free On Board (FOB) sebagaimana diatur dalam Permen ESDM Nomor 11 Nomor 2020.
“HMA Nikel adalah harga logam nikel dalam cash seller and settlement yang dipublikasikan London Metal Exchange (LME) rata-rata dari tanggal 20 dua bulan sebelum periode HPM sampai tanggal 19 satu bulan sebelum periode HPM,” jelas Menteri ESDM, Arifin Tasrif.
Berdasarkan pantauan nikel.co.id, dua bulan ke belakang sebelum Agustus, harga nikel di LME memang terus mengalami penurunan, rata-rata di kisaran US$ 19.000 hingga US$ 20.000 per ton. Harga nikel di LME baru menanjak di pekan pertama Agustus, sempat menembus US$ 25.000 perton.
Sesudahnya, harga nikel di LME bolak-balik di kisaran US$ 21.000 per ton dan US$ 23.000 per ton. Seperti pada Senin (8/8/2022) pukul 15.13 WIB, terpantau di LME harga nikel US$ 22.165 per ton, lebih rendah dibandingkan dengan penutupan kemarin yang tercacat di angka US$23.150 per ton.
Turunnya harga nikel diikuti dengan persediaan nikel dunia di gudang LME. Per 5 Agustus tercatat 57.624 ton, turun 276 ton dibandingkan hari sebelumnya. Sementara jika diukur dari awal tahun, stok nikel telah turun 43.986 ton atau 43,2% secara point-to-point/ptp. Hal ini menunjukkan bahwa pasokan nikel masih ketat.
Di sisi makro, karena dampak krisis energi Eropa, harga logam nonferrous naik minggu lalu. Di sisi penawaran, karena harga berjangka yang tinggi, premi nikel murni domestik turun, mempersempit rasio harga SHFE/LME.
Berkenaan dengan NPI, Indonesia berencana menerbitkan peraturan pajak ekspor nikel yang menetapkan bahwa biaya impor NPI Indonesia akan meningkat di masa depan. Sebelum penerapan kebijakan tarif, NPI Indonesia akan mengalir ke China dalam jumlah besar. Dipengaruhi oleh musim puncak industri otomotif, output nikel sulfat meningkat.
Di sisi permintaan, harga spot stainless steel kembali turun, dan transaksi tetap lesu. Lemahnya penawaran dan permintaan akan tetap ada dalam jangka pendek. Dalam hal paduan, terminal umumnya bersikap menunggu dan melihat di tengah tingginya harga berjangka, dan permintaan nikel murni lemah.
Di sisi lain, Shangai Metal Market (SMM) China memproduksi 16.000 mt nikel olahan di bulan Mei, naik 2,89% MoM dan 29,71% YoY. Sedikit peningkatan output pada bulan Juli pada dasarnya sesuai dengan ekspektasi. Alasan utamanya adalah pesanan yang dilakukan oleh sektor militer paduan meningkat dan permintaan nikel murni meningkat di tengah rendahnya harga nikel SHFE. Karena pengapalan pabrik baja secara keseluruhan tidak lancar, permintaan nikel murni semakin menurun. Oleh karena itu, beberapa pabrik garam menghentikan produksi nikel rafinasi, tetapi dampaknya terbatas dan produksinya masih meningkat pada Juli.
Output nikel olahan diperkirakan akan mencapai 16.200 mt pada Agustus 2022, naik 1,25% pada bulan tersebut dan 10,11% pada tahun ini. Produksi nikel rafinasi diperkirakan masih akan sedikit meningkat pada Juli, terutama karena jalur produksi nikel rafinasi dari beberapa pabrik garam masih dalam tahap commissioning. Oleh karena itu, diharapkan output akan semakin meningkat. (Fia/Aldi)